1

3K 221 14
                                    

××


Viny melangkah kan kakinya menuju parkiran. Tak jarang, para murid di sana memperhatikan nya dengan berbagai tatapan. Namun, Viny tak menggubrisnya sedikit pun. Ia malah melewati mereka semua tanpa permisi bahkan tanpa sebuah senyuman.

Mengingat bagaimana melelahkan nya awal masuk dia ke sekolah ini, hal itu cukup membuat Viny merasa pusing. Ia bahkan sudah dihadapkan dengan beberapa hal yang sangat tidak jelas.

Gadis itu mendatangi parkiran motor. Ia memakai motor untuk datang ke sekolah, tanpa diantar. Gadis itu mulai menaiki motornya. Memakai masker yang harus diikat secara manual.

Tangan nya sedikit tertarik kebalakang, namun ia merasa tangan nya tengah dipegang oleh seseorang.

"Biar gue bantu ikat." ucap seseorang disela-sela kebingungan Viny. Tanpa disadari, Viny melempar tatapan sinisnya.

Viny menepisnya. Menoleh kebelakang. Ia tidak begitu terkejut melihat beberapa gadis yang ada di belakangnya.

"Ada apa?" tanya Viny. Amat sangat terdengar dingin.

"Ini yang kedua kalinya kita ketemu diparkiran. Ah, ralat—"

"Sengaja ketemu." sela Viny yang sedikit menekan kan kata sengaja pada gadis itu.

Viny mulai memakai maskernya. Ia memundurkan motornya pelan, "Minggir." ucap nya.

Gadis itu merasa tak terima dengan sikap Viny padanya. Pasalnya, ini adalah yang pertama untuknya diperlakukan seperti itu oleh murid sekolah ini. Biasanya, para murid di sekolah ini akan menghormatinya dan mematuhi nya.

"Berani-berani nya lo Vi—"

"Shan, udah. Biarin aja." sergah salah satu teman nya.

Sebelum benar-benar melajukan motornya, Viny menatap kaca spion yang mengarah pada tiga gadis itu.

"Sebelum semuanya terlambat. Gue ga mau berurusan sama lo. Maka dari itu, jangan pernah narik gue buat masuk ke dalam perangkap lo..." Viny melirik nama yang ada di baju bagian sebelah kanan gadis itu, ia tersenyum sinis, ".... Shani Indira." lanjut ucapnya seraya pergi meninggalkan mereka.

"Dari mana dia bisa tau nama gue?" tanya Shani pada kedua teman nya.

Mereka berdua yang ditanya seperti itu saling tatap lalu tersenyum tipis, "Bahkan pertanyaan itu harusnya buat lu, Shan."

"Hah?"

"Dari mana lu bisa tau nama manusia dingin itu?"

××

Semua nya kembali normal saat pagi telah datang kembali dan matahari mulai menampakan sinarnya pada bumi.

Shani datang lebih awal dengan menggunakan mobil. Menurutnya, pagi ini sangat berbeda dengan yang biasanya.

Ia masih berpikir, bagaimana bisa gadis dingin itu memperlakukan nya seperti itu. Bahkan, rasa tidak terima nya masih terasa sampai detik ini.

Setelah berkutat dengan pikiran nya, Shani mulai memasuki kawasan parkiran sekolah. Ia tersenyum ramah pada satpam sekolah.

"Makasih ya pak." ucapnya pada satpam yang membukakan gerbang untuknya. Satpam itu hanya mengangguk dengan senyuman.

Shani pun mulai memarkirkan mobilnya. Tak lama setelah itu, ia keluar dari mobilnya. Ia melewati beberapa motor yang terparkir di sana tanpa menatap ke depan karna kini, pandangan nya terfokus pada ponselnya.

"Punya sisi baik juga ternyata."

Langkahnya terhenti saat seseorang mengatakan hal itu. Entah bertujuan untuk siapa, tetapi Shani merasa bahwa kalimat itu tertuju untuknya.

Deeper [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang