18. Another Truth

3.1K 264 69
                                    

Maaf baru update... Kemarin ini sempat sakit dan lagi sibuk juga. Terima kasih buat yang masih menunggu ceritaku.

Jangan lupa untuk vote dan koment. Tq

Happy reading, gaes! ^^


Coldplay ~
Everglow

****

Sejak penemuannya di kediaman tuannya itu, Obert merasa iba dengan kehidupan pribadi tuannya. Ia terus memikirkan apa ia harus memberitahukan semuanya ke Lynn? Apa ini akan membantu hubungan tuannya dengan Lynn? Apa Lynn akan memaafkan tuannya? Akibat memikirkan tuannya itu, ia jadi tidak bisa tidur nyenyak sampai hari ini. Obert pun memutuskan keluar kamar untuk mencari udara segar.

"Hoam.." Obert menguap lebar saat keluar dari kamarnya sambil meregangkan otot-otot leher dan pergelangan tangannya. Saat keluar kamar, suasana rumah tampak sepi. Sepertinya Tuan belum pulang. Semoga saja syutingnya berjalan dengan lancar. Semoga juga Nona Lynn terkesan karena Tuan sudah menyiapkan hadiah kejutan untuknya. Aku berharap kali ini Tuan akan bahagia.

Tadi sebelum syuting dimulai, tuannya sudah berpesan padanya untuk menunggunya di rumah sampai ia pulang. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 9.00 malam, tapi belum juga ada tanda-tanda kepulangan tuannya. Kalau dipikir-pikir, kenapa sekarang ia jadi seperti istrinya yang menunggu kepulangan suaminya. Obert pun mendecak sambil menggelengkan kepalanya pelan untuk mengusir pikiran bodohnya.

Obert pun berjalan keluar rumah selama 1 jam. Ia cepat-cepat kembali karena hujan tiba-tiba mengguyur dengan derasnya. Angin dan petir saling berlomba-lomba mengeluarkan suara dan hembusannya. Dari jauh, Obert yang sedang berlari sudah melihat mobil tuannya telah terparkir di dalam garasi. "Ternyata Tuan sudah pulang," gumamnya sambil berlari masuk ke dalam rumah. Ia berniat menemui tuannya untuk mengecek keadaannya.

*

*

Setelah pernyataan telak dari Glenn terlontar, kebisuan tercipta di antara Glenn maupun Lynn. Yang terdengar hanya air pancuran dari shower yang masih membasahi tubuh mereka. Masih dengan tubuh yang mematung, seolah ada sihir yang membelenggu tubuh Lynn agar ia tidak bisa bergerak. Perlahan bola mata Lynn bergerak melihat ke arah Glenn yang masih bersujud sambil menundukkan kepalanya.

Lynn mendengar isakan Glenn. Isakan yang sangat menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya. Namun sepertinya bagi hati Lynn, ia sudah tidak bisa lagi merasakan kesedihan yang diperlihatkan Glenn dalam tangisannya. Hatinya seakan telah mati rasa.

Setelah beberapa menit yang lalu mendengar kebenaran dari Glenn, membuat dirinya seakan tidak bisa lagi untuk berpikir apalagi merasakan kepedihan. Ini bagaikan mimpi yang seharusnya disudahi sekarang juga. Lynn tidak sanggup lagi menghadapi Glenn. Lebih baik ia pergi sekarang untuk menjernihkan pikirannya. Itupun kalau bisa.

Kaki Lynn maju selangkah, Glenn langsung mencekal lengan Lynn untuk menahan kepergiannya.

"Jangan pergi, Lynn. Kumohon..." Glenn meminta dengan rasa belas kasihan. "Jika kau pergi, aku tidak yakin kau akan kembali lagi padaku. Aku juga ingin minta maaf padamu, Lynn. Aku tidak sengaja menabrakmu. Sungguh. Walaupun aku tahu ini sudah terlambat bagimu, tapi aku tetap mau minta maaf padamu karena tidak berani mengakuinya kepadamu lebih awal. Kejadian tiba-tiba itu membuatku ketakutan. Ditambah dengan kematian anak kita membuat nyaliku langsung menciut dan akhirnya menjadikanku sebagai lelaki pengecut. Aku juga memutuskan untuk pergi dan berpisah padamu karena rasa bersalah itu menggerayangiku." Glenn masih terus mengungkapkan isi hatinya sambil menangis dalam guyuran air shower.

Second Wedding [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang