Chapter 2 : Kantin

49 5 0
                                    

Jam istirahat berbunyi keras, banyak murid yang berhamburan keluar kelas dan menuju ke kantin, begitupun Risa dan sahabatnya yang tak lain adalah Dian. Setibanya di kantin langganan, mereka memesan makanan dengan ricuh karena saling menyerobot. Tiba-tiba terdengar suara pria yang cukup berat berhasil menyita perhatian murid-murid perempuan. Ya, pria itu tak lain adalah Zaffar yang membeli sebotol air mineral. Para murid saling berbisik mengagumi parasnya. Dian menyiku badan Risa sambil melirik Zaffar yang berada disebelah Risa. 

"Lho bapak, ketemu lagi."  Risa menyodorkan tangannya untuk salim dengan  gurunya itu.

"Risa yang tadi ya?" Zaffar menyalimi muridnya itu, sambil menampakkan senyum hangatnya itu. Sedangkan Dian dan murid lainnya hanya menatap bingung dan saling mempertanyakan bagaimana mereka saling kenal dan siapa pria tampan itu.

"Oh, bapak beneran ternyata tau dan ingat nama saya ya haha." Zaffar hanya terkekeh mendengar omongan muridnya yang manis itu. Terlebih saat tertawa seperti itu.

"Ini mbak Risa nasi gorengnya." Ucapan bu kantin membuyarkan tawa mereka. Segera, Risa dan Zaffar saling membayar apa yang mereka beli dan setelah mengangguk sopan mereka berduapun pergi. Zaffar kembali ke ruang guru sedangkan Risa duduk di bangku depan kantin yang sudah disediakan diikuti dengan Dian yang sedang menyimpan banyak pertanyaan.

Di sela menyantap nasi gorengnya, Risa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Dian dengan keponya. Tiba-tiba, ia pun menghentikan makan dan seketika diam saat melihat seorang lelaki datang dan duduk bersama seorang perempuan cantik yang tinggi dan berkulit putih sedang duduk di seberang bangkunya. Lelaki itu berhadapan dengannya dengan perempuan itu membelakangi dirinya. 

"Sa Risa! kenapa sih kok bengong?" Dian menoleh ke arah tatapan Risa dan melihat Fian, kakak kelasnya yang tampan, tinggi, dan memiliki tubuh cukup atletis itu sedang tertawa dan mengobrol bersama pacarnya, Vera. 

"Aduhhh Sa, udah deh katanya udah move on. Tapi waktu lihat mereka kok gini lagi sih? Lagian kan dari awal kan emang mas Fian emang cuek dan responnya jelek ke kamu, terus ternyata bener kan? dia udah nggebet anak orang. Udah lah lagian cowok nggak cuman situ doang." 

"Hahh, iya juga ya. Goblok banget aku dulu dibutain cinta ewh. Udah jelas-jelas responnya cuek masih aja seneng hiii, Udahlah, lagian itu haknya dia suka orang lain. Aku udah berusaha ikhlas lho, tapi kok aku sekarang reflek kesel gimana gitu waktu lihat dia. Terus kalo aku papasan gitu rasanya males banget nyapa lagi, makanya biasanya aku pura-pura nggak lihat dengan cara ngajak kamu ngobrol. Ahhh, persetan sama mas Fian sama mbak Vera. Ntar putus juga mewek idih." Kata Risa panjang lebar dan sebal sambil mencengkram gelas yang dipegangnya kuat untuk menahan emosinya. 

Tiba-tiba saja Risa mengangguk dengan sedikit menarik sudut bibirnya. "Idih kesel anjing! Goblok banget tuh orang. Ngapain lu ngangguk ke arah gue kalo depan lu itu pacar lu goblok. Kesel bat dah gue njing!" Ucap Risa sambil mengepalkan tangannya dan mengeluarkan ekspresi kesalnya yang terlihat jelek sekaligus lucu seperti macan betina yang mengamuk.

"Aduh mulai lagi deh kasarnya kalo lagi kesel, ikhlas Sa ikhlass. Ya mungkin ini nih alasan mas Fian nggak suka kamu. Nggak dewasa dan sulit ngontrol emosi, kamu juga sadar dan bilang gitu sendiri kan?" Ungkap Dian sambil menggelengkan kepalanya melihat temannya yang sudah menusuk-nusukkan timun dengan garpunya sebagai pelampiasan kekesalan.

"Hahh, iya maaf khilaf aku. Ya juga sih, kayaknya emang gitu deh. Nggak salah si doi macarin anak kelas 12 juga yang kayaknya lebih dewasa dari aku hmm. Udah lah ikhlas, ngapain juga ngurusin anak orang. Aku emang harus belajar lebih dewasa deh. Kuy cabut, disini hawanya panas." Ajak Risa sambil menarik tangan Dian agar cepat berdiri dan meninggalkan bangkunya dan juga kedua orang yang sedang kasmaran di seberang bangkunya itu.

...

Bel pulang sekolah membuat semua murid berhamburan keluar kelas masing-masing. Kebanyakan dari mereka memilih langsung pulang karena sekolah mereka menerapkan sistem full day school. Tetapi Risa lebih memilih ke kantin untuk menyegarkan dahaganya dulu. Ia berjalan sendirian karena Dian pergi ekskul keroncong. 

"Bu, es blewah satu ya." Ia menoleh ke arah seseorang yang sudah dulu ada disana. Seseorang itu tak lain adalah Zaffar yang kelihatan sedang merogoh dompet dan sakunya.

"Hmm, maaf bu beneran nggak ada kembalian ya? Saya lagi nggak ada uang kecil beneran. Kalau gitu boleh es saya buat anak ini saja? Kan sama-sama es blewahnya bu." Ibu kantin hanya mengangguk dan menyodorkan segelas es blewah ke Risa. Sedangkan dengan cepat Risa menolak es itu.

"Jangan bu, lanjutkan aja buat es blewahnya saya. Kan ibu udah ngemasukin blewahnya ke gelas kan? Terus bapaknya ini saya bayari saja bu, sekalian biar pas 5.000" Risa mengeluarkan uang 5.000 nya dari dalam saku dan menyodorkannya ke ibu kantin.

Dengan segera Zaffar menolak tetapi Risa tetap bersikeras mentraktir. Sampai pada akhirnya, Risa pun berhasil mentraktir gurunya itu.

"Cuma 2.500 aja lho pak gaapa sans aja." Kata Risa sambil tersenyum penuh kemenangan.

Zaffar menghela napas melihat sikap keras kepala muridnya itu sambil terkekeh melihat ekspresi lucunya saat memaksa tadi yang kini berubah mengeluarkan ekspresi tersenyum kemenangan sambil menaik-naikkan kedua alisnya. "Terimakasih ya Risa, kalau gitu ayo kita ngobrol disana sambil minum es ini." Kata Zaffar sambil menunjuk bangku kosong di kantin itu. 

"Ayo pak!" Seru Risa bersemangat sambil tersenyum riang mendengar ajakan gurunya itu.

...TBC...

Only My Teacher (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang