Chapter 3 : Tentang Zaffar

45 5 0
                                    

"Ayo pak!" Risa bersemangat mendengar ajakan gurunya tersebut. Melihat muridnya yang nampak senang dengan ajakannya itu, membuatnya tak dapat membendung senyum lebar di wajahnya.
Zaffar tak tahu mengapa ia selalu nyaman dan merasa senang saat bertemu Risa. Padahal ini hari pertama mereka bertemu.
Apa jangan-jangan aku merasa nyaman karena Risa murid ceria yang pertama ku kenal di sekolah ini? Ahh mungkin begitu. Pikir Zaffar.

"Bapak kenapa bengong? Ayo pak duduk sini." Risa menepuk-nepuk bangku panjang disebelahnya sambil tersenyum begitu manis. Zaffar sempat terdiam melihat senyum manis muridnya itu membuat ia cukup salah tingkah.
"Oh ehm, saya lebih baik duduk disini saja." Ucap Zaffar sedikit gelagapan sambil memosisikan tubuhnya di bangku yang berhadapan dengan Risa. Risa hanya mengangguk-angguk.

"Kamu kok nggak langsung pulang kayak temen-temenmu yang lain?"
"Oh saya haus banget pak, daritadi saya yang beli tapi temen-temen yang ngehabisin. Resek banget mereka." Jawab Risa sembari menenggak es blewahnya.
"Tapi gitu-gitu kamu ikhlas kan?" Tanya Zaffar sambil menaikkan kedua alisnya dan mengamati wajah manis gadis dihadapannya itu.
"Iya lah pak kasian ntar haram kalo saya nggak ikhlas. Sabar pol kok saya." Gadis itu langsung memasang senyum tak ikhlas yang dipaksakan.
Nggemesin ya anak satu ini haha. Pikir Zaffar sambil terus mengamati wajah dan perubahan-perubahan ekspresi dari gadis itu. Tapi yang paling Zaffar suka dari gadis itu adalah senyum manis yang melekuk dari bibirnya. Senyum itu berhasil membuat Zaffar menampakkan senyum manis miliknya juga.
"Oh iya, rumahmu dimana? Kok kamu nggak langsung pulang dan minum dirumah." Tanya Zaffar penasaran sambil menenggak es blewahnya.
"Rumah saya nggak saya bawa pak." Zaffar hampir saja menyemprotkan es blewah yang ada di mulutnya tapi karena ia tahan membuatnya tersedak. Hanya karena kerecehan muridnya itu. Risapun merasa cukup bersalah saat gurunya batuk tak berhenti-berhenti karena tersedak atas guyonannya. Risa membantu memukuli punggung gurunya itu sambil tertawa keras bersama.

Mereka pun kembali melanjutkan obrolan.

Tak terasa langit mulai sendu dan menurunkan air matanya untuk kesekian kalinya dalam bulan ini.
"Lho hujan, gimana pulangnya ini? Terpaksa harus nunggu terang dulu deh." Ucap Risa dengan bibir yang melekuk kebawah.
"Saya temani ngobrol disini. Lalu nanti kamu saya antar pulang." Kata Zaffar yang menurut Risa terdengar begitu hangat. Hingga membuat gadis itu seketika berubah kalem dan hanya mengangguk dan tersenyum manis ke gurunya itu.

"Saya bersyukur ketemu murid kayak kamu Sa. Sebenarnya saya agak bingung bagaimana saya akan adaptasi disini." Mendengar gurunya berbicara seperti itu membuat Risa penasaran sampai membuka matanya lebih lebar. Zaffar hanya menyikapi perubahan lucu ekspresi wajah muridnya itu dengan tersenyum.
"Jadi umur saya sekarang 23 tahun dan sudah lulus S2. Sa.. "
"Wait, what?!!!" Tiba-tiba Risa menyela omongannya dan berteriak kaget mendengar ucapan gurunya itu.
Zaffar terkekeh melihat ekspresi kaget dengan mata yang membelalak lebar dan mulutnya yang sudah mengaga lebar. Baginya, Risa terlihat sangat lucu dengan ekspresi kagetnya itu.

Ia pun melanjutkan omongannya, "Jadi gini, dulu saya dan kakak-kakak saya masuk TK umur 3 tahun, SD umur 5 tahun, terus saya sendiri SMP umur 11 tahun aksel, SMA umur 13 tahun aksel dan saya alumni sini lho, terus langsung kuliah umur 15 tahun dan lulus umur 19 tahun dengan predikat cumlaude, terus lanjut S2 dan lulus umur 23 dan Alhamdulillah cumlaude juga. Jadi saya sekolah terus tanpa jeda sama sekali."
Lagi-lagi Risa menyela cerita gurunya itu. "Bentar-bentar pak. Bapak ini jenius atau apa sih? Terus kenapa nggak kerja diperusahaan gede? Kok malah milih jadi guru SMA?" Tanya Risa bertubi-tubi.

"Makanya kalo ada orang ngomong jangan disela Risaaa." Kata Zaffar gemas sambil mengelus-ngelus kepala Risa dan tertawa ringan. Mendapat perlakuan seperti itu dari gurunya, membuatnya diam membeku dan hanya terkekeh kecil tersipu.

"Jadi saya sekarang ini berada di fase dimana saya merasa lelah. Karena itu, saya nggak langsung memutuskan bekerja. Walaupun peluang diterimanya besar sih. Saya tau orang tua saya cukup kecewa dengan keputusan saya, tapi saya benar-benar sedang jenuh. Coba kamu bayangin 20 tahun sekolah tanpa henti dan belajar terus dengan giat. Jenuh kan?"

"Jelas lah pak. Saya sekarang umur 17 tahun, berarti saya 13 tahun sekolah aja udah agak jenuh. Padahal saya sekolahnya nyantai. Sedangkan bapak aksel dan ngejar predikat cumlaude." Zaffar hanya tersenyum mendengar curahan muridnya yang sependapat dengannya itu.

"Lalu suatu ketika, saya mengunjungi bu Atik, budhe saya sekaligus guru kamu sewaktu dirumah sakit. Beliau memberitahu kekecewaan orang tua saya. Karena itu, beliau menyarankan pekerjaan yang sekiranya cukup menyenangkan yaitu dengan menjadi guru SMA. Katanya sih, dengan ketemu murid-murid yang beragam sifatnya bisa semakin membuat saya dewasa dan mungkin menghibur saya yang sedang jenuh ini. Jadi ya saya melamar kerja sebagai guru di SMA ini. Kamu tahu? Omongan bu Atik benar sekali, buktinya dalam sehari saya berhasil menemukan sosok yang sekiranya akan menemani saya, menjadi teman ngobrol saya, dan menghibur serta menghilangkan kejenuhan ini." Zaffar dan Risa saling menatap lekat bola mata coklat milik mereka.
"Ya, sosok itu adalah kamu Risa." Zaffar tak mengalihkan pandangannya itu dan melukiskan senyum indah diwajahnya. Begitupun Risa, sambil tersenyum sangat manis, mereka saling bertatapan. Cukup lama, sampai mengacuhkan hujan yang sudah berhenti.

"Ehh kok ngelamun mas mbaknya ini. Nggak pulang? Saya ambil ya gelasnya, ibu mau pulang soalnya sudah terang. Permisi." Suara bu kantin berhasil membuyarkan tatapan mereka dan membuat mereka gelagapan kemudian saling salah tingkah. Merekapun hanya terkekeh bersama sambil melirik-lirik ke arah lain dan menggaruk-nggarukkan kepala mereka salah tingkah karena malu dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
"Ehm, kalau gitu Risa ayo kamu saya antar pulang." Mereka segera beranjak dari bangkunya sambil tetap salah tingkah.

...TBC...

Only My Teacher (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang