Chapter 5 : Micin

20 4 0
                                    

Sudah 2 hari sejak Zaffar dan Risa tak lagi saling menyapa. Lebih tepatnya mereka saling menghindar. Bagi Dian yang tahu dengan sikap mereka, berpikir bahwa mereka sudah seperti sepasang kekasih labil yang sedang marahan. Karena sikap mereka inilah yang juga mengganggu Dian selama beberapa hari ini.

"Kamu kenapa si Sa? Kok kayak pacar yang lagi marahan sama pak Zaffar aja. Padahal kalian juga gak pacaran. Kenal juga barusan. Tapi kok udah berantem kayak udah kenal lama aja."
Risa yang sedari tadi sibuk mengerjakan soal-soal yang diberi guru untuk mengisi jamkos langsung menaruh pulpen nya dan mengalihkan pandangannya ke arah Dian.

Lantas Dian kembali lanjut berbicara sambil sesekali memainkan pulpen. "Terus ya, kok kamu ngehindar terus sih Sa? Kasian tauk pak Zaffar udah beberapa kali berusaha manggil kamu. Tapi kamu malah ngehindar. Lagian pak Daftar itu guru dan kamu itu murid. Jadi gak sopan tau. Sekarang juga pak Zaffar malah kayak gak mau keluar dari ruang guru. Sekalinya keluar waktu sholat, eh ketemu kamu. Terus kalian malah diem-dieman kayak batu. Risih tau aku liatnya." Dian merubah ekspresi wajahnya menjadi benar-benar terlihat emosi.

Risa terdiam. Seakan-akan ia mengacuhkan omelan Dian. Ia kembali sibuk mengerjakan soal-soal tersebut.

"Hihh, kok sok nyuekin sih? Hadeuhh udah deh aku udah apal kamu banget. Biasanya kalo kamu diem sok-sok nyibukin diri itu malah kamu aslinya merenung kan? Aku cuma mau bilang aja. Emang sih pak Zaffar masih muda, cuman gak lucu aja kali Sa kalo kalian beneran ada sesuatu. Ya itu terserah kalian sih. Cuman ya kamu itu muridnya, jadi sifat kamu yang ngehindar ini tuh gak sopan. Makanya baikan ya kalian" Dian tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Risa, ia pergi nimbrung dengan teman-temannya yang lain. Mencoba memberikan waktu bagi Risa untuk merenung.

....
Sekarang sudah hari Sabtu yang berarti libur. Sudah terhitung 3 hari sejak Risa dan Zaffar tak kunjung berbaikan. Walaupun Risa sudah merenung dan berniat untuk meminta maaf agar kembali biasa saat bertemu Zaffar. Tapi nyatanya, Zaffar ia sulit sekali bertemu Zaffar akhir-akhir ini. Jadi ia kembali mengurungkan niatnya untuk beberapa hari kedepan.

Risa menghela napas berat mengingat sikap tak sopannya yang dia lakukan pada gurunya itu sambil mengambil beberapa makanan ringan di depannya.

Tak disangka, pria yang baru saja dilamunkannya kini sudah berada di depannya. Menghadap dia dan menatapnya seperti tanpa sadar. Pria itu kini berada di depan barisan mie yang bersebelahan dengan makanan ringan di minimarket ini.

Keduanya terdiam berusaha menyadarkan diri dengan apa yang mereka lihat sekarang.
"Lho?!" Mereka baru saja tersadar hingga suara kaget mereka terdengar cukup keras.

Mereka lantas saling melihat outfit yang mereka pakai masing-masing. Dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sandal jepit, celana pendek selutut, jaket berwarna hitam yang tudungnya menutupi kepalanyalah yang sekarang dipakai Zaffar. Sedangkan Risa memakai sandal jepit, celana olahraga sekolah, kaos panjang, dan kerudung besar biasa yang membuatnya terlihat seperti mak-maklah yang sedang dipakai Risa.

Mereka saling menepuk dahi dan membuang muka menyadari penampilan mereka yang jauh dari kata rapi seperti saat di sekolah.

"Euhmm, gak disangka ya kita bakal ketemu disini dengan pakaian kayak gini pak hehe." Risa terkekeh berusaha sekeras mungkin membuang rasa malunya. Karena ia bertekad untuk kembali bersikap biasa.

Zaffar nampak sedikit kaget melihat Risa yang kini ada didepannya mengajaknya mengobrol dan kembali terkekeh lucu. Walau ia masih merasa malu, tapi dalam sekejap rasa malunya tergantikan dengan rasa lega mendengar kekehan Risa. "Hahaha iya ya. Jujur saya malu lho Sa. Pakaian bapak kayak gini amat. Muka bapak juga pasti kumus. Aduh maaf ya haha" Zaffar terkekeh dan nampak sangat malu.

Langsung saja Risa tertawa cukup keras melihat gurunya seperti itu. "Ya elah pak. Saya juga sama aja outfitnya. Ternyata yang ngerasa malu gak cuma saya toh hahaha." Mereka kembali mengeluarkan tawa lega yang dalam beberapa hari ini tak pernah terdengar.

Risa memindah posisinya menjadi disebelah Zaffar. Ia terlalu kepo dengan apa saja yang dibeli Zaffar. Melihat ekspresi dan tingkah muridnya itu, Zaffar hanya tersenyum geli.
"Bapak lagi beli mie doang?" Tanya Risa penasaran karena melihat keranjang belanja Zaffar hanya berisi mie dalam jumlah banyak.
"Hehe iya, saya memang suka mie. Ini juga beli banyak ya buat stok di rumah." Zaffar mengamati raut wajah Risa yang mulai berubah. Risa mengernyitkan dahinya dan menatap Zaffar dengan rasa.... Kecewa.

"Ini stok nya buat berbulan-bulan kan pak? Bapak gak sering-sering makan mie nya kan?" Risa menatap tepat kedalam mata Zaffar. Ia benar-benar terlihat khawatir.

"Euhm... ini... cuma buat stok sebulan." Jawab Zaffar ragu. Sontak saja Risa langsung membuka lebar matanya. Gadis itu langsung mengembalikan setengah stok mie yang ada di keranjang Zaffar.

"Lho kok kamu kembaliin sih Sa?"
"Bapak masih tanya gini? Please deh pak ini tuh micin micinnnn. Gk baik juga buat tubuh bapak kalo keseringan makannya." Gadis ini masih sibuk mengembalikan beberapa mie-mie itu. Sedangkan Zaffar hanya terdiam dengan muka kebingungan dan kaget tentunya. Namun pria ini tidak menghentikan tingkah muridnya ini.

"Nah kalo segini gak apa. Bapak kalo makan maksimal 3x aja sebulan. Ok? Hehe. Soalnya ntar kalo kebanyakan makan mie rambut bapak jadi keriting." Zaffar hanya menatap Risa berusaha mengolah omongan muridnya itu. Karena ia masih tak fokus dan meratapi nasib mie-mie yang dikembalikan muridnya itu.

"Tapi boong haha. Guyon atuh pak." Risa tertawa terbahak-bahak dan Zaffar hanya tersenyum miris masih memikirkan nasib mie-mie yang dikembalikan Risa.

"Eh tadi kamu bilang bapak gak boleh makan mie gara-gara banyak micinnya. Lha yang kamu bawa itu juga micin doang Risaa." Kini gantian Zaffar yang mengembalikan stok makanan ringan milik Risa. Ia tersenyum licik membalas dendam. Benar saja, reaksi Risa sama persis dengan ekspresi Zaffar tadi.

"Ntar kalo kebanyakan makan micin yang ada malah otakmu gk jalan hahaha." Zaffar terbahak-bahak dan Risa tetap tersenyum miris sambil menatap calon jajan miliknya.

Sebelum Risa mengambil jajan-jajannya kembali, langsung saja Zaffar menarik keranjang belanjaan Risa dan segera membawanya ke kasir. Kali ini mereka pulang dengan tanpa ada lagi rasa canggung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only My Teacher (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang