awal

404 12 3
                                    

Hari hariku monoton tak ada yang menarik dan berkesan membosankan.
Aku terlalu bosan untuk sendirian dirumah,aku mengajak Sinta untuk makan malam,cepet cepat aku bersiap untuk pergi

"Dek kakak mau pergi sama Sinta, kamu dirumah aja,kalo ada apa apa telpon aja"Ucapku ,Adikku sudah tidak usah perlu takut di tinggal lagi karena ia sudah kelas 8 SMP yang bisa menjaga diri sendiri
"Iya" ucapnya malas dengan mata tertuju apa gamenya

Suara klakson motor yang asing berbunyi di depan rumahku
Kulihat bukan Sinta yang menjemputku, tetapi seseorang yang tak dikenal

"Mang anterin ke cafe black white ya"ucapku yang ternyata itu tukang ojek

Sesampainya di cafe,aku turun sambil merogoh uang yang ada di tas kecilku, tapi ada yang aneh pria itu malah mendahuluiku dan memasuki cafe itu juga,
"itu tukang ojek apa tukang nikung, maen tikung tikung aja"batinku

" Mang ini uang ojek nya " ku berlari menuju pria ojek itu

Ku melihat pria tadi sudah duduk dengan Sintia

"Lah kok tukang ojek ini,malah gabung sama kita" tanya ku kepada Sintia

"Hah?? Lo kira ini tukang ojek, gila mana ada tukang ojek seganteng Radit "ucap Sintia dengan mulut maju lima senti

" Ini temen lo??" Tanya ku

"Iya, dia sahabat gwe pas gwe SD dulu, udah sini duduk"

Malu.. malu.. malu..
Sudah beberapa kali aku dipermalukan sama Sintia, aku kira pria itu tukang ojek ternyata bukan, pantas saja muka ganteng dan masih muda yang seumuranku

" Maaf ya, udah salah sangka"ucapku penuh dengan rasa malu

" Iya gak papa, btw emang gwe kaya tukang ojek ya"

" Gk kok " ucapku ragu

" Raditya" ucapnya sambil mengulurkan tangan sambil tersenyum

"Matahari" ucapku sambil menjabat tangan, kemudian ku lepaskan

" Hah?? Matahari?? Nama lo sun?"

" Ehh bukan, nama gwe Adila, maksud gwe nama Raditya itu artinya matahari"

" Gwe aja yang punya nama gk tau arti nama sendiri" ucapnya sambil tertawa geli

"Hahah, Raditya itu artinya matahari dari bahasa sengketa Romawi kuno"ucapku

"Lo suka sejarah ya"tanya nya yang masih tak percaya yang aku ucapkan

"Gk" ucapku seadanya

" Dia mah ya dit sama kaya lo suka yang langka" ucap Sintia menambahi

" Dia suka ngeliat matahati terbit?? " Tanya Radit penasanan

" Kebalikan!!" Ucap Sintia

"Maksud lo suka senja??"

" Seratus buat Lo" ucap Sintia sambil mengunyah makanannya

Aku punya cara tersendiri untuk tetap bahagia yaitu melihat senja ketika matahari mau bersembunyi akan semua masalah dimuka bumi , bahkan melihat senja terbenam itu sudah jadi hobiku di setiap hari,memang sedikit aneh mempunyai hobi yang tidak menggeluti pada bidang mana pun,tapi seperti itu lah aku tenang

" Boleh minjem headphone lo gk, gwe mau hubungi orang yang dirumah" ucap Radit sambil tersenyum

" Kenapa gk pake hp lo aja ??"

" Gk ada pulsa, hehehehe"

Ku ambil headphone ku ,langsung ku serahkan kepada Radit , entah kenapa dari gelagat nya malah dia tersenyum senyum sendiri, ada yang aneh

Hari sudah malam Mungin ini sudah jam 9 malam, aku putuskan untuk pulang

" Sin dit,gwe mau pulang nih udah malem, gwe pulang ya" ucapku sambil melambaikan tangan

" Ehh ,, kan gwe yang jemput, gwe juga yang anter" mohon nya

" No, aku pengen naik taksi aja"

" Gk, pokok nya sama gwe" ucapnya bersikeras

Setelah sampai di depan rumah , aku langsung turun dari motor
"Makasih mang,uang ojeknya berapa hahahah"ucapku tertawa sambil menyerahkan uang 20 ribuan itu

"Gwe bukan tukang ojek neng, hahahha, udah ya gwe langsung pulang "ucapnya berpamitan

"Iya , bye" sambil melambaikan tangan

Sudah tak kelihatan bahu pria itu, langsung saja aku menuju kamar.


Sunset SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang