Chapter 4

9.1K 311 9
                                    

Setelah beberapa menit terdiam atas kebingungan yang diciptakan sahabatnya, Fio menyusul Anya kekamarnya untuk meminta penjelasan sahabatnya itu.

Tiba dikamar Anya, Fio melihat Anya baru keluar dari kamar mandi yang ada dikamarnya. Ia baru saja selesai mandi malam.

Anya yang melihat itu, hanya menggelengkan kepalanya saja. Ia sudah tau betul sifat sahabatnya itu. Setiap kali Anya kesal dengan seseorang atau apapun itu, ia pasti melampiaskannya kekamar mandi, dengan cara berendam di bath up. 

Menurutnya itu obat paling manjur untuk menghilangkan rasa kesalnya. Setelah dirasa cukup, ia baru akan keluar dari kamar mandi itu.

Anya masuk dan duduk di pinggir ranjangnya. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik Anya. Apa yang dilakukannya, dan sedang apa sampai Anya selesai melakukan aktivitasnya dan duduk dengan bersandar di kepala ranjangnya sambil menonton televisi yang ada dikamarnya, tentunya.

Fio yang melihat tingkah laku Anya sedikit kesal, pasalnya dari tadi ia hanya dicuekin saja, serasa ia makhluk tak kasat mata yang mengikuti Anya kemana pun dia pergi.

"Anya?" Fio memanggil Anya dengan menghadap kearahnya.

Namun bukan Anya namanya jika tidak membuat sahabatnya itu kesal.

"Anya?!" Fio mencoba bersabar menghadapi tingkah temannya itu dengan menahan gejolak kekesalannya.

Namun Anya tetap tidak membalas panggilan Fio. Dan itu membuat emosi Fio sudah ditingkat kekesalan paling tinggi, tinggal menunggu meledak saja.

"Anya?!" Fio menggeram dengan menggertakan giginya.

"Apaan sih?!" akhirnya Anya buka suara, walau setelah menyaksikan tampang kekesalan sahabatnya itu. Sebenarnya dia juga kesal dengan temannya itu, tapi dia akan bahagia setelah melihat temannya itu juga ikut kesal sepertinya. Itu memang niat awalnya menghiraukan ucapan temannya itu. Dia suka melihat tampang kesalnya Fio, menurutnya itu lucu. Jadi hitung-hitung menghibur dirinya.

"Soal masalah tadi,"

"Masalah apa?" Anya menyipitkan matanya tanda kebingungan dengan maksud Anya. Padahal ia tau apa yang akan dibahas Fio, tapi ia seolah mengulur waktu untuk membuat temannya itu bertambah kesal.

'Lumayan ngerjain dia, biasanya kan dia yang ngerjain aku.'  Anya membantin dengan tersenyum mengejek.

"Ituloh, soal yang tadi."

"Yang mana sih Fi? Yang jelas dong ngomongnya."

"Anya!!." Fio menggertakkan giginya menahan kekesalannya. "Soal CEO baru kita itu loh, gak usah pura-pura bodoh deh. Udah bodoh juga." lanjutnya dengan nada mengejek dengan memutar kedua bola matanya.

"Sialan, kurang ajar banget sih jadi teman." kini Jadi terbalik, Anya jadinya yang mulai kesal dengan Fio.

"Bodoh amat, si Amat aja gak peduli." ucap Fio acuh.

"Yaudah jelasin masalah yang tadi." lanjutnya masih menuntut penjelasan Anya.

"Masalah apasih?"

"Aishh, emang nyari perkara yah nih orang. Sok-sokan bodoh lagi, walau nyatanya bodoh sih. Auu ahh, terserah kamu mau ngasih tau atau enggak." Fio berkata dengan sinis sambil bangkit untuk kembali kekamarnya.

Sebenarnya dia sudah mengantuk, pasalnya Anya pulang tadi sudah larut malam, ditambah dia harus menunggunya untuk membersihkan badannya.

Tapi apa? Nihil yang dia dapatkan.

Benar-benar sial, tahu begitu dia tidak akan mau menunggunya.

Anya yang melihat itu hanya acuh, dia bukan tidak mau memberi tahu temannya itu soal tadi. Hanya saja, itu akan membuat kekesalannya kembali. Jadi lebih baik dia mendiamkan Fio saja, nanti tunggu ada waktu yang pas baru dia akan memberitahu Fio soal tadi.

Anya tau dia salah disini, karena sejak mereka bersahabat dari dulu, mereka pasti memberi tahu satu sama lain masalah yang sedang terjadi sama mereka. Jadi tidak ada rahasia-rahasian diantara mereka. Tapi untuk saat ini dia tidak bisa, bukan tidak bisa, tapi belum pas waktunya, mungkin besok dia akan memberitahu Fio masalah yang membuat dia kesal sepulang kerja tadi.

Tidak mau memikirkan masalah yang tadi, Anya akhirnya memilih tidur untuk menenangkan pikirannya untuk menyambut hari baru yang cerah esok hari.

*****

Don't forget for vomment and share, thank you before 😊

The Billionaire BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang