°play media°
•••
Karena belum sempat belanja kebutuhan, beberapa lampu masih belum terpasang. Rumah mereka tak begitu terang. Remang-remang. Jendela pun hanya terpasang gorden tipis berwarna putih.
Malam itu terasa begitu 'dingin'.
Felix mati matian untuk memberanikan diri mandi di kamar mandi yang ada di dekat dapur. Tidak ada lampu. Ia hanya mengandalkan flash dari ponselnya.
Ia memaksa kakaknya untuk duduk di meja makan dan menemani nya bicara.
"Kak masih disana kan?" Tanya nya setengah teriak.
"Iya lix, masih disini kok"
Felix melirik jam diponsel nya, jam 7 malam.
"Kak nanti makan apa?" Tanya felix lagi.
"Kamu mau makan apa? Ntar kakak beliin" jawab bangchan.
"Kita pergi nya berdua aja. Felix ga mau ditinggal"
"Oke, cepet mandi nya, kakak mau mandi juga"
Lalu hening beberapa saat.
"Kaak masih disana kan?"
"Iya lix, masih kok"
Felix sudah menyelesaikan mandinya. Ia kemudian mengganti bajunya dengan piyama. Ketika ia mengancing tiap kancing nya. Felix berpikir.
"K-kak chan kan biasanya manggil dek"
Felix takut. Ia paranoid, Sebisa mungkin ia tidak melihat ke arah cermin. Felix buru buru mengambil ponselnya lalu keluar dari kamar mandi. Pura pura tidak tau bahwa ia melihat seseorang tersenyum dicermin.
"Kak chaaan!!!" Teriaknya.
Felix semakin takut ketika melihat kakaknya sedang duduk di sofa memainkan ponsel nya.
"Dari kapan kakak disitu?" Tanya felix penuh antisipasi.
"Eum, kamu masuk kamar mandi kakak langsung kesini"
Tubuh felix merosot, "yang tadi ngomong sama aku siapa" lirihnya.
•••
felix mengantuk tapi ia takut untuk tidur.
"Dek, kalau ngantuk tidur, jangan maksain begadang"
"Tapi nanti mimpi lagi gimana kak?"
"Kan ada kakak, tidur ya?"
Dengan ragu felix mengangguk. Dan ia pun mulai terlelap.
.
.
.
Felix membuka matanya ketika suara asing dari tadi memanggilnya.Disana ada lelaki tampan dengan kemeja dan celana berwarna putih.
Kalau boleh jujur, felix terpana. Paras lelaki itu benar benar tampan.
"Hei felix, mau bantu aku?"
Felix mengerjap. "Bantu apa?" Tanyanya.
Lelaki itu menggenggam tangan felix, membantunya bangkit dari tempat tidur dan menuntunnya ke ruang tengah.
Felix melirik jam dinding yang ada disana. Pukul 2 dini hari. Lalu akal sehat felix mulai kembali.
Siapa lelaki yang ada dihadapannya ini?
Lelaki itu membuka tirai. Lalu menunjuk ke halaman belakang. Lebih tepatnya menunjuk ke arah gudang dengan pintu berwarna merah.
Felix takut. Bayangan lelaki tampan didepannya ini sekarang berubah menyeramkan dalam pikirannya.
"Tolong buka pintu itu" kata lelaki itu tanpa melihat felix
Suara yang tadinya terdengar hangat dan manis. Kini terdengar dingin dan menyeramkan.
Felix mengucap doa dalam hati.
Ketika lelaki itu berbalik. Felix membeku sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.
Wajah yang tadi nya tampan kini hancur disalah satu sisi. Seperti bekas pukulan martil. Darah mengotori kemeja putihnya. Tangan halus yang tadi menggenggam tangan mungil felix kini menjadi remuk dan kotor.
Dari arah lain, muncul seorang lagi.
"Wah wah... biasa nya langsung petak umpet, sekarang ditakutin dulu ya kak, tumben"
"Diam hyunjin, felix teman jisung. Ia harus diperlakukan sedikit istimewa"
👻👻
Hyunjin bukan satu satunya ya'-'
Waktu kecil, disaat temen temen aku bercita-cita jadi dokter , jadi guru jadi pilot. Disaat itu lah aku bercita cita jadi ghost hunter 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Open The Door, Please ▪ [ straykids ] ✔
Fanfictionbangchan dan felix baru saja menyewa sebuah rumah sederhana. Sejak tinggal disana, felix selalu dihantui mimpi buruk. Seseorang hadir dalam mimpi nya, memaksa untuk membuka pintu gudang berwarna merah di halaman belakang.