chapter Eleven

6 1 0
                                    

Di chapter sebelumnya.....

Clarissa merasakan sesuatu yang aneh dari sekeliling mereka, dia menatap ke belakang melihat April dan Violet. 'Mereka masih saja dibelakang.' pikir Clarissa.
Shuuttt......cahaya meleset didepan wajah Clarissa. Untung saja refleksnya masih sama seperti saat dia dulu. Dirinya menoleh ke kanan dan kiri, mendapati semua orang disekitarnya tidak bergerak seakan-akan waktu baru saja berhenti disekitarnya.

"Halo, Clarissa."

••••••••••••••••••••••••

Clarissa menatap datar wanita yang menjadi sumber masalah keluarganya tersebut, "Apa maumu?" tanya singkat Clarissa. Irene tertawa mendengar pertanyaan wanita separuh baya yang berada didepannya.

Clarissa masih melihat Irene tertawa, dirinya menatap bosan terhadap penyihir hitam tersebut. "Kau tau apa yang ku mau! Diantara semua orang, keluargamu pasti tau dimana sumber kekuatan Nix Glacies!" pertanyaan Irene seperti perintah yang harus dijawab, akan tetapi Clarissa tidak terlalu memperhatikan nada bicaranya.

Clarissa tersenyum miring mendengarnya, "Seakan aku akan beri tahu. Katakan padaku, Kenapa kau bertanya padaku? Bukankah kau tau, aku tidak akan memberi tahumu? Itu dengan ungkapan, aku tau dimana Nix Glacies." kata Clarissa. Irene masih saja menatap Clarissa yang sepertinya menolak untuk kerja sama.

"Iya, aku tau. Sekarang aku punya petunjuk. Terima kasih, Clarissa" kata Irene dengan menghilang secara perlahan. Seketika disekitarnya kembali seperti semula, bergerak seakan tidak terjadi sesuatu. 'Petunjuk, hah? Apa dia menanyakan hal itu untuk memastikan aku tau atau tidak? Aku terlalu ceroboh.' pikir Clarissa.

April melihat Clarissa yang sedang menatap jalan aspal, "Nyonya, ada apa? Kenapa Irene datang kemari dan apa Nix Glacies itu?" tanya April. Clarissa menatap tidak percaya, orang-orang disekitar mereka sudah bergerak seakan tidak terjadi sesuatu, akan tetapi April menanyakan hal itu. "April, bagaimana kamu bisa dengar semua itu?" tanya Clarissa. April menatap bingung, "Aku sadar semua orang berhenti bergerak secara tiba-tiba, jadi aku langsung berinisiatif untuk melakukan hal yang sama. Sedikit samar-samar aku dengar, tapi aku dengar kata Nix Glacies." kata April.

Clarissa hanya menatapnya dan tetap melanjutkan perjalanan, "Kak, kenapa kakak diam saja? Kita belum selesai berbelanja." kata Violet dengan ceria. April tersenyum dan mengandeng tangan Violet, mereka bekeliling dan pelayan yang mengikuti mereka hampir kewalahan karena barang yang mereka beli.

"Jadi...kau tidak akan bertanya tentang apa yang akan April pakai?" tanya Charlie, matanya sedikit melihat anaknya yang tidak berusaha menutupi kekesalannya. Shu berusaha mengabaikannya yang tentu saja mustahil, "Bisakah ayah berhenti bertanya?! Seakan ayah tau apa yang akan dia pakai! Dan juga! Kenapa hanya April yang ayah sebut?! Kemana Violet dan ibu?!" tanya Shu dengan kesal.

Charlie sedikit tertawa karena reaksi yang dikeluarkan oleh Shu, "Kenapa kau kesal? Ayah tau Ibumu dan adikmu pasti menggunakan gaun warna putih, tapi April adalah lain." kata Charlie tanpa menatap anak laki-lakinya. Ingin rasa Shu menjitak kepala ayahnya itu, jika tidak tau diri. "Kalau bukan ayahku yang kebanyakan bicara, aku pasti sudah menghajar ayah. Tidak biasanya ayah kebanyakan bicara, kenapa ayah tiba-tiba senang? Tidak mungkin karena festival Cahaya, kan?" tanya shu curiga.

Charlie menatap Shu dengan pandangan yang sulit diartikan, "Pada akhirnya *senyum sambil menghela napas* anakku punya pasangan di festival. Apa kau tidak tau betapa kabar bagusnya itu? Sekarang aku akan buat yang lain bungkam." kata Charlie bersemangat. Shu yang melihatnya hanya menghela napas tidak mengerti, dirinya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan mengurus berkas yang sejak tadi sepertinya tidak berkurang sama sekali.

"Haccuhh." April tiba-tiba bersin ditengah perjalanan mereka, dia menggosok hidungnya dan menatap bingung. Clarissa pun menatap bingung, "Kau sakit?" tanya Clarissa. April menggelengkan kepalanya dan itu membuat Clarissa tambah bingung, " Mungkin seseorang ada yang bicarakan kakak." kata Violet. April berfikir untuk sesaat dan menggangguk, "Mungkin saja, ada-ada saja." kata April.

Pada akhirnya waktu berbelanja telah selesai, para wanita segera menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Akan tetapi, beda dengan Charlie dan Shu yang masih betah berada diruang kerja. "Kenapa tidak berkurang sama sekali?! Apa setiap hari seperti ini?! Seingatku laporan tidak menumpuk sebanyak ini!" ngeluh Shu. Charlie menatap putranya tersebut dan menghela napas, "Akhir-akhir ini, Irene sering buat kekacauan. Seringnya diwilayah kekuasaan Alvery. Wajar laporan menumpuk sebanyak ini." kata charlie santai, beda dengan Shu yang menatap horor laporan didepan matanya.

Clarissa datang dan menatap kedua pria yang sedang sibuk membaca laporan didepan mata mereka, bahkan sampai tidak menyadari bahwa Clarissa terhibur atas sibuknya mereka. "Sepertinya kalian bersenang-senang saat kami tidak ada." kata Clarissa dengan senyum diwajahnya.

seketika mata Shu memancarkan kekesalan yang tidak dia sembunyikan, "Kita terlalu bersenang-senang sampai tidak menyadari bahwa Ibu menatap kita sejak tadi." kata Shu dengan kesal. Clarissa tertawa sedikit dan menghampiri suaminya, Charlie yang sebenarnya tidak menyadari keberadaan istrinya itu hanya berusaha menutupi. Clarissa sadar dan memeluk suaminya dari belakang, "Aku tau kau sibuk, jadi aku tidak akan tertawa kalau kau juga tidak menyadari keberadaanku." kata Clarissa dengan senyum, tapi entah kenapa malah membuat Charlie semakin tersinggung.

April sendiri sedang bersama Violet yang sedang bermain boneka, 'Aku belum pernah merasakan bagaimana punya adik, ini adalah kesempatan yang bagus.' pikir April. Violet tersenyum gembira saat menatap April, "Ada apa kak?" tanya Violet, April menggelengkan kepalanya dan tetap melanjutkan bermain.

"Kenapa masih banyak?!?!?! Kalau begini terus aku bisa mati!!" kata Shu kesal, mata nya menampakan kejengkelan saat melihat laporan yang banyak dimeja ayahnya. Ayahnya menghela napas dan menatap putranya tersebut, "Kau kebanyakan ngeluh juga tidak akan mengurangi berkas laporannya." kata Charlie.

Clarissa dengan santai meminum teh dan memakan kue ringan diruang kerja suaminya tersebut, Shu berusaha tidak mempedulikan ibunya tersebut. "Apakah kalian masih belum selesai? Shu, kau keluar sebentar. Kami ingin membahas sesusatu." kata Clarissa. Shu menatap senang dan keluar dari neraka tersebut.

Charlie menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan aneh anaknya tersebut, "Irene mendatangiku tadi saat berbelanja dan dia mengetahui kalau kita tau tentang Nix Glacies." kata Clarissa. Charlie menghentikan kegiatannya dan menatap istrinya, "Begitu rupanya, itu sebabnya dia membuat kekacauan." kata Charlie. Clarissa mendatangi suaminya dan memeluk dari belakang.

•••••••••••••
butuh beberapa hari buat chapter yang satu ini.

jadi aku tidak akan banyak ngetik

vote and comment
aku butuh saran dam kritik kalian

see you in the next chapter

MAGIC IN MY LIFE(DISCONNECTED)Where stories live. Discover now