AN : Sebelum kalian baca cerita. Sempatkan baca ini. Cel punya rules. Apa itu rulesnya. Hmm, komen ff kudu, harus, setengah dari jumlah voted. Jadi voted 100 komen harus 50. Voted 200 komen 100, vote 300 komen 150. Bagi yang malas kasih komen, please go away. Baca = Komen. Itu doang Cel ga minta kalian macam" cuma vote sama komen ga susah kok. Demi kelanjutan cerita itu ada ditangan kalian yang nentuin!
🐻🐻🐻
Sayup-sayup suara langkah kaki terdengar di telinga Yunho. Mencoba bergelung lagi tapi tak bisa. Mengganggu. Dan ia menyibak selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Entah, siapa yang masuk ke dalam apartemennya. Mungkin ibunya, mungkin juga adiknya. Entah.
Alih-alih mengetahui siapa pengganggunya, Yunho memilih membuka gorden setelah berdiri. Pandangannya tertuju kepada sebuah pot bunga. Ah, lagi pot kaktus yang diberikan seseorang paling spesial untuknya membuat hatinya terenyuh.
Yunho hendak menyentuh, tetapi tatkala pintu kamarnya terbuka, ia segera berbalik. Ibunya ada di sana dan tersenyum dengan lembut.
"Ibu tiba pagi sekali dan langsung kemari!" ujar wanita paruh baya itu dengan suara yang lembut.
Yunho tersenyum kikuk. Menggaruk tengkuknya, ia mendekat pada wanita itu. "Maaf Bu, aku tidak bisa menjemput," ucapnya penuh sesal.
"Tidak apa-apa, melihatmu seperti ini saja membuat Ibu sangat senang, Nak!"
Mengangguk, Yunho tersenyum malu. Semestinya ia tidak begini. Namun kejadian beberapa bulan silam membuatnya seolah kehilangan semangat. Memandang pot kaktus, ia menghela napas.
"Ibu akan merapikan apa saja yang akan kau bawa ke Gwangju, kau sudah mantap Yun?"
Yunho hanya tersenyum kaku. Apa lagi yang ia harapkan di sini. Pekerjaannya hilang, semangatnya pudar, tidak ada yang berarti lagi semua musnah. Dan ia ingin memulai yang baru. Lepas dari semua kemalasan yang ada menggelayutinya.
"Iya, Bu. Aku akan bersiap-siap dan menemui Yoochun, setidaknya aku perlu berterima kasih padanya," ia beranjak menuju kamar mandi dan menyunggingkan senyum kala ibunya mengusap bahunya penuh sayang.
Entah, bagaimana selanjutnya dirinya. Yunho hanya tahu bahwa ada ibunya yang senantiasa membuka lebar pelukan untuknya kapan saja.
.
.
.Bertemu Yoochun sesuai agendanya, Yunho menunggu pria itu di caffe tempat dimana dulu dekat dengannya bekerja. Kantor itu, kantor yang memukau. Ia saja merasa sangat beruntung karena berhasil masuk bekerja di sana.
Masih terngiang jelas bagaimana europhoria Yunho saat diterima bekerja di kantor itu. Ia tersenyum, kenangan itu terlalu pekat dan orang yang memeluknya adalah si wanita kaktus. Lagi, ia tak bisa menepis si wanita dari benaknya.
"Sudah lama, Yun?"
Tersentak, Yunho mendongak. Yoochun ada di depannya sedang menarik kursi dan duduk. Wajah pria itu terlihat pias dan menatapnya dengan seksama.
"Hai Chun, aku memintamu bertemu unt-"
"Yunho, ada masalah Yun. Mengenai pekerjaanmu!" bukan maksud Yoochun menyela perkataan sahabatnya. Tetapi ini terlalu penting untuk mereka lewatkan.
Dan bagi pria berusia tiga puluh tahunan ini, masalah yang akan dikatakannya lebih penting dari pada apa yang akan dikatakan Yunho.
Menautkan alis, Yunho tidak paham tentang apa yang dibicarakan Yoochun. Pekerjaannya? Ia sudah resign bekerja sejak dua bulan lalu, bukan resign yang sebenarnya, tetapi ia dipaksa memberikan surat pengunduran diri karena bekerja tidak efektif.
"Pekerjaanku?" tanya Yunho, lalu terkekeh dengan apa yang barusan ia tanyakan.
Yoochun menarik gelas kopi, meminum cairan berwarna cokelat kehitaman itu hingga tandas. Rasa dahaga nyaris membuatnya dehidrasi. Belum lagi dengan apa yang akan diutarakan pada Yunho.
"Proyek terakhir yang kau tangani, CEO baru meminta kau bertanggung jawab atas itu karena mangkrak terlalu lama!"
Mengernyit, Yunho terkejut atas penuturan Yoochun. Setahunya, setelah ia berhenti bekerja, ia tidak berurusan dengan hal itu lagi. Lalu sekarang kabar mangkrak proyek itu terdengar telinganya dan menyeret namanya secara tidak langsung. Ini sebuah lelucon yang diperdengarkan padanya.
"Masalahnya denganku apa?"
Menggeleng, Yoochun mengusap wajahnya. Sorot mata pria itu tertuju dengan tajam ke bola mata Yunho, "CEO baru menuduhmu bertindak korupsi sebelum diberhentikan! Kau dalam masalah, Dude!"
Suasana senyap seketika, Yunho terdiam. Dan seluruh suara yang tadi menari-nari di telinganya tersedot. Ia menatap kepada satu titik. Yoochun. Wajah pria itu tidak main-main, dan pembawaan Yoochun yang biasa santai memang terkesan sembrono.
Jadi ini sungguh-sungguh?
Pertanyaan itu bagaikan ujung pedang yang membuatnya mengernyit. Bagaimana ia bisa melakukan korupsi? Ia memang menangani proyek itu, tetapi sedikit pun ia tidak pernah tergoda dengan jumlah uang yang dirincikan oleh pihak lainnya.
Terkekeh, Yunho tak bisa percaya. Yoochun pasti bercanda.
"Chun, kau-"
"Aku serius, Yun. Aku tidak bercanda. Mungkin sebentar lagi kau akan menerima surat panggilan!"
Menggeleng, Yunho tak percaya. "Kau sengaja ingin mengurungkan niatku untuk menetap di Gwangju?"
"Jika aku boleh jujur, aku memang tidak ingin kau kembali ke kampung halamanmu, tetapi aku tentu ingin terbaik untukmu. Dan ini tidak main-main."
Menjilat bibir, Yunho menatap Yoochun lebih lamat. Ia mendesah dan mengusap wajahnya. Jadi ini serius? Astaga, ia benar-benar linglung.
"Lalu bagaimana aku membuktikan bahwa aku bersih?"
Yoochun mendekat ke arah Yunho, "Ke kantor, kau bisa menyatakan dirimu bersih hingga proyek itu selesai. Jika tidak, kau akan diberi sangsi. Aku tahu kau tidak sepicik itu, tapi setidaknya kau perlu membersihkan namamu, iya kan?"
Memang benar, membersihkan nama adalah yang perlu ia lakukan. Yunho memijit pelipisnya. Bukan ini yang ingin dikatakannya pada Yoochun. Tapi, mau bagaimana lagi. Yoochun benar, sebelumnya itu adalah proyeknya. Proyek yang semestinya dikerjakannya dengan baik. Namun terbengkalai dan sekarang karena itu ia dituduh menggelapkan sejumlah dana.
Itu yang ia ambil kesimpulan dari sana.
"Apa aku perlu ke kantor sekarang?"
"Semakin cepat semakin baik, kucing betina itu sangat arogan!"
Mendengar itu, Yunho terhenyak. "Apa maksudmu kucing betina, Chun?"
Yoochun memutar bola matanya. "Presdir Kim menunjuk putrinya Sebagai CEO, dan wanita itu sangat angkuh serta ketat!"
CEO baru mereka seorang wanita? Astaga, ia tidak percaya bahwa perusahaan besar itu mempercayakan semuanya ditangan seorang wanita. Apa lagi, mendengar cerita Yoochun bahwa wanita itu angkuh. Bagaimana perusahaan bisa berkembang jika dipimpin wanita seperti itu.
Ia berdecak, dan menatap lamat Yoochun. "Aku akan memberitahu ibuku dulu," putusnya.
Mengangguk, Yoochun setuju dengan Yunho. Sungguh semua ini tidak terprediksi sebelumnya.
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana", no edit.
Sudah baca rules di atas?
Okay, lets watching (?) .
Thank you.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chance Of Love
FanfictionYunJae / GS / Yunho /JJ Kim / DLDR / No Bash. © Cecilia .