12 화 - Sun And Rain

1.3K 351 59
                                    


Setelah makan bersama, Yunho membantu Jaejoong untuk mencuci piring sedangkan wanita itu mengisi kembali air di dalam lemari es dan terlihat sibuk dengan ponsel. Yunho tidak bermaksud mencuri dengar tapi, ia tidak sengaja mendengar. Bahwa Jaejoong meminta pengurus rumah yang tinggal terpisah untuk mengisi bahan makanan lebih banyak.

Lantas, ia mendengar Jaejoong menelepon salah satu karyawan yang dipekerjakan di cabang Jeju. Ia rasa, sebentar lagi mereka akan meninjau lokasi secara langsung. Well, memang semestinya begitu sejak mereka tiba di sini.

Ia bergegas melepas sarung tangan pencuci piring dan menghampiri Jaejoong yang berada di luar dapur. Jaejoong berdiri di depan ambang pintu dapur, pantas saja ia bisa mendengar percakapan wanita itu.

"Yun, kita akan ke tempat resort. Aku akan bersiap-siap," ujar Jaejoong ketika ia memandang wanita itu.

Mengangguk, Yunho memperhatikan pergerakan Jaejoong yang langsung berlari menaiki anak tangga. Ia mengikutinya, mungkin keadaan darurat sedang terjadi. Ke dalam kamarnya, Yunho mengambil mantelnya. Ia juga membawa beberapa berkas yang sengaja ia siapkan dari Seoul.

"Yun, kau sudah siap? Jungmoo mengatakan para pekerja sedang melakukan demo di depan gedung perkantoran kita," Jaejoong mencerocos, baru saja ia berinisiatif untuk menemui para pekerja dan sekarang mereka melakukan demo.

Jika hal ini sampai diliput media, bisa-bisa akan membawa dampak buruk pada perusahaan.

"Aku sudah siap," sahut Yunho seraya keluar  dan memandang Jaejoong yang hanya mengambil mantel, tas serta sepatunya. Penampilan wanita itu sedikit kacau tapi tidak terlalu kentara.

"Baiklah, kau yang bawa mobil," Jaejoong melempar kunci mobil ke arah Yunho, dan ditangkap dengan baik oleh Yunho.

Melangkah tergesa-gesa, Jaejoong benar-benar harus mengurus para pekerja lapangan secepat yang ia bisa. Ia memijit pelan keningnya seraya menuruni anak tangga.

Yunho mengekor Jaejoong, ia melihat dengan baik bahwa wanita itu penuh tanggung jawab. Sekali lagi, ia terkagum-kagum pada sosok Jaejoong.

"Apa kau tidak memberitahu kepada pimpinan kepala cabang bahwa kita akan membicarakan pembayaran upah kepada para pekerja?" Yunho bertanya, ia hanya ingin tahu permasalahan saja kenapa mereka melakukan demo jika sudah ada pemberitahuan, berbeda jika memang tidak ada yang memberitahu.

"Sudah, itu kenapa aku tidak tahu kenapa mereka melakukan demo. Jungmoo sudah memberi surat edaran pada ketua pekerja mereka, dan mereka mengatakan tidak ingin kita tipu!"

Mengernyitkan kening, Yunho tidak paham maksud Jaejoong. "Tipu?"

Jaejoong menoleh, ia membuka pintu rumah dan menyahut, "Aku tidak mengerti, kenapa mereka berkesimpulan begitu. Maka dari itu kita harus segera ke sana."

Mengerjap, Yunho menatap Jaejoong yang langsung membuka pintu mobil. Yunho juga melakukan hal yang sama. Ia segera menyalakan mobil dan menjalankannya dengan perlahan.

"Semestinya mereka menunggu dahulu sebelum bertindak," Yunho melepaskan tas ransel, ia melempar pelan tas ke jok belakang dengan pelan.

Jaejoong menghela napas, ia kemudian mendial nomor telepon seseorang dan mulai berbincang seputar para pekerja.

Yunho hanya menyayangkan sikap mereka, hal seperti ini tidak semestinya mereka berdemo, perusahaan bisa saja membalik keadaan dan menyudutkan mereka. Ia menjilat bibirnya, semua masalah ini harus ia selesaikan.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Thank for comment.

.
.
.

The Chance Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang