9 화 - Sun And Rain

1.1K 368 69
                                    

Jaejoong mengatakan mereka di Jeju dalam kurun waktu yang lumayan lama. Karena masalah di lapangan lebih kacau dari pada di dalam. Selain harus menemukan si penggelap dana, ia juga dituntut untuk menyelesaikan hal ini. Tetapi lebih dari itu, Yunho salut dengan Jaejoong yang mau terjun langsung ke lapangan.

Entah, lantaran wanita itu tidak percaya padanya atau sekedar ingin mengetahui kinerja lapangan.

Ia tidak ingin berprasangka yang tidak-tidak, karena sejauh ini Jaejoong terlalu baik.

Yunho tersenyum setelah selesai membenahi kopernya. Hanya satu buah koper yang ia bawa. Ia seorang pria, tidak terlalu repot seperti wanita. Bahkan tadinya ia hanya ingin membawa tas saja. Tapi, mengingat mungkin ia akan jarang untuk ke laundry karena sibuk, Yunho memutuskan membawa tas lebih besar.

Membuka jendela kamar yang ia tempati, ia tersenyum memperhatikan suasana perumahan yang indah ini. Ia terpukau saat melihat ombak bergulung di dekat dari rumah milik keluarga Jaejoong. Wah, ini pasti villa elite yang hanya dimiliki orang borjuis saja. Pemandangan di sini sungguh luar biasa.

Terkekeh, Yunho mengerjap sejenak. Ah, ia harus menemui Jaejoong. Barangkali ada hal yang ingin wanita itu tidak bisa kerjakan tanpanya. Keluar, Yunho mengetuk pintu kamar Jaejoong. Beberapa kali, dan tidak ada jawaban yang ia dengar.

Ia menautkan kening, apa Jaejoong ada di bawah? Bergegas menuruni anak tangga, ia mendengar bunyi perpaduan pisau dengan tatakannya. Menuju ke dapur, Yunho terperanjat kaget melihat Jaejoong yang sibuk berkutat dengan bahan makanan.

"Non— Jeje?" nyaris saja ia memanggil Nona Kim pada wanita itu. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja Jaejoong mengatakan agar tidak memanggilnya dengan formal di luar kerjaan. Dan ia menghormati hal itu.

"Oh, hai Yun, aku sedang membuat makanan untuk kita, aku tidak tahu seleramu, tapi aku pribadi menyukai makanan pedas, bagaimana denganmu?" Jaejoong mencerocos, ia terus memotong kecil-kecil daging ayam dan melirik Yunho yang ada di ambang dapur.

Pedas? Wajah Yunho seketika berubah mendengar hal itu. Ia tersenyum kaku, dan mengangguk, "Apa saja tidak masalah."

Sebagai karyawan dan tamu, ia tidak ingin merepotkan Jaejoong. Meski ia tidak terlalu tahan dengan makanan pedas. Bukan lidahnya, tapi masalah perutnya. Lambungnya tidak terlalu bisa kompromi andai ia memakan makanan dengan bahan cabe yang melebihi batasan normal.

"Baiklah, aku hanya akan memasak ayam kecap saja, semoga kau tidak keberatan," Jaejoong kembali melirik, ia tersenyum tipis melihat ekspresi pria itu yang berubah.

"Ayam kecap dengan sambal?" tanyanya dengan polos.

"Tidak, aku rasa ada yang tidak menyukai pedas di sini," memasukkan ayam yang ia potong dadu ke dalam mangkuk, Jaejoong tertawa.

Nah, ini keterkejutan yang kesekian kali untuk Yunho. Pertama wanita itu yang memasak. Ia tidak tahu bahwa Jaejoong bisa memasak. Kedua, makanan pedas. Dan ketiga, saat Jaejoong mengatakan ada yang tidak menyukai pedas. Ia kah, atau wanita itu hanya bercanda tentang dirinya suka makanan pedas.

"Tidak jadi dengan tema pedas?" tanyanya seraya menarik kursi di depan pantry.

Jaejoong tertawa, ia menoleh ke arah Yunho dan menggeleng, "Sepertinya kau terkejut dengan apa yang aku katakan tentang pedas. Jadi aku mengubahnya, kau tidak suka pedas iya kan?"

Yunho menjilat bibirnya, ia menatap wanita itu yang kembali sibuk dengan bahan masakannya, ia benar-benar tidak paham bagaimana Jaejoong tahu. Sedikit malu, tapi ia bersyukur tidak ada menu makanan yang mana mungkin bisa membuat ia sakit perut.

"Apa sangat terlihat jelas bahwa aku tidak suka?" tanya Yunho dengan serius.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana", no edit.

Thank for comment.

.
.
.

The Chance Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang