2 화 - Bounce

1.8K 397 99
                                    


Yunho menatap ibunya yang sudah berbenah dengan beberapa koper dan tas. Ia menggigit bibir bawahnya. Bagaimana ia akan katakan pada ibunya. Mengutarakan dengan jujur terlalu riskan menurut Yunho. Apa ia beralasan bahwa ia berubah pikiran? Namun, ibunya sudah jauh-jauh datang dari Gwangju ke sini.

Berbagai hal itu membuatnya bingung. Tetapi jelas, ia tidak bisa menghindar dari apa yang dikatakan Yoochun. Ia akan dipanggil dengan cara tidak terhormat, ia tahu itu dengan jelas. Layaknya para petinggi yang dipanggil dan diperiksa.

"Bu," ia mencoba memanggil ibunya yang merapikan beberapa perabot yang ada di dalam kardus.

"Iya Yun, maaf ibu terlalu asik," sahut ibunya dan berbalik menatapnya dengan lekat.

Lagi, Yunho menghela napasnya, kemudian mendekat pada sang ibu dan menyentuh tangannya. "Bu, aku tadi bertemu Yoochun. Dan dia mengatakan bahwa perusahaan memerlukanku," ia berbohong, namun tidak juga menurutnya.

Memang saat ini perusahaan memerlukannya dengan cara yang berbeda. Dan hanya itu yang terbesit dalam benaknya. Menunggu respon ibunya, Yunho memperhatikan dengan seksama riak-riak yang muncul dalam keruh wajah wanita yang sangat ia sayangi.

"Maksudmu, mereka ingin kau kembali bekerja?" tanya Ibunya dengan wajah bingung.

Mengangguk, Yunho membenarkan. "Iya Bu. Aku mungkin mengurungkan niatku kembali ke Gwangju, maaf Bu," ucapnya lirih.

Ibunya terkejut, segera menutup mulutnya yang terbuka, wanita paruh baya itu lantas menangkup pipi Yunho. Jujur saja, baginya berita itu sebuah angin segar. Yunho sudah tidak bekerja, semangat anaknya menurun. Dan perusahaan masih memerlukan Yunho. Bisa saja dengan kembali bekerja dan sibuk dengan kerjaan, Yunho akan berubah. Meski ia tahu bahwa Yunho berhenti bekerja juga karena tidak fokus dan tidak memiliki semangat.

"Itu berita bagus, Nak. Kau kembali lagi bekerja dan perusahaan yang sama, kau akan bertemu teman-temanmu yang lain selain Yoochun, lalu—"

"Ibu," Yunho menyela ucapan ibunya yang tergesa-gesa. Pandangan mereka bertemu dan ia tersenyum tipis. "Ibu tidak apa-apa aku tidak kembali ke Gwangju dengan Ibu?"

Menggeleng, Ibu Yunho tersenyum lebar. "Tidak apa-apa, Nak. Kau perlu menata karirmu kembali di sini, dan kau bisa membangun segala hal dari awal," ujar wanita itu, dan setitik cairan bening menguak dari matanya.

Yunho sedih, ia membohongi ibunya. Namun, ia juga lega karena ibunya tidak menaruh kecurigaan. Saat ini terpenting ia harus segera menyelesaikan urusan dengan perusahaan. Membuktikan dirinya tidak bersalah.

Menatap sang ibu, Yunho kemudian memeluknya. Ia berjanji tidak akan membuat orang tuanya khawatir, dan menyusahkan mereka dengan kasus.

.
.
.

Aneh rasanya ketika ia memakai suit untuk bekerja lagi. Biasanya dengan penuh semangat ia memasang jas dan dasi. Sekarang, ia tidak tahu bagaimana rasanya. Semangat berkobarnya tenggelam dan perasaannya bercampur aduk. Ke perusahaan bukan untuk bekerja, melainkan membuktikan bahwa namanya bersih dari tindak penggelapan uang perusahaan.

Yunho menatap pantulan dirinya. Ia menghela napas, bagai orang lain yang ada dicermin. Tubuhnya sedikit berbeda. Otot-ototnya yang dulu kekar mulai mengendur. Ia bahkan tahu pasti bahwa absnya mulai menghilang.

Tersenyum getir, ia kemudian berbalik. Ibunya pasti sudah menyiapkan sarapan untuknya sebelum kembali ke Gwangju.

.
.
.

Berdebar, Yunho memasuki ruangan Yoochun. Ia tidak tahu harus memulai dari mana. Menuju ke ruangan CEO atau bagaimana. Ia tidak memiliki akses ke sana karena bukan pekerja. Tadi saja, ia menggunakan koneksi salah satu kenalan untuk masuk ke sini dengan alasan bertemu dengan Yoochun. Beruntung, pria itu mau menolongnya dan membantunya masuk ke dalam dengan aman.

Mengetup pintu ruangan Yoochun, Yunho hendak melarikan diri dari sini. Debaran di dadanya menjadi, namun kakinya tak bisa ia gerakkan. Ia pria, ia harus menghadapi ini. Kalimat itu ia rapalkan agar tak gentar. Namun tetap saja berbeda, ia mengkeret, takut. Memejamkan mata, Yunho tersentak saat suara dari arah belakang memanggilnya.

"Jung Yunho?"

Segera berbalik, Yunho mengerjap mendapati Changmin. Wajah pria itu berubah kemudian tersenyum. Changmin mendekat padanya, memeluknya dengan hangat. Barangkali sebagai sambutan selamat datang kembali padanya.

"Aku rindu sekali denganmu, Yunho Hyung," ujarnya seraya melepas pelukan pada Yunho.

Tersenyum, Yunho meninju lengan Changmin pelan. "Bagaimana kabarmu Min?" tanyanya berbasa-basi.

"Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja Hyung," sahutnya dengan senyuman manis. Berdeham Changmin berbisik pelan, "Kau kemari karena tuduhan penggelapan itu Hyung?"

Terkejut, air muka Yunho langsung berubah. Matanya mengerjap kemudian menatap Changmin dengan lamat. Bagaimana pria itu tahu? Apa semua orang tahu tentang berita dirinya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-porinya. Ia menggenggam tangannya dan sedikit memiringkan kepala.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Ini bab 1 emang pernah aku post di sebelah, tapi lanjutan ini baru. Ga menarik ya? Hmm. Atau pada takut karena rules. Lol. Awas aja ngintip" manja ya wkwkwk.

Thank for voted dan komentar.

.
.
.

The Chance Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang