Aku bisa saja berguna. Menggalang dana bagi pengidap kanker dan penyakit-penyakit banter. Menyuarakan hak-hak minoritas yang tertindas oleh penguasa beringas. Menjebloskan para bedebah ke terungku paling butut, pula menjerakan mereka dalam hinaan paling tak patut. Mendidik para belia supaya tak tumbuh jadi tua-tua gila harta dan tahta. Mendesak rakyat untuk berpihak pada korban kekerasan seksual alih-alih pelaku yang membual. Atau, maraton empat puluh kilometer dalam kampanye anti polusi lingkungan serta pembantaian hewan yang kian santer.
Paling tidak, seharusnya aku bisa berpaling dari pikiran-pikiran burukku dengan membaca buku sebanyak-banyaknya. Berapa banyak buku yang sudah ditulis di Bumi ini, bisakah kita takar? Seratus juta eksemplar? Satu milyar? Seharusnya waktu yang kuhabiskan untuk:
(i) mengeluh dan mengaduh,
(iii) merutuk orang-orang lebih busuk
(iv) mengharap cinta keropos yang sejatinya mitos
bisa kupergunakan dengan membaca buku-buku itu, bukan?Aku bisa saja berguna. Bukannya merutuk diri seperti sekarang.
Aku bisa saja berguna, tetapi napas kepalang memekakkan nahas paling lantang.
Aku ingin tegas, menggagas, dan bergegas. Namun setiap inci dan rinci atmaku sudahlah jejas.
***
Desember 2018
Mungkin ini prosa liris, mungkin juga bukan apa-apa
KAMU SEDANG MEMBACA
Nella Fantasia (Kumpulan Puisi)
PuisiKumpulan puisi ketiga (2017-2019). Nella fantasia: in my fantasy (Italian) Persembahan untuk masa depan, usai bosan terkungkung dalam Klexos dan Lutalica yang menghamba silam. Harap mencantumkan nama penulis kalau mau di-post ulang yaa. Tolong salin...