John Wycliffe (?1330-1384)
John Wycliffe adalah penduduk asli Yorkshire, Inggris. Ia belajar di Universitas Oxford tempat ia mengambil jurusan utama dalam filsafat skolastik dan teologi; belakangan mengajar di sana dan menjadi terkenal sebagai teolog skolastik yang cerdas serta ahli debat yang paling dihormati pada zamannya. Pada 1374, ia memasuki pelayanan kerajaan dan dikirim ke Bruges, sebuah kota di Belgia barat laut, agar bernegosiasi dengan Wakil Paus tentang masalah pembayaran upeti kepada Roma, yang harus dibayar oleh semua kerajaan yang berafiliasi kepada Gereja Roma.
Untuk beberapa saat ia dikaitkan dengan John of Gaunt, Duke of Lancaster, dalam oposisinya terhadap pengaruh gereja atau imam dalam masalah politik. Selama waktu itu, Wycliffe menentang hak-hak yang diklaim oleh gereja dan mengimbau diadakan reformasi atas kekayaan, korupsi, dan penyelewengan gereja. Ia memandang raja sebagai penguasa yang sah untuk memurnikan gereja di Inggris. Pandangannya bertentangan keras dengan praktik dan pengajaran Gereja Roma. Oleh karena alasan inilah wali gereja, biarawan, dan imam bangkit meawan ia serta para pengikutnya, yang saat itu disebut Lollard [1].
Wycliffe adalah sarjana dan filosof Oxford yang terkenal. Bahkan orang-orang yang menjadi musuh doktrin-doktrinnya menyadari hal ini dan terkesan dengan argumennya yang kuat dan logis. Bertahun-tahun setelah kematian Wycliffe, satu dari mereka, seorang yang bernama Walden, menulis surat kepada Paus Martin V dan berkata, "Saya sangat kagum mendengar argumennya yang sangat kuat dengan sumber kuasa yang ia kumpulkan dan dengan intensitas emosional serta kekuatan logikanya."
Pengaruh Wycliffe sampai pada saat agama yang terorganisir rusak dan bejat akhlaknya. Orang-orang memberikan pelayanan hanya di mulut untuk hal-hal dari Tuhan, tetapi mereka menyangkal kuasa-Nya yang mempertobatkan dengan cara hidup mereka. Tradisi dan upacara buatan manusia sangat penting bagi banyak orang, tetapi hanya sedikit orang yang memiliki hubungan dengan Yesus Kristus yang menyelamatkan. Itu merupakan masa kebutaan rohani. Oleh karena mereka tidak memiliki cara untuk mendapatkan pengetahuan langsung tentang Alkitab, kebanyakan orang dituntun masuk ke dalam wilayah kege1apan dan keraguan serta diajar oleh imam bahwa upacara dan praktik gereja akan menyelamatkan mereka.
Orang-orang Kristen awal dianiaya oleh orang dunia dan sering kali menjadi martir, tetapi John Wycliffe harus menghadapi penganiayaan dari orang-orang yang menyanjung nama Kristus yang kudus. Pejabat gereja sangat marah mendengar ajarannya. Mereka menentangnya dengan segala cara yang mungkin. Pertama, hanya biarawan dan rahib yang menentang Wycliffe. Kemudian mereka bergabung dengan imam, uskup, dan uskup agung. Seorang uskup agung, Simon Sudbury, memindahkan Wycliffe dari kedudukannya di Oxford. Akhirnya, Paus ikut ambil bagian menentang Wycliffe juga.
Selama beberapa saat, Wycliffe mampu menghindari kuasa Gereja Roma karena campur tangan dan perkenan yang ia peroleh dari John of Gaunt, Duke of Lancaster dan Lord Henry Percy, Earl of Northumberland pertama, yang dibunuh pada tanggal 20 Februari 1408, dalam pemberontakan me1awan Henry IV di Bramham Moor. Namun, akhirnya dukungan dari dua orang bangsawan ini terbukti tidak berbuah dan pada 1377 uskup-uskup berhasil menghasut Uskup Agung, Simon Sudbury agar mengambil tindakan melawan Wycliffe.
Sebelumnya Sudbury telah mencabut wewenang Wycliffe untuk mengajarkan "doktrinnya yang menyesatkan", dan sekarang ia memanggil Wycliffe untuk hadir di depan sidang uskup, Pemimpin sekuler yang mendukung Wycliffe menemukan empat biarawan yang bersedia mendukung Wycliffe di depan para uskup. Sidang itu dilaksanakan di Katedral St. Paul di London.
Para duke dan baron duduk bersama dengan Uskup Agung dan uskup-uskup di Kapel Our Lady. Wycliffe diminta untuk berdiri di depan mereka. Lord Percy menyuruh Wycliffe untuk duduk karena ia "memiliki banyak hal yang perlu dijawab" dan ia perlu duduk. Hal ini membuat marah Uskup London yang berkata bahwa Wycliffe harus tetap berdiri. Argumen sengit yang terjadi setelah itu berlangsung begitu lama, orang banyak menjadi gelisah, dan mulai menyuarakan ketidaksabaran mereka, terutama ketika argumen itu menyempit menjadi dua kubu yang saling mengancam kubu yang lain - kubu sekuler yang mengancam dengan tindakan sekuler terhadap imam dan kubu agama yang mengancam dengan tindakan rohani menentang kaum bangsawan. Argumen itu berakhir ketika Duke of Lancaster membisikkan penghinaan terhadap Uskup London ke orang yang berada di sebelahnya dengan cukup keras sehingga semua orang bisa mendengarnya. Hal ini menimbulkan kegaduhan dari banyak orang, yang berkata bahwa mereka tidak akan membiarkan Uskup mereka diperlakukan seperti itu sehingga rapat itu berakhir dengan saling cela dan cekcok lalu sidang dibubarkan sebelum pukul 9.00. Sidang itu tidak diadakan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Para Martir
NonfiksiTerjemahan Foxe's Book of Martyrs. Mengisahkan para pahlawan iman yang membiarkan dirinya dibunuh dibakar dibantai demi mempertahankan iman kebenaran https://sejarahmartir.wordpress.com/