Ajaran dan kontroversi Martin Luther dengan Gereja Roma memiliki dampak yang sangat luas di seluruh Eropa, Inggris Raya, dan di banyak tempat lainnya. Hal itu menggelitik hati banyak orang dan mendorong mereka untuk menyelidiki kebenaran firman Allah. Diantara mereka terdapat orang Skotlandia bernama Patrick Hamilton. Untuk mempelajari kebenaran Alkitab, ia dan ketiga temannya belajar di Universitas Marburg di Jerman Tengah Barat, utara Franlifurt. Ini merupakan universitas Kristen pertama di Eropa dan didirikan oleh Pangeran Philip dari Hesse, yang pada saat itu menjadi penguasa (landgrave)[1] yang berusia 23 tahun. Sementara di sana, Patrick dan teman-temannya menjadi teman Martin Luther dan Philiph Melanchthon, teolog Jerman yangpada 1521 menulis Loci Communes, makalah ekstensif pertama tentang doktrin Kristen. Tulisan dan ajaran Luther dan Melanchthon meyakinkan Hamilton dan teman-temannya untuk meninggalkan Gereja Roma dan bertobat pada keyakinan Protestan.
Sekarang setelah dibakar dengan pengetahuan tentang iman dan kesalehan yang sejati, Patrick Hamilton merasa antusias untuk kembali ke Skotlandia dan mengajar penduduk di negaranya tentang jalan Allah dan Kristus yang benar seperti dinyatakan dengan jelas dalam Alkitab. Ia membawa ketiga temannya kembali ke negaranya tanpa menunda-nunda. Ia mulai mengajar apa pun yang bisa ia lakukan. Namun James Beaton, Uskup Agung St. Andrews, yang ada di kepausan Roma yang tidak mau berubah, segera mendengar ajaran Hamilton dan memanggilnya untuk muncul di hadapannya. Hamilton datang tanpa menunda-nunda dan berpikir ini merupakan kesempatan untuk berdebat dengan doktrin Gereja Roma. N amun, setelah pemeriksaan yang hanya berlangsung singkat, Uskup Agung memerintahkan ia agar ditangkap dan dikurung di bagian kuil St. Andrews yang paling menjijikkan sampai keesokan harinya, ketika ia dibawa ke depan sidang uskup untuk diperiksa lebih lanjut sebagai bidat.
Tuduhan yang dikenakan padanya adalah ia secara umum tidak menyetujui ziarah, api penyucian, doa -doa kepada orang kudus, doa-doa kepada orang mati, kebaktian dan telah menyangkal ketidakmungkinan Paus untuk berbuat salah. Untuk itu ia segera dijatuhi hukuman dibakar hidup-hidup dan dengan perintah Uskup Agung yang fanatik hukuman itu dilaksanakan sore hari itu juga.
Ketika Hamilton dibawa ke tempat pembakaran hanya satu hari setelah ia bersedia bertemu dengan Uskup Agung, kerumunan orang banyak yang berkumpul tidak percaya bahwa mereka sungguh-sungguh akan membakarnya. Mereka berpikir bahwa itu merupakan bagian dari pemeriksaannya dan dimaksudkan untuk menakut-nakuti ia agar mencabut kembali ajarannya dan kembali ke doktrin Gereja Roma. Namun, mereka segera tahu bahwa mereka salah.
Ketika mereka membawa Hamilton ke tiang, ia berlutut dan berdoa dengan tekun untuk beberapa saat. Ketika ia selesai, ia dibelenggu di tiang dan kayu api ditumpuk di sekelilingnya. Kemudian satu diantara kantong bubuk mesiu diletakkan di ketiaknya masing-masing dan dinyalakan pertama kali, tetapi bubuk itu tidak meledak dan hanya menghanguskan tangan dan mukanya tanpa melukainya atau membuat api itu menyala. Jadi, lebih banyak bubuk mesiu dan beberapa kayu kering ditambahkan dan diletakkan di atas kayu api itu, dan dinyalakan. Bubuk mesiu tidak meledak, tetapi hanya menyala dan api segera berkobar. Ketika api mulai menyelubungi tubuh Hamilton, ia berseru, "Tuhan Yesus, terimalah rohku! Berapa lama kegelapan akan menutupi wilayah ini? Dan berapa lama Engkau mengizinkan tirani orang-orang ini?" Namun, tampak jelas kayu api itu sendiri berwarna hijau dan setelah api semula padam, nyala api itu membakar dengan perlahan dan menyebabkan penderitaan yang hebat padanya. Namun, ia menanggung penderitaannya dengan keberanian Kristen yang begitu besar sehingga jelas bagi semua orang percaya yang benar yang menyaksikan bahwa kasih karunia Allah menyertainya dengan limpah dalam kemartirannya. Hal itu terjadi pada 1527.
Image
Patrick Hamilton's initials on Andrews, Edinburgh, Scotland.
http://en.wikipedia.org/wiki/Patrick_Hamilton_(martyr)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Para Martir
Non-FictionTerjemahan Foxe's Book of Martyrs. Mengisahkan para pahlawan iman yang membiarkan dirinya dibunuh dibakar dibantai demi mempertahankan iman kebenaran https://sejarahmartir.wordpress.com/