Dunia tak lagi sama saat Sasuke membuka mata. Bau busuk memenuhi udara yang kini jauh dari kata bersih. Tubuh berpeluh terasa sangat lengket. Anyir darah tercium dari dua tangan yang sejak semalam tak berhenti bergetar.
Pagi sangat kelabu di mata pemuda berambut hitam. Semalaman jerit kesakitan menjelang kematian tak berhenti terdengar. Sasuke sampai harus menyumbat telinga dengan sepasang mata selalu awas pada keadaan di sekitar. Berharap tidak ada mayat busuk yang mengetahui tempat persembunyiannya.
Bayang-bayang kedua orang tua yang berubah menjadi monster masih memenuhi kepala hingga kini. Sasuke menunduk. Menatap dua tangan berlumur darah kering. Perpaduan darah ayah dan ibunda tercinta yang tidak mungkin bisa ia dengar lagi suaranya.
Di luar, mentari bersinar terik, berbanding terbalik dengan kondisi pagi di dalam kepala Sasuke yang kelabu. Seolah ingin memberikan harapan bagi manusia bernyawa untuk tetap bertahan hidup. Meski memang tidak semudah yang dipikirkan.
Hari pertama menjadi bagian dari manusia hidup ternyata sangat sulit bagi Sasuke. Menghilangkan berbagai macam bayang kelam semalam membuat semangatnya nyaris habis. Namun, sosok itu muncul. Menggantikan bayang akan detik-detik dua orang tuanya berubah menjadi mayat hidup.
Kakaknya.
Uchiha Itachi.
Menjadi satu-satunya alasan mengapa Sasuke memilih berdiri tegak. Mengabaikan bebauan busuk yang membuat perut bergejolak. Setidaknya, ia harus mengatakan kepada Itachi tentang orang tua mereka. Jika pesan itu sudah tersampaikan, maka ia akan pasrah. Mati pun tidak masalah karena tak ada lagi tempat untuk bernaung.
Bersembunyi di sebuah toko kosong ternyata tidak buruk. Semalam, sebelum memutuskan untuk bermalam, Sasuke sudah mengecek keberadaan manusia lain. Hasilnya nihil. Tak ada siapapun di dalam toko yang nampaknya sudah ditinggalkan cukup lama. Malam itu, keberuntungan ada di pihaknya.
Suasana di luar sangat sunyi ketika kaki mulai melangkah keluar. Tidak sesuai dengan ekspektasi. Membuat Sasuke merasa lega karena tidak menemukan mayat hidup semenjak meninggalkan tempat teraman. Setidaknya, belum.
Jalanan kosong dengan kondisi mengenaskan. Kendaraan banyak ditinggalkan. Beberapa menubruk dan menghancurkan bangunan ringkih di pinggir jalan. Kondisinya mirip sekali dengan kota semi mati yang populasinya hilang karena peristiwa besar. Entah ada di mana para manusia selamat lainnya, Sasuke hanya berharap ia tidak sendirian menghadapi hidup yang sukar.
Bau busuk masih memenuhi udara. Sepanjang Sasuke berjalan, banyak sekali ceceran darah dan daging-daging sisa pesta semalam. Potongan tubuh ada di mana-mana.
Pemuda itu mendecih. Memutuskan untuk berjalan lebih cepat lagi. Berusaha tidak melirik rangkaian jasad tak utuh yang berhamburan di jalanan.
Suasana yang sunyi nampaknya membuat pertahanan seorang Sasuke sedikit mengendur. Pemuda itu tersentak ketika dari gang kecil di dekat persimpangan, yang jaraknya lebih dari lima meter, muncul seorang gadis. Baju terusannya terkoyak di beberapa bagian. Bahkan riasan wajah terlihat luntur.
Sasuke menghentikan langkah. Tak tahu harus bagaimana ketika gadis itu berhasil menemukannya, mengunci dengan tatapan paling tersakiti. Wajah penuh kepanikan kini bercampur sedikit lega.
"Tolong aku!"
Sasuke menelan ludah. Tak menyangka jika dari balik baju terusan itu terlihat tetesan darah. Ada luka robek di daerah paha dalam. Ia menggeleng. Memberikan kode kepada gadis itu agar tidak mendekat.
"Tolong aku! Tolong!"
Dibutakan oleh rasa takut membuat gadis tersebut tidak memedulikan kode dari Sasuke. Ia terus berlari mendekat. Memancing segerombolan mayat hidup muncul dari gang yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAILROADS [NaruSasu]
FanfictionLima tips bertahan hidup di tengah kiamat dadakan; Satu, berhenti menangisi masa lalumu yang suram; Dua, berkelompok hanya membuat persentase kematianmu meningkat; Tiga, temukan pria berambut pirang yang seksi; Empat, percaya dan serahkan hidupmu pa...