Cerita Saja

17 4 0
                                    

Seperti halnya pohon. Cinta itu butuh dirawat. Diberi pupuk, air, dan segala kebutuhan lainnya.

Tak sedikit orang yang beranggapan seperti itu. Memaknai cinta dengan begitu indahnya. Dan dengan mudahnya berjanji untuk merawat cinta itu.

Apa pernah kita meramalkan. Sebuah serigala akan datang ke peternakan kita. Mencuri domba. Dan menganggap itu sudah hak mereka. Rejeki mereka.

Begitu juga cinta. Tak akan ada yang bisa diramalkan. Dari sesuatu yang memang bukan untuk diramal. Apalagi dimainkan.

Bersedihlah pada cinta. Ia seperti angin. Datang dan pergi seenaknya. Tiba sebagai kawan atau lawan sekenanya.

Cinta seperti buku dibungkus dengan sampul yang indah. Tinggal bagaimana memaknai. Kusam dan tak berharga. Atau malah indah dan ternilai.

Semakin besar pohon yang dirawat. Semakin banyak jiwa yang tergoda menggoresnya. Goresan tak berarti. Yang meninggalkan banyak makna. Bagi dia yang berhati.

Harusnya cinta seperti halnya pohon. Tak perlu membalas perbuatan yang menyakitinya. Dan tahu disetiap luka ada sebuah makna.

Pohon mengerti ia akan kembali seperti semula. Dengan proses waktu kesabaran. Sakit pasti akan terobati. Tinggal menunggu sang waktu. Itu sudah hakiki.

Memang semudah ini menuliskan dan memikirkan. Tapi siapa yang tahu bahwa lebih rumit dari pada logaritma untuk melakukan.

Sadar kita salah. Itu belum cukup untuk berubah. Karena sekali lagi. Itu tugas sang waktu. Dan penikmat waktu untuk membantu.

Akhir dari sebuah awal adalah awal. Awal dari sebuah akhir adalah akhir. Just let it do. Refresh and enjoy what you want.

AnglocitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang