Different "J"

132 3 1
                                    


oh, jadi dia hanya ingin memamerkan sebuah postingan photonya dengan perempuan.

oh, jadi Justin baru saja lulus dari sekolah dan perempuan cantik yang tak kukenal itu  datang membawakan bunga dan Justin merangkul perempuan itu dan mereka tersenyum melihat kamera dan Justin upload foto itu di instagram. oh.... wanita itu bernama Lena.

oh. tega nya Justin. Aku langsung block account Justin karena kurasa cukup untuk menyakiti diriku sendiri. bukannya aku terlalu kekanak-kanakan, tapi aku hanya masih ingin menjalani hariku dengan baik-baik saja tanpa bayang-bayangnya lagi.

apa maksudnya melakukan ini? ngefollow ig-ku hanya untuk ini kah? apa ada maksud lain?

I'm so suffocating, Justin you're a damn jerk I ever meet before. Aku ingat terakhir kali bertemu dengannya, dia bilang kalau dia gak ingin pacaran dulu. tapi apa maksud semua ini? ini semua hanya menguras perasaan dan energiku saja. move on oh move on, kemanakah engkau?

Keesokan harinya, setelah mata kuliah berakhir di siang hari itu, aku langsung mengalihkan semua rasa kacau ku, aku pergi ke perpustakaan, mencoba membaca buku untuk mengalihkan hal-hal yang membuatku muak. Mencoba fokus membaca buku, tetapi itu hanya membuat kepala ku semakin pusing dan jantungku berdebuk tak karuan. sakit, tapi siapa peduli dengan sakit ini. Tanpa ku sadari aku melempar kecil buku yang sedang kubaca dan langsung menundukan kepalaku ke meja dengan tumpuan tanganku dimeja itu sambil menangis.

tak lama aku menghapus air mataku, membereskan rambutku yang berantakan dan mengambil kembali buku dan mulai membaca, ketika aku sadar, ternyata disebrangku dalam 1 meja ada seorang laki-laki yang tiba-tiba saja ada didepanku. aku melihatnya salting, karena aku malu habis menangis.

"abis nangis?" kata laki-laki itu sambil menaikan satu alis kanannya, sekilas mirip Justin. aku langsung melihatnya bengong, karena wajahnya, dan bahu itu mirip sekali dengan Justin. "hello! Can you hear me? lo Livia kan? anak 1A5?"

"hah? lo tau nama gue dari mana?"

"tau lah, abisnya lo manis, penasaran, terus cari tau deh" aku melihatnya makin sinis, tapi lucu juga orang ini. "Tapi kenapa ya vi, gue tiap liat lo kaya orang sakit, maksudnya, ya lo suka bengong bahkan jarang senyum kalo gue liat-liat, padahal lo manis tau vi, lo harus banyak senyum deh" Orang itu berbicara seakan-akan sudah akrab denganku, aku hanya menanggapinya dengan sewot.

"berisik, ini perpustakaan tau!"

"tuh-tuh kan, wah ternyata galak juga nih cewe, bukan sekedar jarang senyum doang waduh"

Mendengar perkataannya aku tak kuasa ingin tertawa, aku langsung bertingkah seakan-akan tak peduli dan aku berdiri, meninggalkan perpustakaan untuk menghindari orang itu. Aku berjalan sedikit cepat hingga melewat pintu keluar perpustakaan.

"Gue Juan" What the f, J? kayanya gue udah muak deh sama cowo-cowo yang berinisial J.

"First thing first, gue ga nanya nama lo ya, second things, bisa ga sih lo ga annoying?"

"oke, pertama, gue ga ada maksud buat jadi bocah per-FTV-an nih ya, gue cuman nambah temen aja vi, kedua, gue ga annoying, tapi lo-nya aja yang ansos makanya orang kenalan dibilang mengganggu. wik" katanya sambil tertawa dan membuatku sedikit tersenyum, melihat wajahnya yang menarik dan sedikit 'bad'.

"ok, what do you want Juan?" kataku sambil menaikan alisku

"Ntar malem jalan yuk vi" mendengarnya aku langsung berpaling dan meninggalkannya. "wei, buset ya, itu kuping apa tetelan? denger ga sih?" teriaknya

"Tidak semudah itu Ferguso" kataku menoleh ke belakang dan tertawa.

Sejak saat itu, entah dengan mudahnya, aku dekat dengannya, tapi dekat bukan berarti aku menaruh hati dan melupakan Justin begitu saja, hanya saja setidaknya aku jarang sedih dan mengingat Justin. Aku menganggap Juan sebagai sahabat, orang yang selalu menemaniku, trying to making me laugh everyday, dan ya.. teman curhatku, Juan tau hampir semua cerita tentang Justin hingga cerita terakhir dimana dia meninggalkanku dan akhirnya Justin berpacaran dengan perempuan bernama Lena itu.

Spot favorite aku dan Juan adalah tepat ditaman kosanku, ada sebuah sofa panjang  yang sangat nyaman dan meja yg selalu diisi bunga oleh ibu kos, tepat disampingnya ada ayunan. karena kebetulan laki-laki boleh masuk hanya sampai waktu yang ditentukan. Sore itu aku sedang menikmati teh hangatku sambil berselimutkan diri di sofa, dan Juan sedang sibuk dengan laptop dan tugas-tugasnya di satu sofa yang sama denganku..

"Ju.." kataku sambil melihatnya, wajahnya yang sedang serius mengerjakan tugasnya.

"apa vi?" berbeda, Justin selalu memanggilkan Liv dan Juan memanggilku Vi, hahaha terkadang aku suka membandingkan hal-hal kecil seperti ini antara Juan dan Justin.

"tugas lo masih banyak ju? gue BM cheese cake ju"

"yaudah bentar lagi ya,  ini tinggal bab 3, sabar" melihatku dengan tangannya yang masih sibuk mengetik.

"Ju.." 

"apaan vi? sabar..."

"Justin udah bahagia kali ya sama Lena, kadang gue suka keinget dan sedih, gue kesel tapi gue kaya ga ada hak juga untuk marah. Sometimes gue mikir keras, gue itu kurang apa?" curhatku lagi, mungkin ini sudah keseribu kalinya untuk Juan.

Juan berhenti mengetik, dan melihatku dengan sabar, "Vi, gue selalu bilang, beratus-ratus kali sama lo. Lo itu cantik, lo sabar juga, buktinya bisa nungguin dia, Lo setia sampe lo gabisa move on dan lo gabisa buka hati lo buat orang lain, bahkan lo ngelirik cowo aja enggan. Justin yang bego, dia gatau kalo lo itu berharga dan lo itu layak buat dia. sumpah deh ya, lo bener-bener harus bisa ngelupain dia secara perlahan. Ga penting buat gue kebahagiaannya si justin itu, yang penting skrg lo yang bahagaia!"

aku hanya bisa mendengar omongan Juan tanpa menjawab omongannya sambil meminum tehku yang masih kugenggam.

Dear Heart, Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang