over and over again

17 1 0
                                    

Waktupun berjalan dengan cepat, tanpa terasa aku akan menginjak semester 3, tak terasa sudah satu tahun aku berada di kota ini dan menikmati hidupku yang warna-warni.Kehadiran Juan membuatku perlahan bisa melupakan Justin. Namun perasaan ini jika ku ingat-ingat tidak pernah hilang dan selalu tertuju kepada Justin, memang munafik. Walau begitu Juan selalu hadir setiap hari, dia tak pernah tega membiarkan aku sendirian.

"Livia, kemana hari ini? nikmatin hari terakhir liburan yuk ke Lembang mungkin" chat dari Juan yang bahkan tidak pernah absen disetiap paginya untuk menyapaku.

Akupun menyetujui ajakan Juan, tanpa pikir panjang aku bersiap-siap untuk bersenang-senang di akhir liburan semester ini. Lalu kami pergi ke salah satu gunung yang terkenal dengan kawah putih nya itu, dengan menggunakan mobil miliknya.

Juan selalu menggenggam tanganku erat ketika kami berada didalam perjalanan, awalnya risih, tetapi semakin hari genggaman tangannya membuatku hangat dan aku nyaman dengan itu. Juan selalu  menjadi sahabat yang melindungiku.

"vi, gue buka sunroof nya ya? nikmati AC alam aja gimana? lagi enak nih cuacanya"

"mau ju, tapi gue berdiri ya?"

"jangan, ntar lo kena ranting pohon mau? terus kebawa? yah vi, ntar kalo gitu lo ngerepotin gue doang deh hahahahahahaha"

"ah juan" kataku sambil cemberut dan berlagak ngambek"

"udah ah jangan ya, ntar rambutnya berantakan" katanya sambil mengelus rambutku.

Sesampainya disana, kami berdua berfoto-foto, makan bersama, bersenang-senang untuk menghilangkan penat di hari terakhir liburan ini. lalu Juan mengantarku pulang.

sesampai dirumah Juan membukakan pintu mobilnya untukku,

"makasih ya ju, seneng banget gue hari ini" sambil aku masih melihat-lihat fotoku yang tadi diambil di Lembang.

"sama-sama Vi.. udah sana bersih-bersih, mandi, istirahat ya"

"iya ju, lo juga ya, eh ini fotonya bagus gak?" aku menunjukan fotoku ditengah hamparan bunga.

"buat apa emang?"

"di upload di facebook lah juuuuu..."

"enggak, nih gue pilihin yang bagus" mengambil HP ku dan memberikan HP ku kembali dengan foto selfie aku dengannya. "nih bagus, upload yang ini ya.. udah istirahat gih besok kita harus siap nih, kuliah lagi yuhuuuu..."

"hehehe iya ya, besok kita tahun ajaran baru"

"ciee Livia besok jadi kakak tingkat nih, bukan junior lagi hahahahahaha"

"ah biasa aja kali, gue ga kaya lo tuh gila hormat" sambil mencubit perut Juan.

"aw... sakit, hahahaha gue ga gila hormat vi, yaudah, istirhat ya" katanya sambil mengelus rambutku.

"iya ju"

"vi..." katanya masih memegang kepalaku, dia melihatku dengan tatapan sayangnya. Lalu betapa terkejutnya aku ketika Juan mencium keningku dan tersenyum. "bahagia terus ya vi, udah ya gue pulang dulu. jangan lupa di upload yang itu, tag gua yaa hahahah... bye" juan pun langsung masuk kedalam mobilnya dan melambaikan tangannya.

Aku masih kaget, aku tidak menyangka dia mencium keningku. . . . .


trrinnggg

jam 10.00!! SIAL! aku kesiangannn, akupun langsung bergegas cuci muka dan sikat gigi, berpakaian ala kadarnya dan langsung berlari menuju kelas pertamaku. untungnya kampusku tidak begitu jauh dari kosanku sehingga aku bisa berlari sebisaku.

sesampai di kampus, aku langsung menuju ruang kelas A405, ketika aku melihat antrian lift sangat banyak, tidak banyak pikir aku langsung berlari menuju tangga.

"agrhh.. sial capenya triple ini mah" gumanku sambil terus berlari menaiki tangga menuju lantai 4.

BUUUKKKK!!!!!! aku menabrak seseorang yang membuatku terjatuh dan emosiku semakin menjadi-jadi.

"WOYY!! kalau mau turun tangga tuh disebelah sana bukan sebelah sini, ini mah jalur naikk tau ga sih!!!" 

"sorry" kata orang itu

"sorraa sorrii!!!" aku bangun dan melihat wajahnya hendak memakinya semakin jadi.

".................."

apa? mimpi apa gimana? cowok tinggi itu... wajah itu.... rambut itu.... JUSTIN??!

aku hanya diam melihatnya, diam.. benar benar diam. Dan ya, dia pun terdiam melihatku juga, aku tidak tau apa yang harus aku perbuat. aku benar benar tidak bisa bergerak dibuatnya.

"Livia?" ketika dia mulai berbicara menyebut namaku untuk memastikan jika aku adalah Livia yang dikenalkan, akupun tersadar.

"............" aku benar-benar tidak bisa melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, ketika aku teringat betapa perasaan yang kusimpan dibagian terdalam hatiku mulai mencoba meluap hingga aku tidak bisa menahannya lagi.

akupun berlari meninggalkannya, tak sadar aku mengeluarkan air mata yang seharusnya tidak perlu aku keluarkan, semua rasa sakit untuk memperjuangkannya seketika ada didalam pikiranku.

Dear Heart, Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang