"Tadi gua jalan. Ngelewatin gang pak dito, lalu lewatin pohon mangga besar juga. Ka," cerita Elang
"Terus? Lu ngerasain hal-hal aneh gak? Tiba-tiba daerah badan lu ada yang berat gak? Tadi baca doa gak?" Introgasi Biancha penasaran
"Santai...santai..." Tenang Elang
"Terus?" Pinta Biancha
"Gua lewat santai aja kan. Jalan kaya biasa aja gitu gak ada apa-apa. Dan pas gua jalan dibawah pohon mangga ituuu-" Gantung Elang
"Kenapa? Terusss? Lu ngeliat apaan?" Tanya Biancha semakin penasaran
Melihat wajah serius dari Elang membuat Biancha yakin bahwa sekarang Elang tidak sedang bercanda.
"Gua ngeliatt----" Gantung Elang
Melihat mata tegas Biancha yang membulat dan dengan seriusnya mendengarkan cerita dari Elang. Membuat Elang tersenyum kecil.
"Gua ngeliat buah mangga jatoh." Lanjut Elang dengan santainya
"Apa pentingnya Jiu?!" Sewot Biancha karena kesal
"Penting." Jawab Elang santai
"Dari sudut mananya yang penting?!" Sewot Baincha
"Dari buah mangga itu gua belajar. Disetiap jatuh cinta lo harus siap-siap bonyok. Makin tinggi perasaan lo terhadap dia makin beresiko juga bonyok lo ampe dalem hati." Jelas Elang Dingin dan datar
Mendengar penjelasan Elang berhasil membuat Bianca membatu bagaikan patung di tenah salju. Tangan Biancha mendingin dan bibir Biancha membeku membuat Biancha bisu tak dapat berbicara melawan.
Semua itu persis seperti perasaan dia pada masa lalunya dan seperti perasaan Elang pada Biancha.
KAMU SEDANG MEMBACA
surat dari hati yang terluka.
Poetrysebuah quotes dari sebuah hati yang terluka.