"Pada akhirnya yang tersisa hanya kamu dan dirimu sendiri."
//
Di tengah ramainya koridor sekolah, Lavina melangkah dengan langkah ringan, senyum merekah di wajahnya yang cerah. Lavina Adhiyaksa Gantari, nama Gantari sendiri dalam bahasa Sansekerta bermakna yang menyinari seperti matahari, memegang ujung tas sekolahnya yang berwarna orange, persis seperti nama dan kepribadiannya. Tapi orang-orang disana memanggilnya Lavina. Sesekali menyisir pandangan ke kelas lain berharap seseorang yang ia pikirkan ada di sana. Sebuah nama yang selalu membuat detak jantung Lavina berdegup lebih kencang: Dellano Aldebaran.
Dellano, cowok most wanted di sekolah ini. Dia memiliki pesona yang tak terbantahkan, membuat banyak orang terpesona oleh pesonanya yang menawan. Dan ia juga adalah anggota klub bakset yang membuatnya semakin digilai para siswi. Bagi Lavina, setiap hari di sekolah adalah hari yang menyenangkan jika ada atau sekadar melihat Dellano dari kejauhan. Dia akan mencuri-curi pandang saat Dellano lewat di koridor ataupun di lapangan, berharap bisa menangkap sekilas senyum dari pria yang selalu menghiasi mimpinya.
Namun, keberanian Lavina seringkali berakhir dengan kegagapan dan kekacauan. Saat tatapan mereka akhirnya beradu, hati Lavina berdegup lebih cepat, dan serpihan kata-kata yang ingin dia ucapkan terjebak di tenggorokannya. Dia berubah menjadi seorang gadis yang gelagapan dan salah tingkah, jauh dari gambaran gadis ceria yang biasa dia tunjukkan.
Hari itu, Lavina sekali lagi berusaha mencuri pandang ke arah Dellano. Mata mereka bertemu, dan Lavina merasa dunianya berputar. Dia bisa merasakan pipinya memanas dan detak jantungnya semakin kencang. Sudah setahun sejak Lavina memasuki kelas sebelas, namun perasaannya pada Dellano tidak pernah berubah.
Setiap hari, ia hanya bisa memperhatikan Dellano dari jauh, terlalu takut untuk mengungkapkan perasaannya. Meskipun begitu, kehadiran Dellano tetap menjadi sumber kebahagiaan bagi Lavina di tengah-tengah keriuhan sekolah.
"Ehh ekskul basket lagi tanding, mau liat gak?" ajak Karina pada Lavina.
Mendengar kata 'basket' Lavina langsung semangat karena sudah pasti di sana terdapat Dellano.
"Ayo!" balasnya dengan semangat tinggi.
Mereka menggunakan waktu istirahat untuk menyaksikan tim basket dari kelas mereka di lantai dua. Regi, teman Lavina dari kelas lain, datang sambil menggelengkan kepala, sudah tidak heran melihat Lavina yang seperti supporter dadakan.
Karina dan Regi adalah sahabat terbaik Lavina. Regi adalah sahabat Karina sejak pertama kali memasuki sekolah ini, mereka selalu satu kelas. Namun, sayangnya, di kelas tiga ini, mereka terpisah menjadi kelas yang berbeda. Sedangkan Karina adalah sahabat Lavina sejak awal kenaikan kelas tiga.
Ketika Lavina harus berpisah dengan Regi karena kelas yang berbeda, dia terlihat sedih. Namun, pada saat itu, Karina datang dan dengan ramah memperkenalkan diri. Mereka menjadi teman sebangku sejak hari itu, dan ikatan persahabatan mereka berteriga terbentuk.
\\
Keesokan harinya, Lavina bertekad membuat perubahan. Dia harus memberanikan diri untuk menyapa Dellano secara langsung daripada terus menyapanya dari jauh. Pokoknya, kali ini dia akan bertekad.
Sebelum bel masuk berbunyi, Lavina berjalan-jalan di sekitar koridor kelasnya yang sering dilalui Dellano. Saat mendapati Dellano yang sedang berjalan berhadapan dengannya, senyumnya merekah, meskipun sedikit gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldness of Memory and the Unerasable Fire [COMPLETED]
Teen Fiction"Pada akhirnya yang tersisa hanya kamu dan dirimu sendiri." --- Seorang siswi pindahan kelas 10 ternyata secara terang-terangan menaruh hatinya kepada salah satu kakak kelasnya yang sangat terkenal dingin dan bad habbitnya. Semuanya muncul karena t...