2.Vero

1.3K 223 266
                                    

Jangan terlalu benci
kalo nanti cinta, nggak akan ada obatnya -Adinda Verony

Jam menunjukkan pukul 23.15

Tok Tok Tok

"Alfa, bunda mau bicara sama kamu" Ujar wanita paruh baya dari balik pintu.

Ceklek

Fanni membuka kenop pintu kamar Alfa.
Fanni melihat anak sulungnya tengah menyeruput secangkir kopi sambil memandang sang dewa malam dari balik kaca besar transparan.

"Fa, bunda mau bicara sama kamu!" Ulang Fanni lebih tegas.

"Hm?." Singkat padat dan jelas.

"Fa, bunda minta maaf kalo bunda jarang meluangkan waktu sama kamu" mulai Fanni dengan nada lembut.
"Kamu kan tau sendiri bunda sibuk kerja, itu juga untuk kamu. Kamu nggak seharusnya bersikap kayak tadi didepan tante Sarah sama om Raka, bunda nggak pernah ngajarin kamu seperti itu" lanjut Fanni dengan suara naik satu oktaf.

Untuk sekarang Alfa masih bisa menahan amarah yang sedari tadi mengguncang tubuhnya.

"Besok pagi bunda berangkat, kamu harus janji sama bunda selama satu tahun kedapan kamu bakalan jagain Vero, dan mulai besok kamu yang antar jemput Vero!!" Tegas Fanni.

"ANDA SIAPA MENGATUR NGATUR HIDUP SAYA, SAYA NGGAK PERLU DIATUR!"
Seketika emosi Alfa membeludak mengeluarkan semua kebenciannya pada wanita paruh baya yang sekarang berdiri tidak jauh dihadapannya.

"BUKANNYA PEKERJAAN MENJADI PRIORITAS ANDA, DAN ANDA HANYA MEMERDULIKAN ORANG LAIN!!." Emosi Alfa semakin memuncak.

"ALFA! JAGA MULUT KAMU!" Teriak Fanni kesal, dia tidak habis pikir dengan sikap anak sulungnya itu.

"ANDA YANG SEHARUSNYA MENJAGA MULUT!" Balas Alfa dengan emosi yang tidak dapat terkontrol lagi.

"KAMU SUDAH KETERLALUAN ALFA."

"ANDALAH YANG MEMBUAT SAYA SEPERTI INI, DAN JANGAN PERNAH MENGAKU SEOLAH OLAH ANDA PERDULI DENGAN SAYA."

Dada Fanni semakin sesak, tubuhnya gemetar dan kakinya lemas.

"Bunda harap kamu jaga diri baik baik, dan mulai besok kamu yang antar jemput Vero." Fanni menyudahi perdebatan antara dia dan anaknya itu, dia tak sanggup lagi.

Saat Fanni hendak memutar badan, tanpa disengaja Alfa melihat seorang wanita bersembunyi dari balik pintu, yang sedari tadi tidak tertutup rapat.

"Untung aja" Gumam Vero bersembunyi di balik Guci besar yang tidak jauh dari pintu kamar Alfa, dan dapat menutupi seluruh tubuhnya.

"Punya telinga cuma buat nguping?"

Vero terlonjak kaget mendegar suara bariton dari arah sampingnya.

"Eng..anu..itu.." gugup Vero yang baru saja terecyduk.

'Mampus lo ve' Dewi batinnya cemas.

Alfa maju satu langkah sambil menatap Vero dangan tatapan yang siap menerkam gadis itu.

Vero menelan salivanya dengan bersusah payah.

Jarak Vero dan Alfa yang hanya beberapa senti saja, membuat Vero deg-degan dan berkeringat dingin. Saking dekatnya, Vero dapat mencium wangi khas tubuh Alfa, wanginya menyegarkan.
Dengan jarak sedekat ini Vero dapat melihat wajah Alfa dengan sangat jelas, hidungnya yang hampir menempel di hidup Alfa membuat jantungnya berdegup kencang.

Vero mencoba untuk mundur satu langkah. Namun usahanya sia sia, karena dibelakangnya ada tembok besar menjulang tinggi. Sekarang Vero dihampit oleh dua tembok.

VELOFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang