Embun

24 5 4
                                        

Malam ini Reina kembali memperhatikan tetesan embun yang menempel di jendela kamarnya, membuat pemandangan di hadapannya terlihat buram. Ia melipat kedua tangannya, kemudian mulai menaruh beberapa orizuru di depan jendela. Ia kemudian melipat kertas lagi lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di sampingnya.

"Dimas dan Senja harus bersama!" Reina menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Tangannya meremas secarik kertas origami lalu kembali melemparnya ke tempat sampah, tepat sasaran tidak meleset sedikitpun.

Itulah yang ingin ia lakukan, membuat kemenangan untuk dirinya sendiri. Sekalipun itu mengkhianati perasaannya

Setelah pertemuannya dengan Dimas beberapa hari yang lalu, Reina tidak pernah lagi bertemu Dimas setelah itu. Ia bahkan tidak tau di mana cowok itu berada. Ia ingin bertanya pada Awan, namun bukan hal baik untuk menemui Awan saat ini.

Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Leri, yang merupakan teman dekat Dimas.

Reina meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, ditekannya nomor telpon Leri dengan lincah. Sebenarnya ia tidak ingin menelpon cowok itu, mengingat kelakuan Leri yang selalu membuatnya kesal.

Reina meringis saat Leri tidak kunjung mengangkat telponnya, ia melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur lalu ikut berbaring di atas sana.

Ia sudah tau, Dimas pasti sudah melarang Leri untuk memberitahu tentang keadaannya.

Tidak lama kemudian ponsel Reina berdering menandakan sebuah pesan singkat yang masuk. Reina dengan cepat memeriksanya dan itu adalah pesan singkat dari Leri.

Matanya memicing lalu membacanya.

"Dimas ada sama gue! Gue gak bisa ngangkat telpon lo, soalnya dia ada di sini!"

Reina mengusap matanya setelah membaca pesan itu, ia kemudian tersenyum. Setidaknya ia tahu Dimas baik-baik saja, untuk saat ini.

***

Dimas menatap beberapa puntung rokok yang bertebaran di lantai, ia sengaja membuatnya berantakan seperti perasaannya.

Ini bukan pertama kalinya ia merokok, selama ini ia tidak pernah merokok di hadapan Reina dan teman-temannya. Namun, kali ini ia benar-benar tidak tau harus berbuat apa sehingga ia kembali menyentuh benda itu.

"Emang lo, nggak takut Reina tahu lo ngerokok?" Leri kembali membersihkan puntung rokok yang bertebaran milik Dimas.

Dimas kemudian menjatuhkan rokoknya lalu menginjaknya dengan sepatu. Entah kenapa, setiap mendengar nama Reina ia bisa mengontrol dirinya.

"Gue gak sanggup harus ketemu dia, dan harus menemui kenyataan bahwa dia gak ngarepin gue, Ler!"
Keluh Dimas dengan tatapan kosong.

Leri ikut duduk di samping Dimas sambil memeluk sapu ijuk, "Tadi dia nelpon gue, nanyain kabar lo!"

Dimas tersenyum kecut, bagaimana tidak? Beberapa hari yang lalu cewek itu mengatakan bahwa ia tidak mencintai dirinya.

"Katanya gak suka sama gue, tapi khawatir." Dimas tersenyum kemudian merangkul tasnya kemudian pulang ke rumahnya.

***

Senja menatap kosong ke arah jendela kamar Reina, ia bisa melihat sahabatnya dari sana sedang berdiam diri. Mengukir nama di jendela kamar yang masih dipenuhi dengan embun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dimas dan ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang