Prolog

71 19 15
                                    

Di depan jendela Reina berdiri sambil menatapi sebuah foto yang mengingatkannya dengan masa lalu.
Ia terbawa suasana sampai sempat menjatuhkan Air mata.

Cuaca malam ini juga mendukung tangisnya, hujan. Mengingatkannya pada apa yang dilewatinya beberapa tahun silam. Mengingatkan masa Sma yang begitu menyenangkan, bercambur duka, dan kisah yang belum usai.

Reina berjalan pelan mengambil sesuatu di atas nakas. Sebuah Album yang selalu dilihatnya sebelum ia menutup mata, untuk tidur. Dilihatnya beberapa foto yang menunjukkan dirinya bersama beberapa temannya sedang makan di sebuah kantin.

Melihat itu Reina mulai duduk dan mengamati setiap kenangan yang mulai timbul seiring hujan turun membasahi kaca jendela kamarnya.

"Senja Maharani." Nama itu diucapkan Reina ketika ia mengusap foto seorang perempuan yang sedang mengenakan seragam SMA. Rambutnya panjang sebahu dengan warna sedikit pirang.

Kemudian Reina kembali membuka halaman selanjutnya. Ia mulai mengusap foto seorang pria yang mengenakan seragam yang sama pada foto pertama sambil merangkul dirinya dalam foto itu. "Awan Wiliansyah." Ucapnya sambil menjatuhkan air mata.

Reina kembali membuka halaman album selanjutnya. Menemukan sebuah foto yang diselipkan pada amplop putih bertuliskan maaf.
Melihat foto terakhir tangis Reina mulai memecah, ia tidak sanggup lagi menahan kesedihannya.

"Dimas Ananta..." Teriak Reina di tengah hujan yang derasnya ikut mengiringi teriakannya.

Air matanya menetes tepat pada wajah pria di foto itu, wajah Dimas Ananta yang sedang tersenyum sambil memegang kue ulang tahun untuknya. Ia membuka amplop itu perlahan sambil membacanya dalam hati.

Disobeknya bagian atas surat itu sambil sesekali mengelap air matanya yang jatuh tanpa ia sadari.

"Maaf, Dimas." Ucapnya pelan.

Reina, untukmu-

Kau tau pelangi akan ada setelah hujan dan sebelum hujan. Aku menunggunya seharian di sudut kamarku, namun aku tidak menemuinya hari itu.

Parahnya,  Aku juga tidak menemuimu di saat hujan, padahal aku sangat berharap kau bisa ada sebelum senja kembali.

Oke, bagaimana kalau ku coba menanyakannya kepada awan ? Karena awan mungkin selalu bersama hujan. Dan sesekali senja ikut menemaninya-

Sedangkan Dimas ? Ada di suatu planet lain sehingga tidak bisa menemuimu, hari itu-

Ada sebuah kisah yang harus kuceritakan. Mengenai aku, hujan, awan dan juga senja.
Tentang cinta yang mematung sepi di sudut senja.
Tentang perasaan yang tak terbendung oleh awan.
Tentang seorang Dimas yang mencintai hujan bernama 'Reina'

Reina Anindita yang selalu menghujaniku dengan perasaan yang entah apa itu. Selama ini aku menyebutnya suka, cinta dan sayang.
Ketiganya menjadi padu.

Tapi tidak untuk aku dan kamu-
Tapi aku berharap suatu saat nanti-

Reina menutup surat itu kemudian memasukkannya kembali ke dalam amplop yang tadi. Ia menutup album foto itu kemudian menenggelamkan benda itu ke dalam pelukannya.

Dan kisah dimulai saat saat itu saat pertemuan singkat itu.....

Dimas dan ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang