Somi bergerak menjauh ketika sudah berhasil memecahkan sebutir telur keatas penggorengan. Dia memekik ngeri mendengar letupan minyak yang membuat telur yang sudah berantakan itu semakin mengerikan.
Haish! Somi kesal kalau untuk membuat telur ceplok saja tidak becus. Dia melirik jam dinding yang sudah pukul setengah tujuh malam dan itu artinya adalah suaminya akan pulang kerumah.
Dia memberanikan diri untuk mengarahkan spatulanya dan membalikkan telurnya yang sudah tidak bisa terselamatkan lagi karena telur itu sudah gosong. Bahkan telur itu terlihat berantakan.
Buru-buru dia mematikan api dan menyalakan penyedot asap yang terpasang tepat diatas kompor itu.
"Hiks...", isakan Somi mulai terdengar dan dia menangis karena lelah.
Dia melihat tumpukan cangkang telur yang ada di tong sampah dengan minyak goreng yang tumpah kemana-mana. Setiap harinya dia akan menghabiskan sepuluh butir telur hanya untuk belajar membuat telur ceplok tapi selalu berakhir gagal. Dia merasa tidak becus menjadi perempuan.
Niatnya sudah sangat mulia untuk menyiapkan makan malam dengan pulang ke rumah secepat yang dia bisa setelah menyelesaikan jam kuliahnya dan pasti berakhir menyedihkan seperti ini. Menangis di pojokan dapur sambil memeluk dirinya dalam posisi kedua lutut yang menekuk.
Somi sudah berusaha keras selama tiga bulan dua minggu enam hari untuk membuat telur ceplok selama dirinya sudah menyandang status sebagai seorang istri dari pria tampan bernama Oh Sehun.
Pengorbanannya terkesan bodoh bukan? Yeah. Begitulah cinta , penderitaannya tiada akhir, batin Somi sedih.
Hanya demi sebuah perasaan so called cinta itulah membuat Somi yakin untuk menikah dengan Sehun ketika bertemu secara tidak sengaja di depan sebuah mini market. Jatuh cinta pada pandangan pertama, quote jadul yang sempat tidak dipercayainya kini menjadi sebuah kenyataan yang benar adanya. Karena itulah yang dirasakannya ketika bertemu dengan Sehun hingga memantapkan diri untuk menikah muda padahal dirinya masih menjadi anak kuliahan.
"Menangis di pojokan lagi, yeobo?", terdengar suara familiar dari arah belakang dan itu membuat Somi semakin terisak.
"Oppaaaa!!!", seru Somi sambil terisak dan beranjak dari posisinya untuk menghamburkan dirinya dalam pelukan suaminya.
Sehun terkekeh geli sambil melihat dapurnya yang overall berantakan. "Ssshhhh.. jangan menangis. Dengan menangis, dapur ini tidak akan bersih dan kita akan kelaparan".
"Aku gagal lagi, hiks!", racau Somi dengan ritual mengadunya yang sudah menjadi rutinitas sehari-harinya setiap kali Sehun pulang kerja.
"Setidaknya kau sukses memasak nasi. Sudahlah. Ayo kita bersihkan dapur dulu dan setelah itu kita makan malam", ujar Sehun menenangkan sambil menepuk-nepuk bahu Somi dengan lembut.
"Tapi... aku tidak berhasil membuat apapun, Oppa", kembali Somi mengadu dengan airmata berlinang.
Sehun kembali terkekeh. "Aku tahu. Kau tenang saja, aku sudah membeli McDonalds dan Honey Chicken Wings beserta bir untuk makan malam kita".
Tangisan Somi terhenti dan dia melirik kearah dua buah kantong plastik besar yang sudah ada diatas meja makan. Oh dear... perutnya langsung berteriak lapar.
"Oppa...."
"Sudahlah, ayo kita bersihkan dapur dulu dan setelah itu kita makan, oke?", ujar Sehun sambil mengusap kepalanya.
Somi mengangguk dan buru-buru meraih gagang sapu. "Aku akan membersihkan dan kau bisa mandi dulu".
"Tidak usah. Aku akan membantumu untuk menyiapkan makan malam sementara kau membersihkan kekacauan ini", balas Sehun kalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda? #WHYNOT? (COMPLETED)
RomanceIni cuma cerita konyol dari dua orang yang bertemu secara tidak sengaja lalu jatuh cinta pada pandangan pertama. Klise banget? I know. Kenalan tanpa jadian. Apalagi pacaran. Lebih baik langsung nikah. Itu kata mereka. Jadilah sebuah kisah cinta ala...