Hey, aku Meena. Umurku tujuh belas tahun dan hamil.
Iya, kamu tidak salah dengar, aku memang hamil.
Aku punya pacar, tapi bukan pacarku yang melakukannya. Kami tidak pernah berpacaran sampai sejauh itu. Kami masih pakai logika, kok!
Yang melakukan s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini Lexy sedang ada kegiatan di klub, jadi dia tak bisa mengantarku pulang. Saat sedang menunggu Ojol pesananku, Krelia datang menghampiri.
"Eh, Na! Gue mau nginep di rumah lo!"
Lah, ini anak! Datang-datang pengin menginap. Pasti ada yang tidak beres, nih!
Meskipun tak seberapa sreg, aku tetap mengangguk. Apa boleh buat, namanya juga sahabat
"Lo ngga pa pa kan, Kre?" tanyaku menatapnya sebentar.
Biasanya sih, dia lagi berantem sama orangtuanya. Oh iya, dulu dia sering menginap di rumahku. Namun, sejak kelas XII, dia sudah tidak pernah lagi.
Dia masih memantengi ponselnya saat menjawab, "Di rumah lagi ada adiknya Papi. Mana dia datang sekeluarga lagi."
"Yang di Aussie itu, ya?"
"He eh!" Matanya masih belum beranjak dari layar.
"Gue udah pesen ojol. Lo mau pesen atau kagak. Pesenan gue, bentar lagi nyampek." Aku melihat layar WA, menunggu pesan dari Si Mas Ojol.
"Kenapa lo ngga pesenin gue sekalian?" Krelia protes, matanya beralih dari ponsel ke aku.
"Ya mana gue tahu, lo mau ke rumah gue. Ya udah, buruan pesen! Lagian lo juga tahu alamat rumah gue, kan?"
Tak berapa lama kemudian, ojolku datang. Terpaksa aku pulang duluan, meninggalkan Krelia yang masih harus menunggu sepuluh menit lagi.
Tarnyata di tengah jalan, ojol yang kutumpangi mendapat musibah, bannya bocor. Alhasil Krelia lebih dulu sampai rumah.
Saat aku sampai, dia sudah duduk di sofa ruang tamu, mengobrol santai dengan Dino. Melihat mereka berdua, ingin rasanya aku menggigit pintu. Sebal.
"Na, lo kemana aja? Pulangnya duluan lo, eh ... nyampenya duluan gue. Jangan bilang lo selingkuh sama Bang Ojol, ya!" protes Krelia saat melihatku muncul di pintu.
Mataku melihat ke arah Dino sebentar, lalu beralih ke Krelia.
"Sialan banget, bannya bocor di tengah jalan. Terpaksa gue harus nungguin. Ngga enak kan, kalau mau ganti." Aku melirik lagi ke arah Dino. Sepertinya pria itu tahu apa maksudku. Dia bangkit dan berjalan menuju kamar Mama, meninggalkan kami berdua.
"Yuk, ke kamar!" ajakku pada Krelia yang masih memandangi Dino, tapi akhirnya bangkit juga mengikutiku.
Sesampainya di kamar, aku menutup pintu. Kunyalakan AC dan kuputar spotify di laptop. Krelia beberapa kali menoleh ke luar, ke pintu tepatnya.
"Dia siapa, Na? Hot banget. Jangan bilang itu kakak lo yang lama hilang, ya?" tanyanya lirih. Matanya masih mengarah ke pintu.
"Kenapa lo ngga nanya dia aja tadi?" Aku bingung harus jawab apa. Haruskah kubilang dia pacar Mama? Atau kubilang saja temannya. Atau suaminya. Kugaruk-garuk kepalaku, meskipun tak gatal.