TAEYONG terbangun ketika merasakan pegal pada seluruh tubuh. Ia membuka kedua mata dan menguap lebar, kepalanya bersandar pada sesuatu yang empuk, belum lagi ada benda kenyal yang menempel pada kepalanya.
Pikirannya melayang, memproses apa yang terjadi. Saat ia ingin mengusap wajahㅡgerakannya seketika terhenti. Jemarinya di genggam oleh sebuah tangan besar berkulit putih.
Tunggu..
Dengan cepat Taeyong menjauhkan diri, ia sempat memekik kecil. Hal tersebut berhasil membuat Jaehyun mengaduh karena tubuhnya terbentur sofa empuk. Si lelaki tampan terbangun pada akhirnya. Ia menatap bingung pada Taeyong yang kini berdiri sejauh tiga meter darinya.
Kedua bola mata Taeyong bergulir; menatap jam dinding yang menggantung pada dinding beralaskan wallpaper. "Jam dua malam," gumamnya tak percaya.
Jaehyun mengucek kedua mata sebelum merengangkan tubuh yang terasa kaku lalu berdiri dan menghampiri Taeyong. "Hey, kau tidak apa?" pasalnya ia sedikit heran ketika melihat raut wajah terkejut dari lelaki cantik itu.
Oke, Taeyong sudah bisa mencerna semuanya. Ia ketiduran! Dan yang lebih parahnya, ia tertidur di bahu Jaehyunㅡbelum lagi, kenapa tangannya bisa berada di genggaman lelaki tampan itu?! Oh ini gila! Taeyong rasanya malu setengah mati, bahkan kini ia bisa merasakan panas menjalar pada seluruh wajah; membuat wajahnya merah seperti kepiting rebus!
"A-aku.. Harus pulang! Ya, aku harus pulang!" ujar Taeyong cepat, lalu mengumandangkan tawa canggung. Ia merasa frustasi, bagaimana ia bisa ketiduran seperti tadi? Oh, salahkan cuaca yang mendukung dan juga sofa teater Jaehyun yang begitu nyaman.
Kedua mata Jaehyun membulat. "Ini jam dua malam Taeyong, aku memiliki kamar tamu jika memang kau ingin tidur." ujarnya lembut, ia berjalan menghampiri Taeyong hingga kedua ujung kaki mereka bersentuhan. "Menginaplah, setidaknya hingga pagi. Tidak mungkin aku mengantarkanmu tengah malam seperti ini."
Menghela napas, akhirnya Taeyong mengangguk. Tapi kemudian kedua matanya membola lebar saat perutnya berbunyi, dasar sialan! Perut sialan, apakah rasa laparnya ini tidak bisa diajak berkompromi?
Mendengar sura keroncongan itu Jaehyun terbahak. Ia mengacak surai cokelat Taeyong sebelum menarik tangan si lelaki kecil ke arah dapur. "Ayo, sepertinya kau lapar di tengah malam seperti ini." ajaknya.
Tidak ada yang bisa Taeyong lakukan selain menurut. Akhirnya mereka kembali ke dapur, Jaehyun mendudukan tubuhnya di meja pantry; dari sini Taeyong bisa melihat semua bagian dapur dengan jelas.
"Jika memasak makanan lagi akan membutuhkan waktu lama, jadi jika hanya ramenㅡtidak apa kan?" tanya Jaehyun sembari mengeluarkan dua bungkus ramen dari lemari penyimpanan.
Kening Taeyong berkerut, wajah bantalnya terlihat begitu menggemaskan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali dan bibirnya sedikit terbuka. "Hnggg, biar aku saja yang memasak."
Jaehyun menggeleng, ia sudah menaruh panci berisi air diatas kompor. Lalu kembali melangkah ke hadapan Taeyong; matanya menatap lekat pada si lelaki mungil. "Tidak perlu, kau sudah memasak untukku kemarin sore." ia tersenyum kecil.
Taeyong meringis; ia menutup wajah menggunakan kedua tangan. Sial oh sial, bisakah Jaehyun berhenti menjadi tampan barang sedetik saja? Ia sungguh tidak bisa mengendalikan detak jantungnya saat ini, lelaki bernama Jung Jaehyun itu berhasil memporak-porandakan hatinya!
Suara air mendidih membuat Jaehyun terkekeh kecil, ia kembali berjalan mendekati kompor dan memasukan kedua ramen itu. Jaehyun terus berdiri disana hingga mie nya benar-benar matang, sementara itu Taeyong berusaha untuk menetralkan detak jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pilot《Jaeyong》✔
Fanfiction[Fluff] [Romance] Lee Taeyong tahu keputusannya untuk menjadi seorang pilot sudah benar. Ia bahkan mengikuti kelas khusus selama 3 bulan, dan ia juga tidak pernah menyangka jika akan menemukan takdirnya di sana. •BXB | YAOI | GAY •Jaehyun x Taeyon...