Untuk pertama kalinya Kenan Albian mengijinkan orang asing mengambil kemudi atas sepeda ontel kesayangannya. Untuk pertama kalinya pula dia merasakan sepedanya melaju dengan kecepatan supersonik. Tepukan keras yang ia lancarkan pada punggung pria asing di depannya sama sekali tak membuat kecepatan berputar roda sepedanya berkurang.
Yang bisa ia lakukan hanya menahan diri untuk tidak melontarkan sumpah serapah di sepanjang jalan, meskipun dari tadi mulutnya sudah berteriak-teriak tidak jelas mengungkapkan betapa gilanya orang di depannya itu.
Baru ketika akan melewati sebuah kafe berplakat Bian Cafe gadis itu menarik keras telinga kiri sang pengemudi sambil meneriakkan kata berhenti. Kali ini usahanya sukses meskipun mereka hampir jatuh karena sepedanya oleng.
"Bawa sepedanya masuk!" perintahnya pada pria itu sambil membuka pintu Bian Cafe.
"Ha?" adalah seruan yang dilontarkan pria itu sebagai respon.
"Cepet bawa masuk."
Pria dengan name tag Zevrin Azzam di seragam OSISnya itu akhirnya menurut meski tidak tahu apa yang ada di pikiran gadis itu.
Kenan membawa sepedanya memasuki bagian dalam kafe tanpa mempedulikan tatapan heran dari beberapa pelanggan dan pegawai di sana.
Sepeda kesayangan ditempatkan pada sudut ruangan yang tak terlihat dari jendela luar, kemudian dia menyeret pria asing itu ke dapur.
"Mbak Kenan, ngapain mojok di situ?" seorang pegawai yang melihatnya bersembunyi bersama Zevrin melontarkan pertanyaan keheranannya. Membuat Kenan buru-buru menempelkan telunjuk ke bibir.
"Ssstt. Aku nggak mojok, Mas. Nanti kalo ada dua orang preman lewat di depan kafe bilang ya," jawabnya yang membuat pegawai itu menggelengkan kepala, tampak sudah terbiasa dengan tingkah aneh gadis itu.
***
Helaan napas keluar dari bibir Zevrin yang saat ini menyandarkan kepalanya di salah satu meja kafe.
"Untung preman itu nggak masuk ke sini," gumamnya masih mengatur napas yang sempat memburu.
"Nih, minum dulu," ucap Kenan membawa dua gelas Frappuccino kemudian duduk di hadapan pria itu.
"Gue nggak bisa bayar, air putih aja."
"Aku nggak minta kamu bayar kok. Baru-baru ini aku belajar bikin kopi, aku mau kamu cobain dan kasih komentar."
"Oh iya, dari tadi gue penasaran, kok lo kayaknya bebas ngapain aja di sini sih?" tanya Zevrin masih mengabaikan gelas di hadapannya.
Kenan menghela napas panjang, merasakan kelegaan begitu minuman itu membasahi tenggorokannya.
"Ayahku pemilik kafe ini," ucapnya kemudian.
Zevrin mengangguk-angguk mengerti, kemudian menyeruput minuman dingin di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom Fake
Teen FictionKebebasan palsu. Kebebasan yang hanya berlaku pada ragamu, tetapi tidak dengan hati dan batinmu. Ia membuatmu seolah bisa menjelajah dunia, namun sebenarnya ada sel tak kasat mata yang membelenggu jiwa. Ia adalah sesuatu yang lebih mengekang daripad...