:: empatpuluhsembilan ::

609 55 7
                                    

Ansell bilang Valerie sensitif terhadap segala sesuatu menyangkut orangtua. Rasa sedih sekaligus rasa bersalah akan langsung mengguyur perempuan itu setiap kali ada orang yang membicarakan orangtuanya. Itulah kenapa setiap kali Jevin menyinggung perihal orangtuanya, Valerie akan langsung murung lalu menghindar.

Perempuan itu akan menyingkir, membiarkan kesedihan dan penyesalan menghampiri dirinya. Ia akan mengurung diri, menangis seorang sendiri.

Orangtua keduanya meninggal dua tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahun Valerie. Ansell bilang kedua orangtuanya ketika itu berada di luar kota, dan Valerie merajuk sebab mereka tidak juga pulang di H-1 ulang tahunnya. Ia tidak makan, tidak keluar kamar, dan tidak ingin berbicara dengan siapa pun sebelum kedua orangtuanya datang. Mengetahui fakta itu, orangtua Valerie langsung memutuskan untuk pulang. Nahas, keduanya mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal.

Sejak saat itu Valerie selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian orangtuanya. Sekali pun Ansell sering berkata jika itu bukan kesalahan Valerie, tetapi Valerie tetap merasa begitu. Imbasnya, ia akan selalu bersedih setiap kali ada orang yang menyinggung perihal orangtuanya.

Mungkin alasan itu juga yang membuat Valerie membiaskan pancaran luka di matanya. Dan Jevin cukup beruntung bisa melihat luka itu. Jika tidak, mungkin saat ini Jevin tidak akan pernah mengenal Valerie.

Sekarang, melihat Valerie tersenyum lebar menatap hamparan lautan lepas di hadapannya membuat dada Jevin menghangat oleh rasa senang.

"Suka?"

Yang ditanya menoleh lantas mengangguk antusias. Wajahnya begitu berseri hingga membuat Jevin gemas sendiri.

"Banget!" kata Valerie tanpa menyurutkann senyum. "Ini tempat yang mau lo perlihatkan ke gue waktu itu?"

Jevin mengangguk. "Iya. Gimana menurut lo?"

"Bagus banget, Je! Gue suka di sini."

Kali ini senyum Jevin yang mengembang. "Bagus kalo lo suka."

Valerie mengangguk lagi. Perempuan itu kembali menghadapkan kepala ke arah laut, membiarkan angin nakal membelai rambutnya.

"Oh iya, Val. Kata Kak Ansell bentar lagi lo ultah?"

Wajah berseri Valerie berubah cemberut, dan hal itu membuat Jevin semakin gemas hingga ingin mencubit kedua pipi perempuan di hadapannya. "Udah, deh, nggak usah ngomongin ultah gue."

"Lho, kenapa? Bukannya setiap orang selalu senang menyambut hari kelahirannya?" Padahal Jevin sudah tahu apa alasannya.

"Dan gue nggak termasuk dalam kategori 'orang yang suka menyambut hari kelahiraannya' itu."

Jevin terkekeh kecil. "Sekali pun ada gue?"

Sekarang alis Valerie terangkat. "Lho, apa yang membuat lo merasa spesial hingga bikin gue harus merasa senang dengan kehadiran lo?"

Jevin terdiam sebentar. Bibirnya tersenyum hingga membuat kedua mata lelaki itu menyipit lucu.

"Karena lo suka gue, misalnya?"

[]

—Reindrops💦

[ Dipublikasi | 08.12.18 ]

quarter past midnight | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang