Pelajaran Berharga (Part 4)

289 15 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 1 jam yang lalu. Namun, tantenya belum juga menjemputnya dari sekolah.

“Ck.. aunty lama sekali. Ada apa sih?” gerutu Maudy.

“Maudy.”

Mendengar namanya dipanggil, Maudy segera mengarahkan pandangannya ke gerbang sekolah — tepatnya ke arah suara tersebut berasal.

“Aunty, kenapa lama sekali?”

“Maaf, ya, sayang. Aunty ada urusan mendadak tadi.”

“Ya sudah, tidak apa-apa. Ayo kita pulang. Aku sudah sangat lelah.”

¤¤¤

Di mobil...

“Aunty, aku izin pergi melayat Hilda ke rumah duka, ya, sore nanti. Dia meninggal karena leukemia akut.”

“Benarkah? Ya sudah. Tidak apa-apa. Jangan pulang kemalaman ya. Aunty tidak menyangka. Padahal, kemarin dia masih bermain di pantai,” balas tante Maudy.

“Iya. Aku juga tidak menyangka,” ucap Maudy.

“Maudy. Ngomong-ngomong, hari ini kamu di rumah sendirian, ya. Aunty dan uncle ada pekerjaan di Bandung.”

“Yahh.. Berapa lama, aunty?”

“Tidak lama kok. Hanya sebentar. Besok, pagi-pagi buta, Aunty dan uncle pasti sudah berada di rumah.”

“Oh, ya sudah. Kalau begitu tidak apa.”

Maudy merasa lega karena tidak perlu sendirian di rumah dalam waktu yang lama. Ia memang tidak takut sendiri. Hanya saja, ia tidak terbiasa tinggal sendirian di rumah.

Apalagi, saat ini ia tinggal di rumah om dan tantenya karena orang tuanya sedang pergi dalam waktu yang lama.

Jika orang tuanya sedang tidak berada di rumah dalam waktu yang sebentar pun (sekitar 1 sampai 2 minggu), biasanya om dan tantenya akan menemani Maudy di rumah orang tuanya.

Mobil yang dikendarai tante Maudy terus melaju. Namun, saat di tengah perjalanan menuju rumah, keadaan jalanan macet parah. Maudy bertanya kepada tantenya apa yang terjadi.

“Aunty, ada apa sih? Kok macet sekali? Biasanya di sini jalanannya tidak terlalu macet?”

“Aunty juga tidak tahu.”

Karena penasaran, akhirnya tante Maudy membuka jendela dan bertanya kepada pengendara motor yang berada di depan mobilnya atas kejadian yang telah terjadi sehingga menimbulkan macet yang sangat parah.

Setelah bertanya, tante Maudy memasukkan kepalanya kembali ke dalam mobil dan menutup jendela. Setelah itu, tantenya memberitahukan Maudy atas kejadian yang telah terjadi.

“Maudy. Itu di depan ada yang kecelakaan. Pengendara motor tertabrak mobil. Sepertinya, kakinya patah. Kulitnya juga robek.”

“Apakah sudah dibawa ke rumah sakit, aunty?”

“Sepertinya sih belum. Kamu lihat sendiri kan? Belum ada mobil yang jalan.”

“Pasti mereka lagi memfoto orang tersebut. Miris sekali,” ujar Maudy.

“Memang miris. Orang jaman sekarang memang begitu. Mencari kepopuleran atas penderitaan orang lain. Tidak peduli atas penderitaan orang tersebut. Kalau saja aunty ada di sana, pasti akan langsung aunty bantu dan bawa ke rumah sakit,” balas tantenya.

Ya. Saat ini mobil tante Maudy dengan tempat kejadian lumayan jauh, yaitu ±550 meter. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk pergi ke tempat kejadian dengan berjalan kaki. Belum lagi, ditambah dengan padatnya kendaraan yang membuat orang saja sampai sulit untuk lewat.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya mobil pun jalan. Namun, menurut kabar dari pengendara-pengendara di sekitar mobilnya, pengendara motor yang tertabrak tadi sudah meninggal karena kehabisan banyak darah.

Satu hal lagi yang membuat Maudy bersyukur. Tuhan masih membiarkannya bernapas hari ini. Satu pelajaran lagi yang Maudy dapat.

Sekecil apa pun kebaikan yang kita dapat dan sebesar apa pun masalah yang sedang kita hadapi, bila kita selalu melihat hal positifnya dan bersyukur, maka segala sesuatunya akan menjadi indah.

¤¤¤

Pelajaran Berharga ✔️  (Cerpen [COMPLETED])Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang