Pelajaran Berharga (Part 2)

410 19 0
                                    

HOOAAAMMMM...

Maudy terbangun dan mendapati dirinya sudah berada di dalam kamar.

“Pasti uncle yang menggendongku. Selalu saja begitu. Katanya mau membangunkanku tetapi malah menggendongku. Hahaha... dasar uncle,” pikirnya.

Jam beker digital yang berada di atas nakas menunjukkan pukul 3 sore. Maudy segera ke luar dari kamar dan menuju meja makan karena perutnya sudah berbunyi sedari tadi.

Tantenya sudah menyiapkan makanan. Tumis kangkung dan pepes tahu sudah tersedia di meja makan. Ditambah dengan sepitcher es teh manis yang tampaknya baru saja dikeluarkan dari kulkas.

Maudy segera menyantap makanannya setelah mengambil nasi dan lauk secukupnya serta menuang es teh manis ke dalam gelas kosong. Tak lama kemudian, tantenya datang. “Maudy. Nanti kamu siap-siap ya. Nanti malam jam 7 ada pesta pernikahan temannya mommy kamu.”

“Loh, mengapa bukan mommy dan daddy yang datang?”

“Kamu kan tahu, mereka lagi di luar kota. Mana bisa datang? Ya sudah, kamu habiskan makanan kamu dulu, ya.”

“Iya, aunty.”

¤¤¤

“Bagaimana tadi pestanya?” tanya tante Maudy.

“Bagus, aunty. Makanannya enak-enak.”

“Ish.. kamu, tuh. Jangan komentari makanannya doang. Bagaimana pengantinnya?” ucap sekaligus tanya omnya.

“Cocok, uncle. Serasi,” jawab Maudy asal.

Sekarang pukul 12 malam. Pesta pernikahan teman mama Maudy baru saja selesai. Tetapi, Maudy belum mengantuk. Mungkin ini efek dari tidur siangnya yang lama tadi.

Maudy terus saja memerhatikan jalanan. Masih banyak mobil yang berlalu lalang meskipun sudah malam.

Bedanya, jalanan lebih sepi dari siang hari sehingga mobil-mobil masih bisa berjalan dengan lancar.

Ada satu hal yang menarik perhatian Maudy. Ia melihat seorang pengemis dipinggir jalan. Anak itu sendirian. Tidak ditemani oleh siapa pun.

Ia hanya duduk di alasi sebuah kardus sambil berharap ada seseorang yang memberinya uang.

Terlihat dari wajahnya yang pucat serta tangannya yang memegangi perutnya, ia pasti sedang kelaparan.

Bukannya Maudy tidak tahu akan modus-modus penipuan yang terjadi pada jaman sekarang ini. Tapi.. Hey!! Anak itu sedang tidak berpura-pura. Ia benar-benar membutuhkan makanan agar tidak mati kelaparan.

Tante dan om Maudy yang menyadari arah tatapan Maudy pun segera menepikan mobilnya dan mengunjungi anak tersebut.

Mereka yang memang memiliki jiwa peduli sosial yang sangat tinggi itu segera menawarkan dan memberikan makanan kepada anak tersebut.

Kebetulan masih ada sejumlah makanan yang mereka bawa pulang dari pesta pernikahan tadi.

Tidak hanya itu, mereka juga mengantar anak tersebut ke panti asuhan agar bisa mendapatkan kehidupan yang layak karena anak tersebut bercerita bahwa orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tabrak lari 2 tahun silam.

Dan selama itulah, anak tersebut menggantungkan diri di jalanan dan hidup dari hasil mengemis dan mengamen.

Ia akan mengamen saat memiliki tenaga. Namun, pada kondisi tidak berdaya seperti saat ini, ia terpaksa mengemis untuk bisa bertahan hidup.

Kejadian tersebut membuka pikiran Maudy. Ia termasuk anak yang beruntung karena ia masih memiliki kedua orang tua yang utuh, yang masih bisa menyayanginya walaupun mereka tidak memiliki banyak waktu untuk bersama karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ia juga tidak perlu hidup dengan kesusahan.

Ia tidak perlu merasakan penderitaan karena menahan lapar. Apa pun yang ia mau, dapat ia beli langsung pada saat itu juga.

Ia pun akhirnya berdoa dan meminta maaf kepada Tuhan karena selama ini ia kurang bersyukur. Meskipun begitu, ia juga masih ada perasaan iri pada Hilda yang selalu bisa menghabiskan waktu bersama dengan kedua orang tuanya.

¤¤¤

Pelajaran Berharga ✔️  (Cerpen [COMPLETED])Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang