.
.
.「 ✦ ᴛ ʀ ᴀ ᴘ ᴘ ᴇ ᴅ。 」
.
.
."Jadi-," salah satu diantara kelima pria di dalam kamar cukup megah itu bersuara seraya melepaskan stetoskopnya. Ia menoleh, menatap sang surai biru gelap dari balik kacamatanya.
"Katakan padaku Hyunbin," Jaehwan terkekeh mengerikan. Nada tawanya terkesan remeh, tertuju pada pria yang tengah menyandarkan punggungnya di tiang kasur. "Kini kau seorang pedofilia?"
Jemari Jaehwan bergerak memutar di sisi pelipis kanannya, mencemooh Hyunbin dengan sebutan "rupanya kau mulai tidak waras" secara non-verbal. Kalimat canda itu ditanggapi dengan tawa terbahak oleh pria di sofa kamar itu. Surainya bergerak selaras dengan tawanya yang benar-benar lepas.
"Dude, seriously, yang Jaehwan katakan adalah benar," Daniel mengusap likuid di sudut matanya setelah berusaha menghentikan tawanya. "Kau benar-benar tidak terkena virus siput gila di Jepang, right?"
"Oh Daniel," Hyunbin melempar salah satu bantal telak pada wajah rupawan sang kawan, cukup kuat bantal itu menghantam hingga menimbulkan bunyi yang menyakitkan. "Berhenti memperkeruh suasana, bangsat."
"Hh, sudahlah, kalian berdua, berhentilah saling menuduh seakan kalian berdua bukan manusia yang sakit jiwa disini-," Jaehwan kembali menatap kaki mungil bocah seluluh tahun yang terbaring di kasur. "- dan Guanlin, aku perlu kain kasa lebih banyak."
"Baik hyung," pemuda di ujung kasur mengangguk, kemudian berbalik dan pergi, meninggalkan empat sosok lain di kamar yang sudah ia bersihkan itu.
Jaehwan mendesah lama. "Ayolah Hyunbin, aku dan Daniel tentu butuh sedikit penjelasan disini," kedua alis tebal Jaehwan bergerak naik turun, menggoda Hyunbin yang sudah naik pitam sejak kehadiran dua sahabatnya di rumah megahnya.
"Berhenti mengatakan aku pedofilia, sialan! Aku bukan pedofilia, bukan. Tekankan itu di otak bodoh kalian!"
"Wow wow, lihat, siapa yang marah disini," Jaehwan melirik Daniel, kemudian tertawa terbahak bersama.
"Dengarkan aku, dumbass. Aku menemukannya ditembak di Kawasaki, dia memohon padaku untuk diselamatkan, kita membuat suatu kesepakatan, dan voila, kalian mendapatkan oleh-oleh dari kawasan prostitusi itu."
Daniel mengusap dagunya tertarik. "Jadi, apa yang akan kau lakukan padanya? Kau tau, aku tidak memperdagangkan manusia."
"Apa maksudmu?," Hyunbin mendesis memperingatkan, alisnya mengerut tak nyaman. "Dia milikku."
Daniel mengangkat kedua telapak tangannya, bertingkah seakan Hyunbin menodongkan senjata padanya. "Go ahead, my friend. He's yours, of course."
"Bisakah kalian berhenti menyebutnya seakan dia adalah barang- ah, terima kasih Lin," Jaehwan mengangguk pada Guanlin yang telah kembali dan menyerahkan beberapa gulung kain kasa padanya. Dokter muda itu kembali melanjutkan pekerjaannya, mengobati Minhyun yang tentu saja masih belum tersadar.
"Tentu saja, seorang dokter tetaplah dokter," Daniel merotasikan matanya jengah, mendengar teguran Jaehwan pada keduanya.
Setelah perdebatan tak penting diantara ketiganya dan Guanlin sebagai pendengar baik, kamar itu kembali tenang. Baik Daniel, Guanlin, dan Hyunbin, ketiganya menaruh atensi pada tubuh pucat Minhyun yang terbungkus sweater kebesaran Hyunbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
FanfictionIni semua sama, sama seperti kau membuang dirimu ke dalam neraka. Dan kau barulah mengerti, bahwa kau takkan pernah bisa terlepas dari neraka itu, dan juga sang penguasa neraka. Sebab Minhyun adalah Persephone untuk sang Hades. * . · . ✦ ⋆ ˚ ✧ * ✧ ˚...