-d o u z e。

1.1K 241 103
                                    

jangan tahan aku untuk ga apdet. Bodo amat apdet sehari dua kali, aku ga tahan, gatel tanganku.

Jihoon nugu? Hyunjae nugu? Chanyeol nugu? Aku ga kenal mereka ah;)

.
.
.

「 ✦ ᴛ ʀ ᴀ ᴘ ᴘ ᴇ ᴅ。 」

.
.
.

Jaehwan dan Daniel memutuskan untuk menginap di rumah Hyunbin. Bukan karena jam telah menunjukkan pukul satu malam, dan beralasan terlalu larut untuk pulang ke rumah mereka sendiri. Mereka hanya, yah khawatir kalau saja Hyunbin melakukan sesuatu di luar akal. Jaehwan dan Daniel mengenal Hyunbin dengan baik, mereka mengerti jika Hyunbin sedang dipenuhi emosi, pria itu dapat melakukan hal-hal buruk. Jaehwan dan Daniel terang tidak menginginkan hal itu terjadi.

Daniel yang baru saja berjalan keluar kamar tamu, hendak menuju dapur, seketika menghentikan langkahnya. Manik elang Daniel menatap Hyunbin yang masih terduduk di sofa. Pria itu tampak marah, sangat marah, meski kedua bahunya meluruh lesu. Daniel bahkan yakin, Hyunbin tidak bergerak sedikit pun dari duduknya. Kemeja penuh noda kopi dan kerutan keningnya bahkan masih sama, tak berubah.

Daniel menghela nafas. Telapaknya menepuk pundak sang sahabat pelan, mengejutkan Hyunbin dari lamunannya. "Setidaknya kau perlu tidur," gumam Daniel.

"Tidak."

"Hyunbin," Daniel duduk di sofa tunggal lain. Piyamanya turut terhempas ketika sang pemilik tubuh membanting tubuhnya disana. "Kita perlu banyak tenaga."

"Tidur hanya membuang waktuku."

"Ayolah," Daniel melirik satu pintu di lantai satu yang telah tertutup rapat. "Bahkan Jaehwan sudah tidur sejak dua jam yang lalu. Santai sedikit, Hyunbin."

Hyunbin mendecih. Maniknya sempat melirik Daniel sejenak dengan tajam, sebelum kembali jatuh dalam lamunannya. "Ini bukan waktu bersantai."

"Kau tau Harele, Hyunbin?"

Hyunbin menoleh dengan kerutan kening yang semakin dalam. Punggungnya menegak begitu mendengar nama yang pastinya terdengar tak asing di kalangan dunia bawah. "Harele? Tentu saja aku tau. Dari keluarga berpengaruh pengedar poison dan antidote."

"Ya, Harele yang itu, menikah dengan dia."

Hyunbin mendengus. Sebuah tawa remeh meluncur darinya. Ia kembali menyandarkan punggungnya dan mengerutkan keningnya, tampak berpikir semakin keras. "Mereka pasangan gila. Apa kau serius?"

"Ya, tentu saja. Ini bukan waktu untuk bercanda, bukan?," Daniel tampak menerawang, mengingat informasi yang pernah ia dengar dari salah satu koleganya. "Pernikahan yang menguntungkan kedua belah pihak."

"Impossible!"

Daniel menarik senyum miring. "Maka dari itu, tidurlah. Kita butuh banyak tenaga. Simpan amarahmu untuk hal yang lebih berguna nantinya."

"Dan rencana apa yang akan kita jalankan?"

"Menemuinya, tentu saja," Daniel kembali berdiri. Sejenak ia meregangkan badannya, sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Malam ini, akan ada pelelangan di Busan. Kita kesana."

"Apa kau yakin, dia dan Harele akan hadir?"

"Tentu saja!," Daniel merotasikan maniknya. "Harele menawarkan barang disana. Pria manis itu 1000% akan datang," ujar Daniel sambil lalu.

"Bagaimana dengan dia?"

"Kita lihat saja," Daniel tertawa dengan nada yang terdengar tak wajar. Hyunbin dapat melihat bagaimana amarah turut menguar dari punggung Daniel yang juga terluka. "Apa dia cukup berani melepaskan Harele sendirian ketika dia menabuh genderang perang, atau tidak."

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang