-o n z e。

1.1K 226 123
                                    

apdetan yang bahkan lebih rajin dari chat doi

.oh, ga punya doi. fuck.

.
.
.

「 ✦ ᴛ ʀ ᴀ ᴘ ᴘ ᴇ ᴅ。 」

.
.
.

Gelap, tak ada sinar mentari atau rembulan yang biasa menyapa setiap kali ia terbangun dari tidur. Hanya ada gelap yang mengusik lelap panjangnya. Minhyun segera mengerjap, membiasakan diri dengan keremangan yang terasa janggal. Yang Minhyun tangkap pertama adalah rasa panik ketika menyadari ia tak berada di lingkungan yang ia ketahui, dan tidak ada Hyunbin di sisinya.

Minhyun menahan nafas dan menghembuskannya perlahan. Ia ingin berteriak, memanggil Hyunbin atau juga Guanlin, namun ia mengerti keduanya tak ada di dekatnya saat ini. Minhyun mencoba menenangkan dirinya sendiri, dan meyakini bahwa Hyunbin jauh lebih mengerikan dari apa yang terjadi saat ini.

Hal pertama yang Minhyun lakukan adalah mengobservasi keadaan sekitarnya. Ia melihat perabot rusak dimana-mana, bau apak dan sarang laba-laba menghias di tiap sudut, kasur yang menjadi tempatnya tidur pun sudah sobek di beberapa tempat. Bahkan Minhyun dapat melihat warna pekat yang entah karena apa di beberapa bagian keramik lantai.

Manik Minhyun bergulir, memperhatikan daun pintu kayu dengan berkas cahaya di celahnya. Bayang hitam tampak bergerak, menandakan ada sosok lain di balik sana. Minhyun menahan nafasnya tanpa disadari. Segera ia menoleh, mencari barang yang sekiranya dapat melindungi dirinya, dan menemukan potongan kayu yang cukup tajam dan sesuai untuk ia genggam. Tanpa suara, Minhyun bergerak dari tidurnya dan menyambar cepat potongan kayu itu. Tepat ketika ia menyembunyikan senjatanya di balik bantal lapuk, pintu kayu penghubung ruang terbuka, menampilkan sosok pria dari balik sana.

"Kau sudah bangun? Oh yah, tentu saja, ini sudah lima jam sejak kau pingsan, sayang."

Lima jam?

Minhyun menahan air matanya. Entah kenapa, ia merasa jauh lebih baik menghadapi Hyunbin dibandingkan dengan apa yang ia alami saat ini. Ia tidak suka merasa tersesat, dan sekarang ia benar-benar tersesat. Pria dihadapannya tidak menakutkan, tidak seperti Hyunbin ataupun Daniel yang notabenenya bekerja di dunia bawah. Pria itu manis, kulitnya sangat putih, dan memiliki bibir berbentuk hati yang melengkung indah ketika tersenyum. Pria itu cukup ramah, namun tetap berbahaya dan menekan Minhyun.

"Kau butuh minum?," pria itu merogoh hoodie putih yang ia kenakan, dan mengeluarkan kaleng jus jeruk dari sana. Dengan senyum terulas, ia menyodorkan jus jeruk itu. "Aku menyimpannya untukmu. Kau harus meminumnya agar cepat pulih, paham?"

Minhyun melebarkan kelopak matanya penuh rasa waspada. Ia tak menyembunyikan pandangan meneliti pada pria itu dan juga jus jeruk kaleng di tangannya. Kekehan kecil meluncur dari sang pria dewasa melihat reaksi Minhyun yang penuh kewaspadaan.

"Ini tidak mengandung racun, aku yang membelinya. Terlalu cepat seribu tahun bagimu untuk mati. Kami masih membutuhkanmu, sayang."

Ucapan yang terdengar menyakitkan itu entah kenapa mendorong Minhyun untuk mempercayainya. Minhyun cukup berpengalaman menghadapi sosok yang berbahaya, dan ia mengerti, saat ini pria itu memang tulus memberikan jus jeruk padanya. Perlahan, telapaknya bergerak meraih kaleng jus jeruk, dan mendekapnya.

"T-terima kasih."

"Sama-sama, Minhyun!"

Minhyun menoleh, tampak terkejut ketika namanya disebutkan. "K-kau tau namaku?"

"Tentu saja! Apa kau mau berkenalan denganku? Namaku-"

"Apa yang kau lakukan, Harele?"

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang