-d i x。

1.2K 257 72
                                    

Aku ga suka damai, cweh.

.
.
.

「 ✦ ᴛ ʀ ᴀ ᴘ ᴘ ᴇ ᴅ。 」

.
.
.

Hyunbin adalah manusia yang benar-benar aneh bagi Minhyun. Sekejap, ia dapat menjadi sosok yang mengerikan dan jahat, menyakiti dirinya tanpa peduli apapun yang dapat terjadi. Namun di keadaan lain, Hyunbin dapat menjadi sosok yang penuh perhatian, begitu baik dan tak berpura-pura.

Seperti saat ini.

Minhyun tak dapat menahan rahangnya yang bergerak turun ditarik gravitasi. Ia terkejut, sangat. Maniknya tak berhenti memperhatikan ramai yang selama ini ia impikan. Kebahagiaan dimana-mana, dan sosok serius Hyunbin tampak tak terganggu dengan itu semua.

"Apa yang mau kau lakukan pertama, hm?"

Minhyun menolehkan kepalanya terpatah, menatap Hyunbin yang berdiri tegak di sisinya. Maniknya masih membola. Hyunbin benar-benar menjadi sosok yang lain kali ini. Bukannya menjawab pertanyaan Hyunbin, Minhyun justru memilih untuk meremat telapak Hyunbin yang menggandengnya.

"T-tuan-"

Hyunbin menaikkan alisnya. Pria itu tentu tak dapat mendengar panggilan Minhyun di tengah keramaian seperti saat ini. Ia kemudian berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Minhyun, sehingga ia dapat mendengar suara Minhyun di antara keramaian.

"What's wrong?"

Minhyun menggigit bibirnya kuat. "A-aku minta maaf jika aku berbuat salah-"

"Apa maksudmu, sayang?"

"A-apa tuan marah denganku-?," Minhyun meneguk salivanya, membasahi tenggorokannya yang tercekat. Maniknya sekali lagi memastikan sekeliling. "Kenapa t-tuan mengajakku kemari? A-apa tuan akan menghukumku lagi setelah ini?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Minhyun tak dapat menahan genangan air mata di balik kelopaknya. "T-tuan menakutkan jika menjadi b-baik seperti ini."

Minhyun tak menyangka, yang ia dapatkan adalah tawa dari Hyunbin. Tawa, benar-benar sebuah tawa tanpa maksud merendahkan disana. Minhyun seharusnya merasa lega, bukannya bergidik ketakutan melihat Hyunbin menjadi baik untuk sementara ini.

Ibu jari Hyunbin mengusap air di ujung mata Minhyun. Satu kecupan hangat mendarat di pipi Minhyun, menenangkan sosok kecil itu. "Kau mau ice cream?," tanya Hyunbin, bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Minhyun tadi.

Minhyun dilanda rasa bingung. Ia ingin menjawab tidak, karena tuannya benar-benar tak dapat diprediksi saat ini. Ia takut, kalau saja ia mengiyakan pertanyaan Hyunbin, apakah ia akan dimarahi nantinya? Atau sikap Hyunbin saat ini adalah sebuah topeng semata? Tapi Hyunbin sendiri tampak tak menerima penolakan. Setelah mengusap puncak kepala Minhyun dan tersenyum, pria itu kembali menggandeng sang bocah dan mengajaknya berjalan menuju kedai es krim di taman hiburan itu.

"Duduklah disitu," Hyunbin menunjuk salah satu bangku kosong di kedai es krim, meminta Minhyun untuk duduk disana sementara ia memesan es krim.

Minhyun justru tak melepaskan tautan tangan keduanya. Ia mengeratkannya, bahkan nyaris melukai telapak tangan sang tuan dengan kuku-kukunya yang cukup panjang. Hyunbin menghela nafasnya melihat sikap Minhyun yang tampak begitu takut dan waspada.

"Hey, lihat," Hyunbin memutar kepala Minhyun perlahan, hingga Minhyun melihat pemandangan yang ia maksud. "Semua orang saling berinteraksi disini. Aku tentu tidak mungkin memarahimu, sementara semua orang mencari kebahagiaan disini. Mengerti?"

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang