.
.
.「 ✦ ᴛ ʀ ᴀ ᴘ ᴘ ᴇ ᴅ。 」
.
.
.Rumah sakit di malam hari adalah hal yang tidak disukai oleh Minhyun. Keadaan begitu sepi dan mengerikan bagi seorang anak kecil seperti dirinya. Wajar terjadi, jika mengingat sekarang adalah pukul 10 malam. Bahkan Minhyun dapat mendengar degup jantungnya sendiri karena keheningan di sekitarnya. Detik jam terdengar konstan dan cukup mengganggu lama kelamaan.
Minhyun sendirian. Jaehwan tidak bisa menemani karena harus melaksanakan tugasnya sebagai direktur utama dan juga dokter, Daniel- ah, pria itu mengatakan ia harus menjual beberapa barang di tempat yang cukup jauh; ayolah, Minhyun tidak bodoh untuk memahami siapapun yang berada di lingkaran pertemanan Hyunbin tidaklah baik-baik saja, dan Daniel mungkin saja sedang bertransaksi senjata api atau benda ilegal lain seperti yang Hyunbin lakukan. Dan Guanlin, yang selama ini selalu menemani Minhyun, mengatakan ia harus pulang, permintaan Hyunbin, sehingga ia tak bisa menemani Minhyun untuk malam ini.
Telapak Minhyun mengeratkan remasannya pada selimut yang membungkus tubuh. Ia tak bisa tidur karena merasa terlalu sendirian. Terbiasa tidur di kawasan yang selalu ramai saat malam bergulir membuatnya tak dapat berbuat banyak kecuali membuka kelopak matanya dan kebingungan. Itulah alasan kenapa ia membenci rumah sakit, sepi, dan ia tak bisa melakukan apapun untuk menyingkirkan rasa sepi itu.
Satu suara mulai terdengar memecah keheningan, membuat Minhyun menegakkan kepalanya ketika menyadari bahwa itu adalah suara langkah tegas yang menggema, memenuhi hingga ruang rawat Minhyun. Langkah yang tercipta dari pertemuan antara sol sepatu yang tidak terlalu tinggi dan lantai lorong rumah sakit berhasil mengalihkan atensi Minhyun sepenuhnya. Langkahnya terdengar mantap dan cukup cepat, mungkin saja langkah seseorang di usia 20an.
Aneh, bagi Minhyun suara langkah itu aneh, dan ia tidak menyukainya. Degup jantung Minhyun meningkat seiring suara langkah terdengar semakin dekat dengan ruang rawat Minhyun hingga berhenti tepat di depan ruang rawat Minhyun. Bayangan hitam menjadi bukti, bahwa seseorang tampak jelas tengah berdiri disana.
Cklek
Minhyun menahan nafasnya. Kantung infus telah ia dekap erat di depan dadanya, sementara ia berjongkok di sisi lain kasur yang berlawanan dengan sang tamu. Tepat sebelum sosok itu membuka pintu ruang rawat, Minhyun telah terlebih dulu menyambar kantung infusnya dan meluncur turun dari kasur. Tubuhnya bergetar, merasa ketakutan dengan keadaan yang mendadak mencekik dirinya. Minhyun tidak pernah merasa terkurung seperti saat ini selain saat ia berada di Kawasaki, di dekat seseorang yang berbahaya, dan . . .
-dan Hyunbin.
"Apa yang kau lakukan?"
Minhyun mendongak, menemukan Hyunbin yang tengah menunduk dan menatap dirinya dengan dingin. Nafasnya berubah tercekat, merasa terkejut dengan kedatangan Hyunbin yang tidak pernah ia temui selama seminggu ia dirawat di rumah sakit.
Hyunbin mendesah panjang. Tangannya terulur, membantu Minhyun untuk kembali ke tempat tidurnya sendiri dengan cara menggendongnya. Infus pun kembali Hyunbin gantungkan pada tempat yang seharusnya. Minhyun membatu sementara maniknya memperhatikan Hyunbin yang berlalu lalang dengan wajah tak terbaca.
"T-tuan kemari-?"
Hyunbin hanya diam, membiarkan dua tangannya melepaskan jas yang melekat di tubuhnya. Bau asap rokok dan minuman keras menari di sekeliling tubuh Hyunbin. Minhyun terbatuk pelan, merasa cukup terganggu dengan aroma yang Hyunbin bawa, meski parfum sang tuan tak terhalang aroma-aroma menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
FanfictionIni semua sama, sama seperti kau membuang dirimu ke dalam neraka. Dan kau barulah mengerti, bahwa kau takkan pernah bisa terlepas dari neraka itu, dan juga sang penguasa neraka. Sebab Minhyun adalah Persephone untuk sang Hades. * . · . ✦ ⋆ ˚ ✧ * ✧ ˚...