14. Bosan (2)

6K 618 108
                                    

"Kau punya waktu untuk Karin, tapi kau tidak punya waktu untukku!"

"Jangan kekanakan, Sakura."

"Kekanakan? Ya memang, aku kekanakan karna cemburu melihatmu selalu menghabiskan waktu bersama Karin dari pada aku! Sasuke, sebenarnya pacarmu itu aku atau dia?" Sakura menunjuk Karin yang berada di hadapan mereka. Sasuke mengejamkan mata, menenangkan diri, "Kau, kau pacarku. Semua orang tahu itu."

"Tapi kenapa kau memperlakukan aku seperti ini? Kau sama sekali tidak pernah memperdulikanku semenjak kedatangannya!" muka Sakura memerah karena berteriak, tak acuh pada nasehat sahabat-sahabatnya yang menyuruh tenang atau pun orang-orang yang tengah mengelilingi mereka. Ia sudah terlanjur emosi. Sasuke menghela napas gusar, dia menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangan, kemudian menatap Sakura lagi, memberi tatapan lembut.

"Karin sahabat kita." ujarannya membuat Sakura menutup mata, Sasuke berjalan lebih dekat, mengulurkan kedua tangan untuk diletakkan dikedua sisi bahu Sakura, mengelusnya halus. Keningnya dan kening Sakura bersentuhan, onyx yang biasa tajam seketika berubah menjadi hangat, "Sudah kukatakan bukan, Jika kau memang sudah bosan denganku, tidak mencintaiku lagi, maka kau bisa pu-," ucapan Sakura berhenti ketika merasakan perubahan ekspresi Sasuke, "Aku tidak mengizinkan dirimu untuk menyebut kalimat itu." suaranya terdengar dingin, membuat orang-orang disekitar ikut merasakan.

"Sasuke...."

"Ingat? Aku tidak pernah bosan untuk mencintaimu. Sampai kapan pun itu...."

.
.
.

Sakura berjalan sembari memperhatikan sekitar, ia menarik topi yang dipakainya lebih ke bawah ketika orang-orang di perusahaan Uzumaki memperhatikannya bingung. Lahkahnya ia percepat ketika telah melihat tujuannya, kantor sekretaris ayah Karin dahulu. Tanpa mengetok pintu Sakura langsung memasukinya, tak acuh pada ekspresi terkejut yang ditampilkan oleh Iruka.

".... Sakura chan?"

"Iruka san, bisakah anda membantu saya?" to the point sepertinya lebih baik sekarang, Sakura duduk di hadapan Iruka, menatap Iruka yang terdiam. Sakura menghela napas, "Iruka san, haruskah saya bersumpah demi Tuhan bahwa bukanlah saya yang membunuh Uzumaki sama?" Iruka tak menjawab, lelaki akhir 40-an itu tampak menatapnya kosong, tak menunjukkan tanda-tanda akan menjawab, "Iruka san... Saya mohon, percaya dan tolong bantu saya."

Iruka mengejamkan mata, "Tak perlu bersumpah, saya percaya, dan saya tahu kebenarannya." Sakura tersentak, "Benarkah? Lalu kenapa anda diam dan masih saja bekerja di perusahaan ini?" seruannya membuat Iruka menghembuskan nafas panjang, "Saya tidak bisa. Saya masih sayang keluarga saya, mereka hanya memiliki saya."

"... Kalau begitu anda tidak akan mau membantu saya?"

Iruka menggeleng, "Saya bisa membantu. Alasalkan kau merahasiakan semuanya, jangan beritahu bahwa sayalah yang menolong. Atau bila tidak, kau yang akan terkena dampaknya, Sakura chan."

"..."

"Apa yang bisa saya bantu?"

Sakura mengetukkan jari telunjuknya ke atas meja, menatap Iruka, tak habis pikir dengan kepercayaan tuan Uzumaki dulu, "Nama 2 orang yang membantu pembunuhan Uzumaki sama." ucapan itu terdengar mudah dilontarkan, namun kerutan pada dahi Sakura menandakan kebalikannya, Iruka berkedip, "Jugo dan Hozuki Suigetsu."

"Di mana mereka sekarang?"

"Dua bulan yang lalu saya masih melihat mereka bekerja di sini, namun tiba-tiba saja sekarang mereka sudah tak terlihat lagi."

"Apa Danzou dan Karin telah memusnahkan mereka?" Iruka mengangkat kedua bahunya, "Jika memang karna itu maka mereka akan dimusnahkan sejak dulu." Sakura menggigit bibirnya, mata emeraldnya kini sudah tak mengarah pada Iruka, tetapi mengawasi tempat ia berada sekarang. "Beritahu saya apa pun yang anda ketahui." suaranya terdengar memelas, penuh dengan permohonan, Iruka tersenyum tipis, menyandarkan tubuhnya di kursi putar yang dia duduki, mencoba lebih rileks, "Saya akan memberitahu semua yang saya ketahui, Sakura chan. Saya telah lama menunggu kedatangan Sakura chan di sini."

"..."

Iruka terkekeh ketika Sakura tak membalas, "Sebelum Uzumaki sama ditunjuk sebagai ahli waris utama perusahaan, Danzou marah, dia tidak menerima keputusan itu. Namun, ayah Uzumaki sama tetap kekeuh mempertahankan pendapatnya. Hingga akhirnya Danzou memilih pergi dari Konohagakure, membiarkan Uzumaki sama menjabat. Kekecewaan yang mendalam membawa Danzou untuk menjalankan rencana licik, hingga puncaknya, 2 hari sebelum kelahiran kau dan Karin dia membunuh ayahnya. Uzumaki sama tahu, tetapi beliau memilih diam, apalagi semenjak Danzou menangis dan mengatakan bahwa dia menyesali semuanya. Dan yah, Uzumaki sama memang terlalu baik. Tapi dia tidak berhenti, dia melakukan pembunuhan kembali dengan melibatkankan Karin. Dan kau tahu kelanjutannya."

"Paman dan ponakan sama-sama gila." Sakura mendengus, mengepalkan kedua tangannya, "Jadi, dengan kata lain, Karin telah dimanfaatkan oleh Danzou?" Iruka mengangguk membenarkan.

Sakura berdiri, membenahi penyamaran dirinya, "Terimakasih atas pemberitahuan anda."

"Pastikan kau membalasnya, Sakura chan...."

"Harus."

.
.

Tbc
Pendek? Emang.
Sorry gaje. Kusedang kalut mikir ending....

Mantan (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang