14. Bosan (1)

6.9K 659 20
                                    

Daun-daun dari pohon tempat biasa kami berkumpul berguguran, angin sepoi-sepoi terasa sejuk menerpa, cuaca yang baik semakin mendukung keadaan, aku tertawa, bermain kejar-kejaran bersama Kiba dan Akamaru-anjingnya, sedangkan yang lain tampak duduk di atas tikar yang dikembangkan, menonton kami sembari memang ekspresi riang, memakan cemilan yang dibuat Ino sesekali. Aku berhenti, terduduk di tanah, tak acuh akan celana putihku yang kemungkinan akan kotor, sibuk mengatur napas dan menghentikan tawa yang telah berhasil membuat perutku kaku. Ino berlari ke arahku, mengulurkan tangan membantuku berdiri, aku menyambutnya, pura-pura tak mendengar tentang dia yang mengejekku gendut. Berjalan dengan sengaja tak mengucapkan terima kasih dahulu, terkekeh ketika Ino menggerutu.

Netra emeraldku berbinar ketika melihat Sasuke yang tengah duduk sambil berbicara dengan Karin, sesekali tawa lepas keluar darinya, aku terkagum akan pengaruh kedatangan Karin yang telah membawa Sasuke yang dulu kembali, "Sasuke kun!" panggilanku dijawab dengan tolehan darinya, dia mengangkat salah satu alisnya sedang aku langsung berlari kecil dan duduk di hadapan mereka, "Apa yang sedang kalian bicarakan?" pertanyaanku langsung dijawab oleh Karin, "Sasuke kun bertanya padaku tentang bagaimana Sunagakure."

"Apa di sana menyenangkan?"

"Tidak semenyenangkan di sini." Karin tersenyum manis, lalu menoleh saat Naruto memanggilnya, bertanya kenapa, yang kemudian dijawab oleh Naruto dengan mengerlingkan mata ke arahku beserta Sasuke, "Jangan duduk di situ. Kau hanya terlihat seperti obat nyamuk saja, mendingan kau ikut kami menghabiskan cemilan Ino di sini. Biarkan mereka berdua menikmati waktu bersama."

Aku menyebut nama Naruto dengan nada peringatan, yang bahkan hanya dibalas dengan tertawaan, Karin tersenyum, lalu berdiri, melambaikan tangannya pada kami berdua, berjalan menuju tempat Naruto. Namun, aku sadar, ada yang berbeda dengan tatapannya. Seperti terluka? Aku tidak tahu pasti, karna dia sudah terlanjur menghadapkan mukanya ke depan.

Aku berpindah duduk menjadi tepat di samping Sasuke, balas menatap onyx yang telah memenjarakanku bertahun-tahun, kemudian menyandarkan kepalaku di bahunya, dia tak menolak, malah meletakkan kepalanya di atas kepalaku. Kelopak mataku menutup, menyembunyikan kedua emerald yang sangat sering dipuji oleh orang-orang, jantungku berdetak teratur, perasaan hangat dan terlindungi mendominasi sekarang, tak ada yang berbicara, kami berdua terlihat menyukai keheningan seperti ini, yang dimana tanpa kata-kata kami bisa saling memahami isi hati masing-masing.

"Apa kau tak bosan padaku?" pertanyaan itu menjadi pengakhir kebisuan kami, aku masih pada posisi awalku, memasang telinga dengan baik untuk mendengar jawaban dari Sasuke, "Tidak. Kenapa? Apa kau bosan?" aku segera menggelengkan kepala, membuatnya melingkarkan tangannya di bahuku, mendekatkan diriku lebih dekat dengannya. "Aku pikir dalam kamus cinta tidak ada kata bosan." ucapanku tidak dibalas olehnya. Namun, kini ia telah tidak meletakkan kepalanya di atas kepalaku, penasaran, aku membuka mataku, menatapnya yang tengah menatap langit yang agak mendung.

"Sasuke kun, jika nanti kau bosan padaku, maka kau bisa mengakhirinya...." aku tidak tahu kenapa aku mengatakan itu, tetapi aku tidak bisa bohong bahwa hatiku sedang baik-baik saja sekarang, aku was-was, takut akan kemungkinan yang mulai tertanam di otakku. Dia lagi-lagi diam, aku tahu kalau dia selalu lama menjawab bila terlalu memikirkan kata-kata yang diucapkan. Dan hal itu sanggup membuatku membuat kepalan diam-diam. "Sasuke kun?...." aku memanggilnya saat tak kunjung mendapat jawaban. Hingga akhirnya dia menghadapku, kini wajah kami sangat berdekatan, bahkan saking dekatnya aku bisa merasakan hembusan nafas Sasuke di wajahku, ujung hidungnya yang mancung juga menyentuh batang hidungku.

"Aku tidak bisa bosan padamu, apalagi dalam artian mencintai, sampai kapan pun itu...."

Bohong.

Mantan (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang