Bab 9

10.1K 875 346
                                    

Seberapa hebat orang tuamu, kamu tidak akan menjadi hebat di masa depan tanpa usaha. setidaknya itulah yang tengah dialami oleh Lan Mingyu.

Baik Lan Wangji maupun Wei Wuxian begitu ahli dalam memanah. Itu tidak diragukan ketika mereka masuk dalam posisi lima besar ketika berada di acara konferensi diskusi yang diadakan di Nightless City. Namun kenyataan bahwa Lan Mingyu tidak dapat memanah dengan baik cukup menghancurkan segala hasratnya untuk membayangkan masa lalu ke dua orang tuanya. Dia cukup tertekan menyaksikan perburuan malam pertamanya berakhir begitu mengecewakan. Tidak ada satu pun mayat berjalan yang dia dapatkan. Lan Mingyu tahu bahwa dirinya lebih pandai menggunakan pedang ketimbang panah. Maka dari itu dia bersikukuh agar mempraktekkan pelajaran memanahnya.
Namun apa yang dia dapat? Dia bahkan tidak cukup baik dalam melepaskan anak panah di tangannya.

Dengan perasaan kecewa yang cukup menekannya, Lan Mingyu berjalan cepat menuju Jingshi. Dia berpikir jika Wei Wuxian akan dapat mengeluarkan dirinya dari situasi memalukan itu. Dengan status dari anak Hanguang Jun yang disandangnya, dia bahkan masih dapat mendengar setiap bisikan meremahkan dari murid yang lain. Banyak yang meragukan tentang eksistensinya. Bagaimana bisa orang-orang melakukan hal itu? Dia bahkan tumbuh besar dalam dekapan dua Lan bersaudara.

Lan Mingyu telah menunggu cukup lama untuk Wei Wuxian membuka pintu. Namun Wei Wuxian tidak juga menampakkan batang hidupnya. Lan Mingyu semakin kesal. Rasa lelah di tubuh dan hatinya telah cukup mempengaruhi suasana hatinya menjadi semakin buruk. Sekali lagi Lan Mingyu akan mengetuk pintu Jingshi, sebelum suara Lan Xichen menarik perhatiannya.

Lan Mingyu memutar kepalanya dan melihat pamannya tengah tersenyum. Dia berbalik hanya untuk memberi salam. Wajah kecutnya memudar begitu saja. Hanya sesaat wajahnya bersinar sebelum akhirnya kata-kata Lan Xichen menghantam hatinya kembali untuk jatuh. Dia dapat merasakan dadanya memanas dan detak jantungnya berpacu lebih cepat. Itu berita tentang ibunya yang telah jatuh pingsan selama tiga hari setelah dia pergi untuk perburuan malam.

Lan Mingyu tidak dapat mengabaikan hal itu. Dia memutar tubuhnya dan mengambil langkah menuju ruang kesehatan dimana Wei Wuxian tengah beristirahat.

.

.

.

Setelah menggenggam tangan Lan Wangji, Wei Wuxian kembali jatuh pingsan. Pada awalnya Lan Wangji cukup merasa panik. Dia ingin mencari bantuan untuk mendapatkan Tabib Agung, namun genggaman tangan Wei Wuxian padanya membuat Lan Wangji tidak berani meninggalkan tempatnya. Dia kembali menjatuhkan tubuhnya untuk duduk di kursi yang tersedia di samping dipan tempat Wei Wuxian terbaring. Dia telah menunggu sepanjang hari selama tiga hari dengan posisi yang sama. Wei Wuxian mengatakan kepada Lan Wangji agar tidak pergi, jadi Lan Wangji dengan sabar menunggu Wei Wuxian hingga terbangun. Dia bahkan melewatkan segala hal termasuk mengisi perutnya dengan sesuatu.

Bahkan ketika Tabib Agung berniat mendiskusikan tentang kondisi Wei Wuxian, Lan Wangji tidak berani menanggalkan genggaman tangan pemuda itu. Dengan rasa bersalah Lan Wangji meminta Tabib Agung membicarakan masalah tersebut di samping Wei Wuxian.

Apa yang disampaikan Tabib Agung hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh Wen Ning pagi itu. Wei Wuxian tengah membawa bayi mereka dua bulan ini. Di balik wajah datar Lan Wangji tersimpan banyak kegembiraan. Dia akan mendapatkan bayi lagi, bagaimana dia tidak bahagia? Namun  kegembiraannya segera runtuh ketika mengingat penjelasan tentang kondisi Wei Wuxian di masa lalu ketika mengandung Lan Mingyu.

Bagaimana Wei Wuxian tidak dapat tidur dengan nyenyak hampir setiap Malam. Terbaring sepanjang hari ketika memasuki bulan keenam dalam masa kehamilannya. Dan yang lebih tidak bisa dibayangkan oleh Lan Wangji adalah setelah Wei Wuxian melahirkan. Pemuda itu sempat tidak sadarkan diri sebulan penuh.

I wanna Grow Old with You (WangXian - MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang