IG Two - Bad Girl

1.1K 112 50
                                    

That choice only survives or hides. I did eveyrything, but my eyes found and pulled myself back into the abyss. Submerge tears until your lips are out and give up.
- Kim So Eun


👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀




Jika kesadaran terombang-ambing di tengah lautan, maka si kepala akan berlayar hingga ke seluruh lautan untuk menemukan seluruh bangkai. But if ever find yourself lost in the dark and you can't see, ia- atau sebut saja gadis ini akan dengan senang hati menjadi cahaya yang membimbing. Ia tidak memerlukan setumpuk emas, hanya setidaknya belas kasih dan ketulusan murni tanpa bantuan tipuan.

Karena seseorang bisa saja menjadi jahat jika keinginan tidak sejalan. Imajinasi setiap otak itu berbeda, tidak menciptakan akhir yang sama. Dari dari itu semua ketidakmampuan, si lidah tidak akan mengucapkannya. Melainkan ego lebih memilih menemukan mimpi yang sebenarnya.

Saat kita terpanggil untuk membantu, maka kedua lengan akan bergerak lembut mengulurkan jemari. He can count on like please. Dan ia akan datang tepat ketika seseorang membutuhkannya. Juga bisa mengandalkannya. Because that's what friends are supposed to do.

Setiap proses yang seseorang jalani adalah tahap dimana mereka mempelajari arti dari sebuah kepercayaan. Pepatah lama mengatakan, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Dari situ ia menyimpulkan bahwa sakit akan membawanya ke pada sebuah kebahagian. Itu juga yang ia pikirkan selama perjalanan masa mudanya. Meski pada kenyataanya ia dihadapkan pada setumpuk penghianatan.

Jesy mendongakkan kepalanya. Menatap matahari yang bersinar malu-malu dari balik kumpulan awan. Hari ini tidak terlalu menyenangkan, tapi beberapa orang pria yang berdiri di pelataran toko tertutup membuatnya tersenyum kecil.

"Hai Marc," sapanya lembut. Kakinya tetap melangkah. Mencoba mengikis jarak pada sekumpulan pria, dimana sang kekasih berada serta di dalamnya. Hari ini jadwal sekolah menjadi lebih siang. Para guru nampaknya memilih menikmati orkestra kesenian kuno di banding memperhatikan kelangsungan hidup para murid. Berjajar seperti manusia purbakala, Jesy tidak mengerti dimana letak nikmatnya nyanyian falset. Hingga setidaknya sejak tiga hari yang lalu mereka bagai murid terlantar tanpa jadwal atau kegiatan yang pasti.

Libur tidak akan menjadi pilihan. Selagi manusia membutuhkan uang, Smart Brain akan selalu menyebalkan. Mungkin jika ia salah satu makhluk IB itu akan menyenangkan. Tapi kenyataannya?? Ia hanya murid reguler. God!! Melangkah semakin cepat, Jesy menanggalkan senyumnya, ketika menyadari keberuntungan benar-benar begitu jauh. Lima puluh meter tidak membutakan sang lensa. Dan dari tempatnya berpijak, ia dapat melihat apa yang sejak tadi coba ia sangkal. Beberapa orang nampak menikmati cerutu, namun seseorang lainnya lebih memilih tersenyum lebar, sebelum akhirnya menarik tubuhnya mendekat, lalu memeluknya erat.

"Hai sweety. Kenapa berjalan? Matahari akan menghanguskan tubuhmu."

"Apa kau menunggunya?"

Suara pria itu terdengar manis. Ada aksen Deutsch yang begitu kentara dalam setiap suku katanya. Jesy tersenyum lemah mendengar penggalan pertanyaan pria Marco. Kekasihnya itu tidak romantis, namun semakin hari semakin mengesalkan. Bau tembakau memang tidak tercium meski pria itu mencium tidak tahu malu pipinya. Tapi Jesy yakin Marco sudah lebih dulu menelan satu tabung papermint sebelum kedatangannya. Marco bukan tipe pria yang pintar untuk mengelebaui.

"Sun not fire dude. Don't kidding, please. Atau kau akan membuatku muntah."

Melepaskan lengan kekar itu lembut, Jesy membuat jarak demi meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Ini emperan toko siang, atau lebih tepatnya jajaran toko yang hanya akan buka ketika siang menjelang. Dan tentu saja Jesy tidak berniat melakukan hal bodoh di bawah sengatan matahari. Marco akan buruk jika sudah mengambil ciuman. Leher saja tidak akan cukup sebelum menjelajah tubuh bagian dalam.

Invisible GoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang