Bukannya aku nakal atau membangkang, tetapi aku juga sama halnya dengan siswa lainnya. Pernah malas, pernah lupa. Memangnya, apa salahnya sesekali malas lalu lupa mengerjakan pr? Bukankah biasanya aku juga selalu mengerjakan pr dan baru kali ini tidak?
Matahari bersinar terang, berlawanan dengan suasana hatiku yang segelap malam. Langkah kaki pun semakin enggan untuk menghampiri ruang guru. Ah, malasnya. Lagipula, untuk apa guru itu pakai mengancam dengan banyak hal segala? Membuatku kepikiran saja.
Tapi mungkin, setelah ini aku akan berhenti menggerutu lalu mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada guru yang telah menyuruhku kesini.
Bagaimana tidak, jika aku tidak kesini sekarang, kapan lagi aku bisa bertemu denganmu?
Kau sedang berjalan keluar, dengan tangan memegang kertas dan pulpen, tersenyum pamit kepada entah siapa guru itu di ambang pintu.
Memang sudah biasa para siswi kemari untuk bertanya kepada guru, atau memperbaiki nilainya. Rajin sekali memang.
Namun senyummu itu, amboi. Memikatku.
Senyummu memang tidak semanis itu. Teman sekelasku ada yang jauh lebih manis darimu.
Cantik? Tetanggaku ada yang seorang model jadi jelas saja lebih cantik darimu.
Tapi, aku tidak tertarik.
Baru kali ini, dengan senyummu itu, aku pangling.
Aku langsung mematung. Kau menatapku sekilas lalu berjalan melewatiku. Setelah itu, temanmu membisikkan sesuatu lalu kau tertawa.
Aih, tadi sudah senyum, sekarang tawa.
Diabetes aku sudah.
Pikirku jadi tak fokus, sampai aku tak sadar kau sudah lewat dan aku masih saja mematung macam monumen pahlawan di tengah kota.
Lalu guru itu keluar, memergokiku yang sedang mematung bodoh dengan isi kepala penuh dengan wajahmu. Melihat wajahnya yang galak, wajahmu langsung hilang dari benakku. Dengan enggan aku menghampirinya dan menyingkirkanmu sejenak.
Tapi, kalau tentang senyum dan tawamu, itu tidak akan hilang dari benakku.
Ya tuhan, sampai lupa aku. Namamu siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Randu, Rania rindu
RomansaSini duduk, mampir dahulu. Kan kuceritakan kisah cinta paling sederhana, namun berkesan yang pernah kudengar. Karena, bukankah cinta memang sesederhana itu?