Pria Bersurban Putih

774 15 0
                                    

Suatu hari kamar Ozen yang berada di lantai satu sedang dalam proses renovasi, perbaikan plavon, pengecetan dan pergantian keramik yang pecah. Saat itu Ozen mau tidak mau harus tidur di ruang keluarga yang tepat berada di depan kamarnya untuk beberapa hari. Sebetulnya orang tuanya sudah menyuruhnya untuk tidur di kamar orang tuanya, tapi Ozen menolaknya dia malah memilih untuk tidur di depan TV atau di kamar adik perempuannya. Tapi tentu saja adik perempuannya menolak untuk menampung kakaknya itu.

Sebetulnya masih ada satu kamar lagi di lantai dua, tapi kamar tersebut Omnya yang pakai dan dia tidak mau tidur dengan Omnya yang berisik, jadi di memutuskan tidur di ruang keluarga di depan TV dengan tempat tidur lipat.

Esok paginya di sekolah.

"Zen, kenapa kamu garuk-garuk kaya gitu? Belum mandi ya?" tanya Eno teman sekalas Ozen.

"Enak aja, aku mandi terus ya kalau pagi." ujar Ozen.

"Terus kenapa garuk-garuk kaya gitu?"

"Semalam aku tidur di depan TV, lihat nih, banyak bekas gigitan nyamuk." ucap Ozen sambil melihatkan tangannya yang penuh dengan bekas gigitan nyamuk.

"Lah, tumben kamu tidur di depan TV? Kenapa dengan kamarmu?"

"Kamarku dalam proses renovasi, jadinya aku tidur di depan TV deh."

"Kan masih ada kamar Om mu, kenapa gak tidur bareng di kamar Om mu saja?"

"Ogah, Om ku kalau tidur ngorok dan mengeretakkan giginya, aku gak suka. Udah gitu kalau tidur kakinya kemana-mana, kaya orang lagi karate. Waktu itu aja wajahku sempat jadi sasaran kakinya, jera aku tidur sama dia."

"Hahaha... kasihannya kamu, kenapa gak nginap di tempatku aja?"

"Kalau malam minggu aja mungkin aku bisa menginap, tapi kalau bukan malam minggu mana di bolehkan aku sama orang tuaku."

"Oh, benar juga ya. Kalau begitu bertahanlah beberapa hari kedepan." ucap Eno.

Malam harinya.

"Zen, besok tidur aja di kamar Om, Om, besok udah naik ke kapal jadi kamu gak perlu perang sama nyamuk lagi." ucap Om.

"Beneran, Om, oke, kalau gitu aku pakai kamar Om untuk sementara ya."

"Iya, asal jangan lupa di rapikan aja. Awas kalau sampai berantakan kamar Om ya!!"

"Siap, Om. Gak ku berantakin kok."

Malam pertama Ozen tidur di kamar Omnya sama sekali tidak ada masalah yang berarti bahkan nyamuk pun tidak berani mengusik tidur Ozen. Keesokan harinya Ozen bangun dengan senang karena bisa merasakan enaknya tidur di kamar tanpa digangu nyamuk dan tidur di tempat tidur yang empuk. Tapi tidak di malam keduanya, Ozen yang saat itu baru terlelap pada pukul satu dini hari karena harus mengerjakan tugas sekolahnya dan sedikit belajar untuk ulangan harian esok paginya membuat dia harus tidur lebih lambat. Tapi bukan saat itu gangguannya terjadi, melainkan saat subuh, saat azan subuh berkumandang.

Mata Ozen yang saat itu masih sangat mengantuk karena dia tidur larut, terbuka sedikit dia mengusap-usap matanya untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Di terkejut dengan apa yang dia lihat di hadapannya, seorang pria paruh baya mengenakan pakai serba putih dan surban putih sedang mengaji, Sajadah yang berada di tengah ruangan memang sengaja di taruh Omnya Ozen disana dan di Kepala Sajadah terletak tempat Al-Qur'an beserta Al-Qur'an nya. Om Ozen adalah orang yang taat beribadah, dia selalu tidak pernah melewatkan mengaji sebelum sholat subuh. Awalnya Ozen pikir itu adalah Om nya yang kembali dari kapal, tapi setelah beberapa panggilan pria tersebut tak bergeming, pria besurban tersebut tetap melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an yang berada di hadapannya. Yakin itu bukan Omnya, Ozen pun memutuskan untuk membalikkan badan menghadap ke tembok dan menutupi dirinya dengan selimut.

Kumpulan-Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang