Wanita Berpakaian Merah

498 8 2
                                    

Beberapa hari ini sering terjadi pencurian di komplek perumahan tempat aku tinggal, walau bukan di blok ku tetap saja kita harus waspada. Beberapa bapak-bapak dan anak muda setempat berjaga secara bergilir, tanpa terkecuali ayahku. Blok kami adalah paling ujung dan tidak ada jalan tembusan untuk ke blok-blok sebelah. Satpam yang biasa berkeliling, malam itu berkeliling bersama salah satu tetanggaku, mereka memperhatikan setiap rumah di blok kami. Tidak ada apa-apa malam itu, malam itu gerimis sedang turun dan setelah memastikan tidak ada hal yang mecurigakan mereka pun kembali ke pos jaga yang ada di depan blok, malam itu walau gerimis turun tapi komplek kami aman.

Dua hari berpatroli keliling blok tidak ada hal-hal yang mencurigakan sampai salah satu anak muda yang sedang berpatroli di blok ku kembali ke pos dengan wajah pucat pasi, tapi tidak ada yang menyadari hal itu. Bapak-bapak yang sudah dari tadi kembali dari patroli asik mengesap kopi mereka sambil asik mengobrol. Ayahku yang saat itu mendapatkan jadwal patroli juga, menyadari kediamannya anak muda yang barusan kembali tadi.

"Nak, ada apa?" tanya ayahku saat itu."

Namun anak muda tersebut hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala. Bapak-bapak yang ada di sana ikut melihat anak muda itu dengan curiga.

"Apa ada yang gak beres di blok tadi?" tanya bapak yang lainnya.

Namun anak muda itu masih saja menggeleng. Ayahku mendekatinya dan menyentuh lengan anak muda itu, ayahku terkejut saat menyadari kalau anak itu sedang gemetar bahkan telapak tangannya pun dingin. Ayahku mengangkat wajah anak tersebut dan bertanya sekali lagi.

"Semuanya baik-baik saja atau kamu melihat pencuri sedang beraksi?" tanya ayahku.

Bapak-bapak lain yang sedari tadi memperhatikan bersiap-siap untuk menuju blok tempat anak tadi berpatroli.

"Bukan." jawab anak itu lirih.

"Lalu?" tanya ayahku.

"Om... di rumah, om... ada cewek..." ucapnya menggantung.

"Maksudnya?" tanya ayahku.

"Jangan-jangan malingnya perempuan!?" ucap salah satu bapak yang sudah siap dengan pemukul bisbol yang dia bawa dari rumah.

"Bukan itu..."

"Apa ceweknya masih muda?" tanya ayahku. "Kalau masih muda paling itu anak saya, saya punya satu anak perempuan dirumah." ucap ayahku.

Tapi anak muda itu menggeleng. "Itu bukan anaknya, om, saya tahu anak perempuannya, om. Itu juga bukan istri, om."

"Bagaimana kamu tahu tentang anak dan istri saya? Kamu kan bukan dari blok saya?" tanya ayahku.

"Saya pernah beberapa kali melihat om dan keluarga om jalan, jadi saya tahu kalau cewek yang tadi saya lihat bukan istri dan anak perempuan, om."

"Oke, lalu apa kamu tahu siapa dia?"

"Tidak. Cewek itu tinggi dengan pakai mini serba merah, walau dia terlihat cantik, tapi dia... dia bukan manusia." bisik anak itu saat mengucapkan kata-kata terakhir.

Bapak-bapak lain yang sedari tadi ikut mendengarkan hanya terdiam dan terbengong-bengong. Orang-orang di sini tidak mempercayai akan hal-hal seperti itu, bahkan salah satu bapak yang sedari berdiri siap untuk beraksi kini kembali duduk dan tertawa tertahan mendengar ucapan anak muda tadi.

Tidak ada yang percaya dengan apa yang sudah anak muda itu lihat, bahkan kami yang tinggal di rumah itu tidak percaya dengan apa yang sudah ayah ceritakan kepada kami saat sarapan tadi. Aku bahkan membagi cerita itu ke teman-teman sekelasku, sebagian ada yang percaya sebagian lagi ada yang tertawa mendengarkannya, aku tidak tahu dimananya yang lucu dari ceritaku itu.

Kumpulan-Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang