Kelas X B

522 8 0
                                    

Eskul Pencinta Alam yang ku ikuti selama tiga hari mengadakan pelantikan untuk anggota baru. Jadi selama tiga hari dua malam kami anggota baru akan mengikuti beberapa aktivitas dari jam lima sore hingga subuh menjelang, kami bahkan menginap di sekolah agar tidak perlu bolak-balik pulang kerumah. Malam pertama di sekolah kami di minta untuk menemukan beberapa kertas yang sudah di sembunyikan oleh kakak kelas dan beberapa alumni pun ikut menghadiri pelantikan tersebut. Kami di bagi jadi beberapa kelompok dan kami di beri satu kompas dan kerta yang tertulis beberapa angka yang menunjukan kordinat kertas yang harus kami cari, agar bisa mendapatkan beberapa hadiah yang sudah panitia siapkan untuk kami.

"Kiki, kamu yang ngitung ya, biar aku yang pegang kompasnya." ucap Ina yang satu kelompok denganku.

"Ya, mana kertasnya."

Kami pun memulai pencarian kami, kami berhasil mendapatkan dua kertas dan kurang dua kertas lagi untuk melengkapinya. Kompas kami menunjukan kearah sebuah kelas, jelas itu bukan kelas kami. Kami berada di bawah jendela kelas X B, kami memutar menuju pintu masuk ke kelas tersebut, betapa terkejutnya kami saat sampai di depan pintu kelas tersebut kami melihat seorang siswi duduk di bangku depan dekat jendela tempat kami sempat mengintip tadi.

"Oh... kamu kenapa pakai seragam? Mana kelompokmu?" tanyaku.

"Gak ada." jawab siswi tersebut.

"Loh, kamu belum punya kelompok? Kenapa gak ngomong sama kakak kelas atau panitianya?" tanya Ina.

Tapi siswi tersebut hanya menggelengkan kepala.

"Kalau gitu apa kamu ada lihat kertas di sekitar sini?" tanyaku meminta bantuan siswi tersebut. Di menunjuk ke arah meja paling pojok dekat dengan pintu masuk. Aku dan Ina pun langsung meronggah laci meja tersebut dan benar saja kami mendapatkan kertas yang kami cari. "Sisa satu lagi." ucapku ke Ina.

"Makasih ya udah bantuin kita." ucap Ina ke siswi tadi dan hanya di tanggapi dengan anggukan saja.

Namun entah kenapa saat kami keluar dari kelas tersebut aroma bunga melati meyeruak di depan hidung kami dan membuat bulu kuduk kami berdiri semua, tanpa berbalik kami pun segera berlari menuju lapangan yang berada di depan sekolah dengan ngos-ngosan, salah satu kakak kelas yang sekaligus berperan sebagai panitia menyapa kami.

"Kenapa kalian lari-lari?" tanya Kak Lia.

"Gak apa-apa, Kak." jawab Ina.

"Kalau gak kenapa-kenapa, kenapa kalian ngos-ngosan gini?"

"Kita habis ngambil kertas dan tiba-tiba tercium wangi kembang terus kami merending dan kami langsung lari keluar, Kak." jelasku sambil mengatur nafas.

"Oh iya, tadi ada satu orang yang masih belum dapat kelompok, Kak." sambung Ina.

"Hah, siapa? Perasaan semua udah pas dan udah dapat kelompok masing-masing. Lagian ngapai kalian ngambil kertas di dalam sekolah? Semua kertas kami taruh di lapangan ini aja, gak sampai masuk-masuk kesana." ucapan Kak Lia membuat kami bingung bercampur merinding."

"Kak, seriusan kertasnya ini tadi ada di dalam kelas, terus anak yang belum dapat kelompok itu bantuin kamu ngedapati kertas ini." ucapku menjelaskan.

"Ngomong apa sih kalian ini!!? Dodo, kesini sebentar." Kak Lia memanggil salah satu panitia dan memastikan mengenai kertas-kertas yang mereka taruh semuanya berada di lapangan depan dan gak ada satu pun kertas yang di taruh di dalam sekolah maupun di dalam kelas. "Kalian dengar sendirikan, nggak ada kertas yang ditaruh di dalam sekolah maupun di dalam kelas." ujar Kak Lia.

"Kak, udahan yuk becandanya, kami udah mulai merinding lagi nih..." rengek Ina.

"Becanda apaan? Kalian tuh yang becanda!"

Kumpulan-Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang