PUTRI KERATON

1.4K 26 0
                                    

Itu bukan malam jumat kliwon, tidak ada hal yang membuat Lara takut apa lagi mengenai hal-hal yang berada di luar nalar. Tidak takut bukan berarti dia tidak percaya dengan hal-hal seperti itu. Dia hanya kurang mempercayai bila belum melihat dengan mata kepalanya sendiri. Malam itu dia hanya berempat di rumahnya yang cukup besar. Mama, Kakak Perempuan, dia sendiri dan salah satu tetangganya malam itu menginap dirumahnya.

Di tempat tinggalnya memang terkenal rada angker, karena saat itu hanya ada enam rumah saja. Dan tepat di belakang rumahnya masih hutan dan rawa, tidak banyak orang mengenal gang tempat dia tinggal karena berada paling ujung perumahan dan berada tepat di bawah bukit dan hutan yang masih belum terjamah.

"Ra, nanati malam aku menginap dirumahmu ya. Aku udah ijin sama mama dan papaku." ucap Reni.

"Nginap aja, lagi pula mama sama papamu kan lagi keluar kota dan di rumah cuman kamu sama Mas mu kan. Nanti aku bilang ke mamaku kalau kamu mau nginap di rumah." ucap Lara saat mereka masih dalam perjalanan pulang sekolah.

Sesampainya di rumah, Lara langsung menemui mamanya dan meminta ijin kalau Reni nanti mau menginap di rumah dan tentu saja mamanya ijinkan, dari sore sampai malam Reni sudah berada di rumah Lara, mereka mengerjakan Pekerjaan Rumah mereka walau sebenarnya besok adalah hari minggu. Selesai mengerjakan tugas, mereka pergi ke kamar Arum yang tidak lain adalah kakak perempuannya Lara, mereka asik mengobrol dan bergosip sampai pada pukul setengah sembilan. Mereka bertiga keluar kamar dan berkumpul di ruang keluarga untuk menonton serial yang sudah mereka tunggu.

Mereka asik menonton sambil menyemil makanan ringan, karena keesokan harinya libur, mama Lara mengijinkan mereka untuk bergadang. Mereka menonton komedi malam, mereka tertawa, cekakak-cekikik, tidak terasa jam dinding sudah menunjukan pukul dua malam. Penjaga malam sudah memukul tiang listrik sebanyak dua belas kali dan karena mereka sudah mengantuk, mereka memutuskan untuk tidur. Saat itu Lara memilih tidur di kamarnya sendiri sedangan Arum dan Reni memilih untuk tidur di ruang keluarga di depan TV.

Mereka langsung terlelap sesaat setelah mematikan lampu keluarga dan menyalakan lampu meja yang cukup menerangi dengan cahayanya yang remang-remang. Sedangkan Lara di kamarnya juga sudah terlelap, malam itu Lara agak gelisah dia terbangun dan menatap jam dinding kamarnya pukul tiga lewat dini hari. Lara keluar untuk ke kamar mandi dari kamar mandi dia tidak langsung kembali ke kamarnya. Dia pergi ke kamar orang tuanya dan melihat mamanya sedang tertidur lelap dengan nafas yang teratur. Papanya Lara saat itu sedang dinas keluar kota, alhasil, hanya ada perempuan-perempuan saja di rumah saat itu.

Sehabis dari kamar orang tuanya, Lara kembali ke ruang depan sebelum kembali ke kamar Lara sempat mengintip dari jendela ruang tamu melihat keadaan di luar, sangat sepi dan tenang bahkan tidak ada angin yang menggoyangkan daun-daun di pohon bambu yang berada tepat di sebelah rumah Reni dan jaraknya sekitar seratus meter dari rumah Lara. Lara segera ke kamarnya mengambil bantal dan selimut, lalu mengambil tempat di pojok dekat tembok tepat di belakang Reni, sedangkan di depan Reni, tepat kakak perempuan Lara sedang tertidur berhadapan dengan Reni dengan rambut panjangnya yang tebal terurai.

Lara masih belum bisa tidur lagi, dia berusaha untuk memejamkan matanya agar kembali tidur tetapi tidak bisa. Bahkan Lara beberapa kali berubah posisi dari telentang, miring menghadap tembok, mirik menghadap punggung Reni bahkan tengkurap dan kantuk masih belum datang menghampir matanya dan bisa di katakan saat ini matanya malah segar. Di menutupi setengah wajahnya dengan selimut menghadap punggung Reni. Dan beberapa saat kemudian Lara merasa suhu ruangan menjadi sedikit dingin, dia merapatkan selimutnya hingga ke hidungnya dan pada saat bersamaan dia melihat seseorang sedang berjalan dari arah ruang makan, seorang perempuan berparas ayu dengan pakaian tradisional Jawa, wajah dan pakaiannya terlihat jelas karena lampu dapur besih menyala dan cukup untuk menerangi perempuan tersebut. Tubuh Lara membeku di tempat dengan mata terbelalak terkejut. Perempuan itu mengenakan pakaian hitam bebentuk kemben, pakaian yang biasa di kenakan oleh orang-orang yang menikah dengan adat Jawa, dengan beberapa ornamen gold di pakaiannya. Kulitnya terlihat putih dan lembut, Lara bisa melihat senyuman perempuan tersebut dan mendengar senandung dari mulut perempuan tersebut. Selain itu rambut perempuan itu yang sangat, sangat, sangat panjang, hitam legam dan bergelombang.

Saat wanita itu mulai mendekati ke arah mereka bertiga tidur, Lara dengan reflek memejamkan matanya agar perempuan itu tidak melihatnya. tapi karena rasa penasaran Lara yang besar dia membuka sebelah matanya dan melihat perempuan itu duduk tepat di belakang Arum kakak perempuannya dan mengepang rambut Arum yang terurai sambil bersenandung merdu. Lara memperhatikan paras perempuat tersebut, dia tidak seram bahkan wajahnya bercahaya dan bibirnya yang bersenandung tersenyum lembut dan terlihat cantik.

Mata Lara mulai bergerak dari menatap wajah perempuan yang sedang mengepang rambut Arum dan melepaskan kepangannya lalu mengepangnya kemabali, menuju pundak perempuan itu yang putih menuju rambut hitamnya yang panjang dan sepertinya panjang rambutnya sampai ke ruang makan karena Lara sama sekali tidak bisa melihat akhir dari rambut perempuan tersebut. Dia masih terus mengepang dan kembali melepaskan kepangannya yang dia buat, dia terus melakukan hal yang sama terus menerus, entah sudah berapa kali dia melakukan hal itu. Lara masih terus memandangi perempuan itu sampai saat suara orang mengaji di Masjid mulai berkumandang, perempuan itu melepaskan kembali kepangannya dan berjalan kembali ke arah belakang rumah.

Lara menghela nafas, entah, sejak kapan dia mulai nahan nafas tapi kini dia merasa lega karena bisa kembali bernafas dan di saat Lara menghela nafas tadi Reni pun melakukan hal yang sama dengan apa yang telah Lara lakukan dan Reni membalikkan badannya menghadap Lara, mata mereka saling beradu. Mereka saling tahu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mereka memutuskan untuk tetap diam sampai matahari benar-benar keluar dari peraduannya.

"Ra, kamu semalam ngelihat kan!?" tanya Reni saat sedang membantu mamaku di dapur.

"He-eh... aku lihat waktu dari waktu dia datang sampai dia pergi." jawabku mengiyakan.

"Kita tanya sama mama mu yuk!?" ucap Reni.

"Ayok."

Mereka pun menceritakan apa yang sudah mereka lihat semalam ke mama Lara. Dan mama Lara tersenyum mendengarkan cerita mereka, mama Lara pun menjelaskan siapa perempuan yang semalam kami lihat kepada mereka berdua.

"Oh, itu pasti putri kraton." ucap Mama Lara. "Dulu di belakang sini adalah kerajaan dan perempuan yang kalian lihat semalam pasti putri dari kerajaan itu, dulu di sana ada air terjun dan di sisi bagian ini adalah kerjaannya." jelas Mama Lara, sambil menunjuk ke arah belakang pohon jambu air yang berada di luar pagar pembatas rumah mereka sebagai air terjun dan menunjuk gudang yang berada tepat di depan dapur kotor sebagai tempat kerjaan dulu berdiri.

Setelah mendapat penjelasan dari mama Lara, Lara dan Reni pun menghampiri Arum yang sedang merapikan kamarnya dan menceritaka semua yang mereka lihat semalam dan memberi penjelasan seperti apa yang mama Lara jelaskan sebelumnya. Arum yang saat itu sedang merapikan kamarnya memberikan wajah cemberutnya ke Lara dan Reni sambil memegang rambut panjangnnya yang kini sedang dia ikat seperti ekor kuda. Arum kesal karena mendengar cerita dari Lara dan Reni. Bahkan dia memarahi Lara karena tidak membangunkannya atau mengusir putri kraton tersebut, sejak apa yang terjadi malam itu, Arum selalu mencoba merayu mamanya agar di ijinkan untuk memotong rambutnya, tapi selalu berakhir dengan penolakan dari mamanya.

Karena tidak mendapatkan ijin untuk memotong rambutnya, Arum pun kini selalu tidur dengan menggulung dan mengikat rambutnya. Dia tidak mau kejadian waktu itu terulang lagi kepada dirinya, walau pun dia tidak melihat secara langsung dan walau pun Lara sudah meyakinkan kalau putri kraton itu gak ngapain-ngapain dia selain mengepang tetap saja Arum merasa ngeri dengan kenyataan yang sudah terjadi terhadap dirinya tanpa dia sadari.

Putri Kraton tersebut tidak pernah lagi menampakan dirinya di hadapan Lara atau pun ke orang-orang yang tinggal di rumah Lara.

Kumpulan-Kumpulan Cerpen HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang