stupid hwang

240 42 19
                                    

Tiffany baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang sangat menumpuk. Menjelang ujian sekolah serta CSAT ia harus mempersiapkan dengan matang. Rapat dengan dewan pengurus dan orang tua murid, serta tata cara pelaksanaan agar test kali ini belangsung lebih baik dan efektif dari pada tahun sebelumnya. Semua pekerjaan itu membuatnya harus pulang hingga larut malam.
Usai menutup pintu mobil dengan kaki karena tangannya penuh dengan tumpukan buku, tiffany melangkah kedalam rumah. Lampu-lampu mulai dipadamkan, semua orang pasti telah tidur. Lagipula tidak ada siapapun dirumah ini. Mr dan Mrs Kwon sedang pergi untuk sebuah urusan bisnis selama dua minggu. Sedangkah anak mereka, sudah pasti berada di apartement.
Tiffany menanggalkan pakaiannya sembarang dan menghempaskan  tubuhnya dikasur. Serasa semua tulangnya akan remuk jika ia tidak segera berbaring. “Tutuplah pintu jika kau akan tidur.” Ucap seseorang dari luar kamar tiffany. Segera ia menyambar badcover untu menutupi tubuhnya yang setengah hanya mengenakan pakaian dalam.
“Sedang apa disana?” Tanya tiffany pada yuri yang memegang segelas air minum dengan celana pendek selutut dan t-sirt tanpa lengan.
“Aku haus. Ku dengar suara mobil. Apa kau selalu pulang semalam ini?” Tanya yuri sambil memberikan segelas air yang dibawanya pada tiffany. Gadis itu menggeleng, tapi yuri tetap menyuguhkannya ke mulut tiffany, karena ia tahu tiffany tidak dapat memegang gelas itu sendiri sebab ia sedang melindungi dirinya dibalik selimut itu,
“Kenapa kau ada dirumah?”
Yuri mengangkat bahunya. “Umma dan appa pergi selama dua minggi. Dan jessica jung membajak apartementku. Jadi aku tidak punya pilihan selain tinggal disini.” Tiffany hanya mengangguk sudah tidak memiliki apapun untuk dikatakan lagi. “Soal yang jessica katakan sebelumnya.” Tiffany menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti. “Kau tidak menyukai pekerjaanmu?” Tiffany langsung membuang wajahnya karena tidak menyukai pertanyaan itu.
“Apakah selama kau tinggal disini, ada hal yang kau sukai?” Tiffany terheran dengan pertanyaan yuri.
“Kenapa kau bertanya?”
“Aku rasa kau datang kesini karena permintaan ibumu. Kau mengerjakan semuanya,bersikap baik, menerima apapun, tapi apakah kau benar-benar memyukainya?”
“Kalaupun aku tidak suka, apa aku punya pilihan?” Tiffany memutuskan untuk membaringkan dirinya. Sementara yuri tetap duduk dipinggiran tempat tidur. “Semuanya terjadi begitu saja, ibuku memutuskan untuk meninggalkan kami, aku dikirim pada keluarga kalian, menjalani semua rutinitas ini. Aku rasa aku tidak ada keinginanku yang berjalan sesuai rencana. Jadi aku berhenti merencankan dan sekedar menjalankan semuanya. Sama seperti yang kau lakukan. Bersamamu membuatku mulai bersikap sepertimu.” Tiffany bernafas berat frustasi.
Yuri juga tertawa getir. “Lucunya aku bersikap seperti kau belakangan ini. Aku mulai merencanakan. Aku berusaha untuk lolos suneung. Entah kenapa aku berusaha untuk membayangkan bagaimana kehidupan sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Tapi seperti apapun yang ku bayangkan hal yang tampak jelas dimataku hanyalah kau. Sepertinya asalakan bersamamu rencana apapun itu terasa sempurna untukku.” Yuri tersenyum sendiri. Saat dikatakan sendirian yuri benar-benar sendiri. Ia menoleh kesamping dimana tiffany telah menutup matanya dan bernafas dengan teratur. Ia telah mulai tertidur bahkan mungkin telah bermimpi. Tidak yakin apakah ia mendengar apa yang yuri katakan atau tidak.
Menyadari hal itu yuri memutuskan untuk mematikan lampu kamar tiffany dan membiarkannya terbaring. Tapi ia tidak langsung tidur melainkan menuju ruang tengah. Sambil menyalakan musik pelan, yuri membaca mempersiapkan diri untuk ujian seperti yang ia katakan. Ia juga telah memilih beberapa jurusan yang ingin masuki dan menyusun rencana untuk masuk kesana. Ia masih mempertimbangkan spesifikasi apa yang akan ia ambil, tapi di luar semua itu ia harus belajar terlebih dahulu. Karena otaknya sudah sangat lama tidak digunakan.
Tiffany terbangun terlalu siang, karena ia sangat lelah. Ia berjalan menuju ruang tengah dimana yuri terbaring dengan tumpukan buku bersama. “Apa dia sakit?” Tiffany memeriksa dahi yuri yang sama sekali tidak panas. Itu justru membangunkan yuri. Dengan memata merah dan kantung hitam disekitar matanya, yuri menatap tiffany malas. “Kenapa tidur disini?” Tanya tiffany.
Yuri tidak menjawab hanya memutar tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya. “YAK! Bangun, kau bisa telat kesekolah nanti!” Tiffany menggunacang tubuh yuri. Tapi pria itu sama sekali tidak bergeming. Sehigga tiffany berinisiatif untuk menarik yuri hingga bangun, tapi yang terjadi malah yuri yang menarik tiffany untuk tidur bersamanya. “YAK! Apa yang kau lakukan!”
“Lima menit lagi aku akan bangun.” Jawab yuri dengan suara parau orang bangun tidur. Mendengar itu tiffany tidak berusaha melakukan appaun. Ia hanya memandangi wajah yuri. Dengan mata tertutup, rahang yang tegas, hidung yang mancung, tiffany tidak berhenti memandanginya. Setelah beberapa menit yuri membuka matanya, ia melihat tiffany masih memperhatikannya. Yuri tersenyum, begitu juga dengan tiffany. “Selamat pagi.” Ucap yuri.
“Selamat pagi.” Jawab tiffany tersenyum canggung. Berikutnya mereka hanya saling menatap satu sama lain. Juga saling melempar senyuman.
“OUH! Jika kalian ingin melakukan sesuatu lakukanlah di tempat yang lebih tertutup.” Keluh taeyeon yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
Mendengar suara yang ingin ia kubur jauh-jauh itu yuri segera melepaskan tiffany dari pelukannya dan duduk sambil mengacak rambutnya. Ia melemparkan pandangan membunuh pada taeyeon karena telah mengganggu paginya. Taeyeon hanya angkat bahu tidak peduli dari berjalan menuju ruang makan untuk sarapan. Meski hanya sebuah sereal taeyeon menyiapkannya dengan telaten. Rusak sudah pagi sempurna yuri hanya karena ia membawa teman yang salah kerumahnya.
*****
“Kau sibuk?” Seorang gadis dengan ransel yang lebih berkelas beserta pakaian yang lebih senonoh memasuki kantor tiffany. Ia menggunakan t-sirt bewarna putih dengan demin warna blue jeans dan sneaker putih membuatnya seperti gadis belasan tahun. Tiffany tertegun untuk beberapa saat melihat gadis yang sudah selama sebulan terakhir intens berkomunikasi dengannya.
“Tidak juga, duduk lah.” Tiffany menghentikan kegiatannya untuk duduk dihadapan jessica.
“Waktuku tinggal tiga bulan lagi. Aku akan membuka perusahaanku sendiri, masih belum kupikirkan namanya, JJ or just J atau entahlah, mungkin kau punya ide?” Tiffany mengertukan dahinya. “Ayo lah tiff, berhentilah mengerutkan dahimu dengan cara tua. Juga berhentilah berbicara dalam hati seperti aku akan mendengarnya. Aku hanya butuh jawaban YA dan kita memulai ini bersama.” Jelas jessica sambil menyilangkan kakinya secara elegan.
“Kau ingin minum apa?” Tiffany mengalihkan pembicaraan. Ia bangun dari kursi penuh keraguannya dan menuju tempatnya menyimpan minuman dingin. “Apa kau sudah menyelesaikan urusan administrasimu.”
“Ya, baru saja dari kantor imigrasi. Dengan sejumlah denda dan informasi seputar bandar narkoba sebagai negosiasi aku mendapatkan kelonggaran untuk visa sebagai pengunjung selama dua lagi. Aku akan kembali lusa. Kau ikut?” Tiffany masih memunggungi jessica.
Selama satu bulan terakhir jessica terus mengunjungi tiffany dengan berbagai alasan. Entah hanya sekedar mampir, atau ia akan melibatkan yuri untuk membawanya pada tiffany. Ia menawarkan beberapa bentuk kerja sama yang penting tidak menyerah untuk membawa tiffany keluar dari dunia yang sama sekali tidak ia minati itu untuk berjuang dengannya menjadi pebisnis syal dan kaca mata.
Meskipun mengabaikan jessica, bukan berarti tiffany tidak memikirkannya. Ia sangat tahu tentang dirinya, ia tahu apa yang baik, apa yang ia suka apa yang sesungguhnya benar-benar ia rasanya. Namun ada beberapa hal yang menahannya. Semua itu hanya berkaitan dengan satu orang yang selama tiga tahun ini bersamanya.
“Kau tahu tiff, gaya hidupmu sama sekali tidak menarik.” Ucap jessica.
“Oh ya, begitu kah katamu yang baru saja berkencan dengan seorang bandar narkoba?”
Jessica menganggkat alisnya membenarkan ucapan tiffany. “Menurutmu selama ini aku banar- benar terjebak disana? Aku memiliki berbagai kesempatan untuk pergi hanya saja tidak kulakkan. Aku menaan diriku karena mencintai seorang bandar narkoba. Lalu apa salahnya, aku wanita dan dia seorang pria, itu cukup adil jika dia mau menampungku. Dan jika dikatakan aku bersyukur dia mati dan sedih didalam hatiku.”
“Kau minta aku percaya semua omong kosong itu?”
“Terserah kau.” Jessica mengangkat bahunya. “Jikau kau berkencan dengan pria baik-baik, memiliki masa depan dan sudah pasti mapan, lalu bagian mana dari hidupmu yang perlu kau perjuangkan. Aku merasakan bahwa selama hidupku semua akan berjalan dengan baik tanpa perlu berjuang, siapa sangka aku akan terjebak disini dengan semua kekacauan ini dan jatuh cinta pada seorang bajingan. Itu sebuah keajaiban yang aku syukuri dan aku sungguh berterima kaish telah mendapatkan kesempatannya. Aku beratuh kau bahkan tidak berani keluar dari zona nyamanmu.”
“Sudahlah jessie. Aku sudah menghentikan pembicaraan seperti ini. Aku tahu kau datang untuk membuatku ragu, hanya saja aku tidak akan pergi. Aku tidak akan melakukan apapun bersamamu. Semoga kau sukses dengan bisnismu.”
“Yaaaah aku tahu kau tidak akan cukup berani bahkan untuk sekedar melakukan affair dengan seseorang yang sudah mapan dan jauh lebih berguna darimu.” Tiffany mengerutkan dahinya. “Nickhun, seorang dokter tidak buruk juga.” Jessica menyerahkan ponsel tiffany yang diambilnya saat tiffany mengambilkan minum untuknya. “Dia menghubungimu lebih dari tujuh kali bahkan hanya untuk hari ini. Jika ingin menemukan sesuatu yang menyenangkan, temuilah pria itu hari ini. Bukankah dia lebih baik dari 1000 yuri yang ada dihidupmu. Seoarang pria mapan untuk gadis yang berfikiran pada masa depan, tidak cocok untuk jiwa muda dan bebas seperti yuri. Seperti dua arah mata angin yang berlawanan, tidak akan bertemu.”
“Jika kau tidak keberatan keluarlah dari kantorku jessica jung. Semoga perjalananmu menyenangkan.”
“Aku tunggu kau di new york pada pameran malam natal.” Jessica menyerahkan kartu namanya. “Aku tahu kau akan datang, aku menunggumu.” Jessica  menginggalkan ruangan tiffany. Meninggalkan tiffany dengan karaguan penuh pada pikirannya. Ia bahkan mulai kehilangan kepercayaan dirinya untuk apa yang selama ini sudah ia yakini akan berhasil.
“Hai nickh?” Jawab tiffany sambil menatap dirinya dikaca.
*****
“YAK! Ini kau kalikan dulu bodoh.” Taeyeon memukul belakang kepala yuri dengan kertas yang digulung menjadi sebuah tongkat. Ini sudah jam lima sore, tapi mereka memutuskan untuk tettap tinggal diruang belajar dengan tumpukan buku. “Kau bahkan tidak mengerti prinsip KABATAKU, ini kau bilang ingin ikut suneung.” Taeyeon mengacak rambutnya kasar sanking frustasinya. Ia telah mengajari yuri tentang satu rumus dari jam sebelas siang, dan sekarang matahari sudaha akan terbenam namun yuri masih belum paham.
“Pelan sedikit, kau pikir kepalaku bola tenis, dipukul sekeras itu.” Rutuk yuri setengah merengek.  “Ajari aku sekali lagi, aku serius kali ini.”
“Aku sudah melakukannya selama enam jam bodoh.”
“Eiiiii baru enam jam, aku akan pintar jika diajari seharian.” Jawab yuri dengan aegyo. Ia mengedipkan matanya pada taeyeon. Namun pria itu tidak bereaksi. “Uuuummmm?? Cah!” Yuri menyodorkan pensil kan kertasnya kembali pada taeyeon. Meminta sambil membujuk taeyeon untuk kembali mengajarinya. Pria itu hanya membuang nafas kesal dan mengambil pemberian yuri. Tentu saja monyet hitam itu tersenyum senang.
****
“Kau sungguh datang tiff.” Nickhun merapikan kursi untuk tiffany.
“Yah, aku rasa melewatkan jadwal pemeriksaan tidak baik.” Nickhun hanya tersenyum mendengar jawaban tiffany. “baiklah, kau akan memulainya sekarang, atau aku harus menunggu.”
“Oh tidak, silahkan lewat sini.” Tiffany mengikuti nickhun memasuki ruangan pemeriksaan. Sebenarnya ia tidak merasakan apapun. Hanya saja ucapan jessica membuatnya penasaran. Ia heran kenapa jessica menjalani hidupnya dengan sangat keren sementara dirinya terjebak dalam tumpukan buku dan kertas yang membuatnya menua disetiap lembarnya.
“Aku rasa tidak ada yang salah tiff. Wanita muda memang sembuh dengan cepat.” Tiffany tersenyum mendenar pernyataan nickhun. “Aku serius, aku mengobati wanita paruh baya minggu lalu, hingga sekarang baliau masih di ICU.”
“Au, benarkah?”
“Ya, dia koma.”
“Heish!” Rutuk tiffany. Tapi nickhun justru tertawa. Ia mngkin tidak paham, tapi perlahan tanpa ia sadari hatinya beranjang menuju sesuatu yang salah. 'What are you doing stupid hwang' Rutuk tiffany dalam hatinya.

autumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang