0.3

35 5 0
                                    

Seminggu sudah berlalu, menurut Dika semuanya masih sama sejak Ia pertama masuk ke kampus itu. Yang berbeda hanyalah kini Ia punya lebih banyak teman. Bintara senang, karena sepupunya itu punya banyak teman, berbeda dengan ketika masih SMP dulu. Ia pendiam, meskipun Ia cerdas, tapi tak banyak siswa dan siswi yang mau berteman dengannya.

Soal cinta, masih sama. Dika hanya memandangi nya dari kejauhan, masih enggan menyapa juniornya itu.

"Dika awas bola!" Dika terperanjat kaget ketika sebuah bola basket mengarah ke arahnya. Belum sempat menghindar bola itu sudah mengenai tepat di hidungnya.

"A-ah" Dika menunduk, mengusap pelan hidungnya, ada darah.

Bintara berlari ke arahnya, "Dika, lo mimisan!"

"Ah, sial!"

"Nih-nih saputangan," Juna yang berada di pinggir lapangan berlari ke arahnya dan memberikan sebuah saputangan. "Lain kali hati-hati, jangan bengong mulu." Dika mengusap hidungnya dengan saputangan yang diberikan oleh Juna.

Mereka bertiga berjalan ke pinggir lapangan. "Ngelamunin siapa sih?"

"Paling juga ngelamunin Tania." Juna asal ceplos, karena yang dia tahu, baru kali ini sahabatnya itu bertanya nama seorang gadis.

"Hus, sembarangan lo kalo ngomong."

"Telinga lo merah, berarti gue bener." Ucap Juna kemudian berangsur duduk di kursi. "Elah Dik, kalo naksir itu di deketin, diajak kenalan. Jangan cuma diperhatiin dari jauh, nyapa aja enggan, keburu di ambil orang ntar." Dika hanya diam, nyatanya memang dia se pengecut itu.

"Gue mau mandi sekalian ganti baju, kalian nggak?" Bintara berdiri, ingin beranjak ke kamar mandi.

"Mandi sekalian juga gue, lengket semua rasanya badan gue." Mereka bertiga berjalan menyusuri koridor kampus menuju toilet pria.

"Kalian duluan aja, gue mau ambil handuk di loker dulu." Juna dan Bintara mengangguk, Dika berbalik pergi, sementara Juna dan Bintara kembali melanjutkan perjalanannya menuju toilet.

Ucapan Juna terngiang-ngiang dipikiran Dika, bagaimanapun juga suatu saat pasti Tania akan punya kekasih, tentu bukan Dika jika Dika hanya berdiam diri dan hanya memperhatikan dari jauh.

Dika membuka lokernya, mengambil handuk yang akan Ia gunakan mandi. "Apaan nih?" Dika mengambil sebotol minuman isotonik yang disisi botolnya tertempel sebuah sticky note berwarna hijau muda.

'Please keep healthy and be happy^^'

Dika mengedikkan bahunya, tidak ada nama tertera, siapa? Apa secret admirer? Selama ini Dika belum pernah punya fans sampai lancang memasukkan minuman ke dalam lokernya.

Dika membuang sticky note itu ke dalam tempat sampah lalu meminum minumannya. Bukan kejam, tapi Dika memang tidak suka dengan orang yang bersikap lancang seperti itu.

——

"Tuh Dik, ada Tania di depan." Dika mengikuti arah pandangan Bobby. "Kayaknya jadwal kuliah kita sering sama ya sama kelasnya Tania, jodoh emang kayaknya si Dika." Dika memukul bibir Bobby dengan buku tebal miliknya.

"Sakit, blok!"

"Jangan keras-keras mangkanya bego, ntar orangnya denger tau rasa."

"Ya bagus dong, biar lo nggak jadi secret admirer lagi."

Jam kampus memang sudah selesai tapi mereka bertujuh enggan untuk pulang lebih dulu, dengan alasan ingin nongki dulu.

YoutuberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang