Hari ini make up ku lebih natural dibandingkan kemarin-kemarin . Entahlah, kenapa tiba-tiba semangat ku berkurang beberapa persen. Tapi aku tidak akan lelah menunggu Uncle Ad, Aku sudah sejauh ini. Tidak alasan bagiku untuk menyerah.
Aku mengambil kontak lensa biru. Yah, lensa mata ini yang akan menemaniku setiap hari. Jujur aku tak menginginkan ini, karena Uncle Ad sangat menyukai mata ku. Tapi aku harus menutupinya. Karena ini identitas yang paling mencolok. Bahkan Sam pun akan dengan mudah mengenalku. Seketika aku kembali mengingat kenangan itu.
"Jessie, bukalah pintu nya. Kamu harus makan". Grand ma mengetuk-ngetuk pintu kamar ku. Tersirat nada kekhawatiran. Aku melewatkan makan siang ku di sekolah.Sekarang sudah waktunya makan malam. Aku tak ingin beranjak dari tempat tidur ku. Aku marah aku sedih. Grand Ma Rossie tau itu, aku pulang dengan mata sembab dan wajah memerah. Grand Ma sempat bertanya tapi aku mengabaikan dan langsung ke lantai dua kamar ku. Grand Ma juga tidak mengejarku karena saat itu masih banyak pengunjung.
"Jessie, ada apa dengan mu. Kumohon katakanlah. Kau tidak bisa seperti ini baby"
"I'm ok. Aku tak ingin makan Grand Ma. Aku tidak lapar"
"Apa yg terjadi Mrs. Powell"
Ada suara Uncle Ad di depan kamar ku.
"Ku mohon bujuk dia Ad, dia mengurung diri semenjak pulang sekolah dan dia tidak mau makan malam".
"baiklah serahkan padaku"
Oh tidak...
"Baby, what's wrong baby? Open the door" Perintahnya
"No Uncle, I'm ok. Aku hanya ingin tidur"
"Open the door right now" Dia meninggikan suara nya.
Oh tidak, Uncle Ad marah. Tapi aku tak mungkin menemui nya dengan wajah kusut ku seperti ini. Aku malu
"one... two... –"
Aku bergegas bangun dan berlari untuk membuka pintu. Ya Tuhan, wajahnya memerah. Apakah Uncle Ad mara? Dia tak pernah menunjukkan wajahnya yang seperti ini. Dia masih menatapku tajam. Aku tak sanggup , aku kembali meneteskan air mata tanpa suara. Seketika wajahnya kembali melembut seperti Uncle Ad yang biasanya. Aku tak kuasa untuk memeluknya dengan erat, lalu menangis sekencang-kencangnya. Aku sadari Aku hanya setinggi perutnya. Dia mengusap usap pucuk kepalaku.Setelah aku merasa mereda aku melepaskan pelukan, kemudian menatap matanya. Aku sangat menyayanginya.
"Aku takut, aku takut sekali jika Uncle Ad marah" Kata ku dengan lembut
"Kalau begitu jangan pernah membuat ku marah, kau harus menuruti perkataan ku"
Aku mengangguk. Kemudian dia menuntunku untuk duduk di ranjang tempat tidur ku.
"Sekarang ceritakan, apa yang sudah terjadi denganmu?"
"Tak ada satupun teman-teman ku yang mau bermain denganku. Mereka semua menjauhi ku"
"Apakah kau melakukan hal yang buruk kepada mereka?"
"No uncle, ini semua karena mata ini. Mereka menyebutku anak iblis. Mereka bilang mata ku menyeramkan. Tak ada satupun yg mau berteman denganku. Aku tak ingin sekolah lagi, aku ingin dirumah saja. Mereka semua jahat uncle. Aku tidak mau sekolah lagi"
Aku kembali meneteskan air mata. Uncle mengusap airmataku dengan jemarinya. Sangat lembut.
"Hei, jadi apa kau menyesal punya mata seperti ini?"

YOU ARE READING
My Obsession
Romance*Mature Content 21 Tahun ke atas* ROMANCE Aku akan mengumumkan pada dunia bahwa aku bukanlah seorang gadis kecil lugu berumur sembilan tahun lagi. Aku telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik dan pintar . Aku tak sabar menunggu hari dimana aku...