MO-4

159 4 0
                                    

Aku mengadahkan kepala ku . Memastikan bahwa saat ini aku tak salah dengar. Suara itu begitu familiar. Suara terindah yang selalu ku dengar dulu.

Kami bertatap mata

Itu dia.. itu benar-benar dia.

Uncle Ad

Aku bangkit namun tatapan ku tetap padanya. Begitupun dia. Dia melihatku dengan sangat intens. Kami hanya bertatapan beberapa detik. Tak ada satu katapun keluar dari mulut kami. Hingga dia memilih mengacuhkan ku dan pergi tanpa sepatah katapun.

Aku merasa terabaikan

Seharusnya aku senang dia tak mengenaliku, tapi kenapa terasa begitu menyakitkan saat dia seolah tidak mempedulikanku. Terasa sesak. Seharusnya aku menyapanya. Bahkan aku ingin sekali memeluknya dan menangis di dada bidangnya. Apakah dia sedingin dan sejahat itu kepada semua orang? Apakah dia akan memelukku jika dia tau bahwa aku adalah Jessie?

Wajah tampan itu masih sama. Masih sama tampannya. Yang membedakannya kini dia terlihat matang dan suara nya semakin sexy. Dia semakin berkharisma dan berwibawa di umur nya sekarang ini. Aku tak percaya kalau kini dia sudah berusia 41 tahun. Dia masih terlihat muda dan tampan. Bahkan aku tak akan bosan untuk mengatakan kalau dia tampan.

Aku mengedarkan pandangan ku. Disini sepi, tidak ada siapapun. Aku kembali membereskan dokumen-dokumen yang tercecer dilantai. Entah kenapa aku tak bisa menahan tangisan ku. Air mataku keluar begitu deras. Aku tak tau ini tangisan kebahagiaan atau kekecewaan . Semuanya bercampur aduk.

"Jessica, apa yang terjadi? Apa kau terjatuh" Tiba-tiba Sam datang dan ikut membantu ku membereskan kekacauan ini. Aku tak menjawabnya. Bahkan aku memalingkan wajahku. Aku tak ingin dia melihatku dengan banjir airmata. Dengan cepat aku mengusap kasar pipiku. Berharap tak ada lagi sisa-sisa airmata.

"Jessica, Apakah kau baru saja menangis? Apa sangat sakit?"

"Aku tidak apa-apa Sam"

"Maafkan aku. Ini pasti terlalu berat untuk kau bawa. Maafkan aku telah menyuruhmu. Apa kaki mu terkilir?"

Dokumen ini sudah rapi semua. Beberapa di tanganku, dan beberapa lagi di tangan Sam.

"Aku tidak apa-apa Sam, sungguh jangan khawatir"

"Baiklah , Mr. Walcott sudah datang. Kita harus meletakkan dokumen ini di masing-masing meja. Setelah meeting ini selesai, aku akan mengantarkanmu pulang. Kau harus istirahat."

"Itu tidak perlu Sam"

"Jangan membantah. Aku tak ingin kau sakit".

Aku hanya bisa mengangguk pasrah.

Aku tak bisa mengalihkan pandangan ku dari Uncle Ad. Dia begitu mahir mempresentasikan. Dia begitu menguasai bidang ini. Dan sialnya Sienna juga begitu perfect untuk mengimbangi nya. beberapa kali dia terlihat begitu cekatan membantu Uncle Ad diatas podium. Andai aku yang jadi Sienna, betapa beruntung nya aku. Tidak mau kalah, aku juga harus terlihat pintar dan cekatan saat membantu Sam diatas podium. Aku juga tidak boleh melakukan kesalahan.

Aku menyadari sesekali uncle Ad melirikku. Tapi dengan cepat nya dia kembali mengalihkan pandangannya. Setiap kami bertatap mata entah kenapa aku sangat gugup. Ini adalah hal yang aku impikan. Bertemu dengan Uncle Ad.

Collin Company adalah satu-satu nya yang ku ketahui tentangnya. Dulu dia pernah memberikan kartu namanya kepada seseorang yang kami temui saat aku dan Uncle Ad tengah makan siang bersama. Aku melirik kartu nama nya. dan Collin Company tercetak lebih besar jadi hanya itu yang bisa aku lihat dan aku ingat.

My ObsessionWhere stories live. Discover now